img Skandal Ranjang Ternoda  /  Bab 7 Skenario Lanjutan | 100.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 7 Skenario Lanjutan

Jumlah Kata:1576    |    Dirilis Pada: 01/07/2025

kan rutinitas ringan: berjalan pagi, sesekali diselingi lari kecil mengitari area perumahan. Udara tera

a Pak Martin keluar. Ia melambaikan tangan samb

yang membingkai wajahnya yang, tak bisa dipungkiri, menarik. Di usianya yang masih relatif muda, Bu Wulan tampak seperti sosok segar

ejenak sebelum membalas sen

ut juga hari ini?

an entah kenapa, seny

i beneran, bukan cuma lari dari keny

k Gandi juga tersenyum, namun sorot matanya tam

sih terjaga, tegap dengan langkah yang mantap. Jika berdiri di samping Pak Gandi-yang meskipun lebih muda

senam kecil di belakang rumah. Ia tak

Pak Martin tahu, ada hal lain di balik itu-mungkin

tengah, Pak Gandi di kanan, Bu Wulan di kiri. Warga lain menyusul di belakang,

i sela-sela itu, Pak Martin sempat menangkap kerlingan mata Bu Wulan. Bukan genit. Tapi... ada se

lan sedikit lebih dekat ke ar

u Tita pasti bangga punya suami yang raj

siap, tapi hanya mengan

r nggak gampang encok

strinya untuk memperlambat langkah, mata Bu Wulan masih sempat ber

idak tahu. Yang jelas, joging pagi i

apangan sepak bola. Beberapa anak kecil bermain ria

it. "Saya ke warung dulu, mau cari m

lapangan menuju warung kecil di pojok kompleks. Meninggalkan Pa

enario yang bukan ia tulis. Seolah Pak Gandi tengah menyutradarai sesuatu yang samar, dan ia kebetu

in, saya jadi sering denger Bapak disebut sama suami. Katanya Ba

lam. Sementara Pak Martin terdiam. Jantungnya berdetak lebih cepat, t

sendiri darinya. Sudah lama dia begitu," lanjut Bu Wu

da dalam hatinya. Hampir. Tapi sebelum sempat berucap, Bu Wula

nya ya? Katanya Bu Martin su

e

api Bu Wulan menatapnya biasa saja, seolah pertanyaannya adala

.. dia sudah bercerit

. Bagaimana mungkin dua orang dewasa yang bukan muhrim bisa berbicara soal... itu, di taman umum, de

ingkat, nyaris tanpa suara,

usir rasa kikuk, ia berkata, "Mungkin kita semua cuma sedang berusaha jad

kaku. Tak tahu haru

potong roti panggang dalam kantong plastik bening. Ia membagikannya sambil tersenyum seol

Pak Martin, semua obrolan itu hanya berputar-putar di udara, tak benar-benar masuk ke telinga. Karena hatinya sudah tidak berada

Udara memanas. Mereka

kelelahan fisik. Tapi karena ada sesuatu yang belum selesai di pagi it

busana muslim sederhana yang rapi. Aromanya samar dan bersih, menyapu ruang tamu dengan keharum

owok atau cewek?" tanya Pak

dia seneng sekali, memang sangat mengharap dapat

pek, kayaknya ingin di rumah aja. Ka

n suaminya sebelum melangkah keluar. Tak lama k

air hangat, bayangan itu tak juga pergi. Wajah Bu Wulan-tatapannya, senyumnya

r mandi. Bahkan ketika matanya terp

buka majalah lama yang sudah kumal, lalu menggulir-gulir ponsel. Bukan untuk membalas siapa

Wulan makin jelas di kepala, seperti lukisan yang belum selesai, tapi sudah terlalu menggoda untuk ti

fikasi masuk-dari

ini dari Mas Gandi. Saya minta maaf kalau uca

efleks menggenggam ponsel lebih

butuh seseorang buat deng

balasan berkedip-kedip seperti menantangnya. Ia tahu, membalas pes

asa jujur. Tulus. Dan di balik semua itu, terasa menyentuh, sepe

enarik napas dalam, berharap pikirannya menjernih. Tapi yang muncul justru momen pagi tadi, saat ia dan Bu

iknya ya? Katanya Bu Mar

tu kecil yang terbuka. Dari arah yang bisa salah. Tukar nasi

san Bu Wulan masih di sana.

tik. Pelan. Ra

-sama... terlalu lama diam dengan beban yang tak kita b

u. Berat. Tapi entah mengapa te

. Centang dua.

bukan hanya bayangan Bu Wulan yang memenuhi ruang pikirannya, tapi suara hat

tuk diabaikan, terlalu halus

arkah dirimu m

*

cerita ini, bisa juga membaca

bukan hanya tentang gairah muda, na

*

Sebelumnya
Selanjutnya
Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY