siang, Pak Martin menerima
areng hari ini? Saya jemput di
ini terasa tidak biasa. Apalagi di hari kerja, saat keduanya berada di inst
tanya, mereka meluncur menuju sebuah rumah makan sederhana di dekat taman
anan tiba dan Pak Martin baru saja hendak meniup sendo
an soal malam itu,
ngangkat alis
istri," jawab P
awa yang terasa miris. Ia pikir percakapan malam itu hanyalah candaan mengu
i... kamu
e kursi. Wajahnya menegang sepert
l kenapa istri saya begitu... aktif. Sementara saya sendiri sudah kelelahan. Dan istrinya Pak Martin, malah
ok dan piring dari meja-meja lain terdengar seperti gema yang jauh. Kuah
n salah siapa-siapa. Itu... bagian dari hidup. Rumah tangga memang punya iramanya
ok di tangannya hanya me
k. Di umur segini,
batnya itu selalu tampak kuat, stabil, humoris. Kini terlihat sebagai lelaki tua yang
ak yang kasih ruang untuk kita jujur soal kelemahan. Padahal kita i
i tersen
tak lebih dari bayangan. Tak bisa lagi membuat d
pelan. "Semua ada waktunya,
kepala, dan bertanya, su
ah berapa lama Bu Tita t
ekitar menghilang. Hanya pertanyaan itu yang menggantung, s
a, berusaha tenang. "Tapi... kami
ama ini Pak Martin berusaha memadamkannya sendiri-dengan doa, pekerjaan, dan rasa hormat pada seorang i
rih, "benar-benar tidak bisa memuaskan istri saya. Wulan ma
a-kata yang ia cari tak kunjung datang. Hanya sepi dan
k Gandi, ada sesuatu
uh kesah, atau sesua
ertimbangkan ide absurd malam tad
tu mustahil. Wanita itu terlalu alim dan syar'I untuk disentuh sembarangan. Bahkan sebagain warga menyeb
gin menyerahkan kunci... entah kunci rumah, atau kunci kamarnuya pada seseora
kita ini bukan anak muda. Kita punya tubuh, tapi kita juga punya tanggung
h. Senyum kecil
saya hanya ingin dimengerti. Bukan dihaki
ntuk mengerti. Tapi... jangan minta saya jadi solusi
sendok, dan napas berat dari
yadari: tubuh boleh menua, tapi gejolak di dada tak selalu ikut meredup. Dan tak
ndi. Tertawa kecil, tapi dalam
iri bahkan sudah lama menolak disentuh. Bu Wulan? Ia perempuan alim dan santun, tak mu
rnah mereka pelajari bersama? Atau barangkali, candaan itu sebenarnya jeritan da
at berakhir. Lorong-lorong tampak lengang. Hanya suara AC yang malas bekerja
tak ada berkas yang meminta perhatian dengan segera. Di luar kaca, langit mendung meng
anjutannya, atau setidaknya dia bisa mencari jejak dari mana sebenarnya cerita misterius itu. Sebenarnya bukan han
nya kosong. Angka-angka itu tak punya makna. Yang berputar dalam benaknya hanyalah kalimat Pak Gandi:
ruang sunyi yang sela
asa ingin tahu. Tapi jari-jarinya bergerak terlalu pasti. Ia menget
pa dengan judul bombastis: "Mengapa
Forum diskusi, kolom anonim, tempat orang-orang mencura
an di thread itu
lamat ranjang-ranjang yang mulai hampa. Daripa
ubuh sendiri, lalu membalik layar laptop dan menutupnya-seolah menutup dosa yang belum sempat terjadi.
tu ruangannya
suara Mesya terdengar netr
mengangguk pe
pa map berwarna pastel, lal
ani, Pak. Termasuk yang dari k
am, tak banyak bicara. T
hotel, juga mobil sewaan. Jadwal reuni hari pertama, lalu pertemuan dengan rek
Sekretaris muda itu memang selal
Pak. Barangkali ingin sekalian san
nangkap sesuatu dalam nada suara Mesya, bukan basa-basi. Hanya..
sih," kata
lalu pamit. Langkahny
map-map itu tanpa minat. Bukan pekerjaannya ya
trinya sudah tertidur. Posisinya menyamping, membelakangi, berselimut rapat hingga leher. Piyama p
Tapi hanya kelopak yang ia
erti biasa, terasa
*