kepergiannya dari apartemen Reza, Maya mulai merasakan sedikit pergeseran dalam dirinya. Bukan kesembuhan, bukan kebahagiaan, tetap
abiskan berjam-jam di bawah sinar matahari, menyentuh tanah, merasakan kehidupan yang tumbuh di antara jari-jarinya. Ia menemukan sedikit ketenangan dalam rutinitas itu, d
tang, membawa makanan sehat, atau sekadar mengajak Maya berjalan-jalan di seki
elan, "aku membaw
tapan matanya ma
ah amplop putih dari ta
ah itu adalah racun. Wajahny
aknya, berikan dia kesempatan untuk dideng
an kebencian yang masih tersisa. Akhirnya, dengan tangan gemetar, ia meraih amplop itu. Ia tidak
, lalu berpamitan pulang, meninggal
ut jantungnya yang berdetak lebih cepat. Rasa takut bercampur dengan rasa ingin tahu. Apa yang akan Rez
a, ada sesuatu yang bergejolak. Kata-kata penyesalan Reza, pengakuannya tentang ketidakmampuannya mencintai, tentang kebutaannya terhadap perasaannya, tentang rasa b
aneh. Kelegaan karena Reza akhirnya mengakui kesalahannya, kelegaan karena ia tidak lagi harus memikul beban itu sendirian. Namun, kelegaan
n membalasnya. Ia tidak akan menemuinya. Ia tidak akan memberikan Reza kesempatan l
ginya. Ia merasa sedikit lebih ringan setelah menuangkan semua perasaannya. Namun, ketiadaan respon
u kembali padanya. Tapi ia bisa mengubah dirinya sendiri. Ia bisa menjadi orang yang lebih baik, orang
an perasaannya dengan jujur, dan untuk membangun hubungan yang lebih sehat dengan orang lain. Ia mulai memperbaiki hubungannya dengan keluarganya, de
setiap kali ia melihat senyum di wajah anak-anak itu, sebuah kebahagiaan yang tulus dan tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia juga mulai menyumbangkan sebagian besar penghasilannya untuk or
-barang bayi yang pernah Maya beli: sepasang sepatu bayi mungil, topi rajut berwarna pastel, dan sebuah selimut lembut. Reza mengambil selimut itu
at ia peluk, untuk Maya yang ia hancurkan, dan untuk dirinya sendiri yang begitu bodoh. Ia mena
adikannya motivasi untuk berubah, untuk menjadi orang yang lebih baik, orang yang pantas mendapatkan pengampunan, meskipun pengampunan itu m
rjaan itu memberinya tujuan, sebuah fokus yang mengalihkan perhatiannya dari kehampaan. Ia juga mulai melukis lagi, sebuah hobi yang dulu ia tinggalkan setelah menikah. Kanvas-k
ya yang tertutup. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, berbicara tentang hal-hal sepele, atau han
sebuah majalah. "May, lihat ini,"
ntang bagaimana ia kini aktif dalam kegiatan sosial, tentang bagaimana ia mendedikasikan dirinya untuk membantu ana
ut, bercampur dengan rasa penasaran. Reza telah berubah. Ia tidak lagi terlih
ya. "Aku tahu kau tidak peduli, tapi aku melihatnya sendiri. Dia seri
ma. Apakah perubahan itu nyata? Atau apakah itu hanya topeng baru yan
rnet. Ia menemukan banyak artikel dan wawancara yang memuji Reza atas karyanya. Ia melihat video Reza berint
na ia tidak pernah mendapatkan Reza yang seperti ini. Rasa sak
ng lebih besar. Ia telah menemukan kedamaian dalam memberi, dalam membantu orang lain. Ia masih merindukan Maya setiap hari, merindukan
ucapkan terima kasih atas semua yang pernah Maya berikan padanya, dan untuk meminta maaf sekali lagi. Ia tahu bahwa
at Clara. Mereka saling menyapa, dan Clara tersenyum padanya.
baca suratmu,"
erdebar kencan
ak mengatakan apa-apa. Tap
ik-baik saja?" tanya Rez
ka itu terlalu dalam. Tapi dia sudah mulai melukis
enuhnya tenggelam. "Aku... aku ingin melihatnya, Clara. Han
ata Reza. "Aku tidak bisa berjanji, Reza. T
rima kasih, Clara. T
hwa Maya masih terluka, tetapi ia juga melihat perubahan yang nyat
ka sedang minum teh di dapur.
kirnya. "Aku sudah b
nya ingin melihatmu, memastikan kau ba
antu orang lain. Ia memikirkan surat yang Reza tulis, kata-kata penyesalan yang jujur. Ap
ik Maya, suaranya rapuh. "Ak
harus kembali padanya. Tapi mungkin, melihatnya, mendengar apa ya
ya. Ia memang membutuhkan penutupan. Ia membutuhkan akhir da
memikirkannya," k
m tipis. Itu a
n karena ia ingin kembali padanya, tetapi karena ia membutuhkan penutupan. Ia membutuhkan untuk melihatn
datang lebih awal, duduk di sudut, dan menunggu. Jantungnya
ih kurus, tetapi ada aura ketenangan dan kedewasaan di sekelilingnya. Matanya
, wanita yang kini terlihat begitu rapuh namun juga begitu kuat. Ada rasa sakit yang men
ngan menggantung di antara mereka. Reza tidak tahu harus berk
ngin bertemu denganku,"
, Maya. Untuk semuanya. Untuk semua rasa sakit yang tela
reaksi. Ia ha
endapatkan pengampunanmu. Tapi aku ingin kau tahu, aku sungguh menyesal. Aku telah berubah. Aku telah belajar.
dalam suara Reza. Ia melihat penyesalan di matanya. T
suaranya nyaris tak terdengar. "Aku tidak bisa melu
k memintamu untuk memaafkanku. Aku tidak memintamu untuk kembali padaku. Aku hanya ingin ka
buah kelembutan yang sudah lama tidak ia rasakan. "Aku hany
kau bisa menemukannya. Aku akan pergi sek
, merasakan sebuah beban yang sedikit terangkat dari pundaknya. Itu bukan penutupan yang ia harapkan, bukan rek
apakah ia akan pernah bisa benar-benar pulih. Tapi ia tahu satu hal: ia akan terus berjalan. Ia akan terus mencari kedamaian, mencari kebahagiaan, mencari dirinya sendiri. Jejak kaki di pa