a, Pak Martin menoleh pada sekreta
siang. Gak usah ajak sop
baru. Sesekali memang Pak Martin mengajaknya makan di luar ji
h dari hiruk-pikuk pusat kota. Pak Martin memilih mej
i selera tampaknya
a, aku lihat kamu akhir-akhir ini se
nannya sebentar, l
nar-benar selesai, Pak. T
Ia tak ingin memaksa. Tapi ke
perempuan cerdas dan cantik. Kenapa
a saya percaya, pernikahan bukan tentang siapa yang mena
Kata-kata itu m
pi karena kalimat itu terasa seperti c
sih bertahan karena cin
a kecil, hambar. "Tapi saya percaya, kesetiaan tetap punya tempat. Se
muda di hadapannya. Tangguh
a yang memilih pergi, dengan Mesya yang memilih
n tentang Diana semata, tapi tentang memahami suara pe
senyum
at, Mesya. Terima
ya sedikit berkaca-kaca
ta, saya juga siap mend
ya tersenyum.
na. Dan Revan, seberengsek apapun, bukan tokoh su
ak Martin. Namun, peta luka-luka peremp
iasanya. Jalanan lengang, AC mobil menghembuskan kesejukan
tangan lainnya sesekali mengusap dagunya yang mulai dipenuh
amunannya. Namun entah bagaimana, di tengah kesunyia
pada kam
leh cepat.
mu dapatkan cuma luka. Saya bahkan gak yakin i
hening
Katanya karena menopause. Tapi
p makan malam bersama, tetap bicara soal anak-anak. Tapi rasanya kosong. Hampir beku. Saya..
an cerita biasa. Ini adalah pintu yang terbuka dari
, nama besar... saya lupa bahwa dia, yang setia di rumah, jug
arus mulai dari mana. Dan... saya terlalu malu untuk b
Martin menatap kaca depan, wajahnya tergur
Tapi kadang saya mikir, kesepian in
rus ke depan, la
u seperti karat. Pelan, diam-diam, tapi bi
nyala. Mobil k
apat tempat. Pak Martin tak mencari solusi. Ia hany
ggantung, hari ini Pak Martin menemukan fragme
hati. Ia cepat-cepat menambahkan, seolah takut ucapannya terlalu jauh. "Eh, m
la, menatap keluar sejenak, seakan mencari kata di balik langit yan
i berembun, dan itu sudah
ang bercermin. Dua manusia, dalam dua pernikahan berbeda, tapi mungkin
kantor. Tidak ada lagi percakapan. Yang a
keluar. Ia memandangi dasbor, lalu melirik Mesya
ayar sendirian di tengah badai... kadang kita cuma bisa jadi mercusuarnya. Gak b
yum kecil, walau seny
dia tak teng
membuka pintu dan kembali ke dunia nyata
hu: ada cerita yang belum selesai, dan bukan
bah jingga, memantul samar di permukaan meja kerja Pak Martin. Kantor hampir kosong. Suar
benamkan diri dalam tumpukan dokumen. Matanya lela
Tok.
iketuk
t Pak Martin
al. Tangan kanannya menjinjing beberapa bundel
ang ini laporan monitoring dari unit," ujar M
matanya menatap map-map itu
tetap berdiri, ragu apakah harus s
m tipis. "Capek pik
k terdengar. Lalu dia memberanikan dir
anyanya sopan, tapi nada suaranya
ta pelan, "Kalau kamu gak keberatan mendengark
gangguk,
sa dihentikan. Mereka bicara tentang kesepian yang tak terlihat, tentang ekspektasi
di rumah yang tak benar-benar me
a pelan. "Revan ada, tapi ti
terduga. Mereka bukan lagi atasan dan sekretaris. Di sore yang sendu itu, me
gnya. Ia menatap langit yang mu
sa penuh di awal, lalu makin lama,
ya. "Tapi terlalu lama kita pikirkan yang
edup. Lampu m
g bisa dikatakan, tapi karena sudah terlalu banyak yang dibagi-hal-h
dan mulai memeriksa satu per sat
lalu berdiri. Sebelum
saya siap mendengar. Tapi hanya sebagai or
tapnya sejenak,
ng tahu, di balik semua yang terasa
ama menemukan satu hal: tak semua jarak harus ditempuh denga
*