inya yang lama, sebuah cangkang kosong yang ditinggalkan badai. Matanya cekung, kulitnya pucat, dan ada kerudung kesedihan yang tak bisa disembunyikan di seluruh wajahnya. Ia menyentuh
ah perjuangan. Bangun di pagi hari terasa seperti mendaki gunung es, dan tidur di malam hari adalah pelarian singkat dari mimpi buruk yang menghantuinya. Ia pindah ke sebuah rumah kecil yang tenang di pinggir kota, jauh dari hir
natap pepohonan rindang. Namun, apa pun yang ia lakukan, bayangan itu selalu ada. Bayangan Reza, bayangan bayinya, bayangan semua yang telah ia hi
enangis, telinga yang selalu mendengarkan, dan suara yang mengingatkannya untuk tetap bernapas. Clara sering datang berkunjung, membawa makanan, atau sekadar duduk diam di samping Maya, menemaninya d
May?" tanya Clara suatu sor
bahu. "Sama saja
u harus makan lebih banya
, senyum yang tidak sampai
menggenggam tangan Maya, tetapi Maya menariknya perlahan. Ia tidak
aya membutuhkan waktu. "Apakah kau mas
tidak lagi memikirkannya. Bagiku, dia sudah mati." Su
elah membangun dinding yang sangat tinggi di sekeliling hatinya, menutup rapat semua pintu, bahkan pintu untuk kesedihan sekalipun
. Ia tidak lagi peduli pada penampilan, pada apa yang orang lain pikirkan, bahkan pada dirinya sendiri. Ia hanya ingin waktu berhen
a Maya. Setiap sudut ruangan dipenuhi oleh kenangan yang menyakitinya. Aroma masakan Maya yang dulu selalu memenuhi dapur, kini tergantikan o
tu: Maya yang tergeletak di lantai, tubuh bayinya yang mungil dan tak bernyawa di pelukan Maya, dan tatapan mata
apat, perjalanan bisnis, apa pun yang bisa membuatnya lupa. Namun, di balik semua kesibukan itu, kekosongan itu t
tidur, dan ia kehilangan berat badan secara drastis. Rekan-rekan kerjanya menyadari perubahannya, tetapi tidak ada
bencian yang terang-terangan. "Jangan pernah lagi tunjukkan wajahmu di sini, Reza," kata ayah
za. Ia tahu mereka benar. I
nggalkan jejak yang tak terdeteksi. Setiap laporan dari detektif yang mengatakan "tidak ada informasi" semakin mempe
yum lebar, dengan gaun putihnya yang indah, dan Reza di sampingnya, dengan senyum tipis yang dipaksakan. Dulu, ia tidak menyadari
galanya." Kata-kata itu berputar-putar di kepalanya, menghantuinya. Apaka
arena takut terluka, takut menunjukkan kelemahan. Ia tidak pernah belajar bagaimana mencintai dengan benar, bagaimana menunjukkan kasih sayang, bagaimana menjadi seorang suami y
si yang cocok untuk rapat penting, menungguinya pulang setiap malam. Ia mengingat bagaimana Maya selalu ada di sisinya, di saat ia jatuh ata
ntuan. Ia menemui seorang terapis. Awalnya, ia enggan, merasa bahwa itu adalah
nnya. Namun, perlahan, dengan bimbingan sang terapis, ia mulai membuka diri. Ia menceritakan tentang masa kecilnya, tentang or
uaranya serak. "Saya tidak tahu bagaimana mencintai dengan benar. Sa
tu, Tuan Reza. Tapi cinta tidak hanya tentang materi. Cinta adalah
ya pandangannya selama ini. Ia telah merampas hak Maya untuk merasakan cinta yang utuh,
baginya, pengakuan yang seharusnya ia ucapkan pada Maya bertahun-tahun yang lalu. "Saya sungguh me
an Reza. Tapi perjalanan ini akan sangat panjang. Anda harus belajar untuk memaafkan diri sen
hancuran telah mengubahnya. Maya yang ia lihat di hari itu, di antara darah dan kes
or tak dikenal. Ia ragu-ragu mengangkatnya,
al
rdengar lelah, rapuh, jauh dari
nah menyukai Reza. Ia selalu melihat bagaimana Reza memperlakuk
kata Reza, suaranya penuh keraguan. "Aku... ak
arang kau mencarinya? Set
patkan semua kebencianmu. Tapi aku... aku sungguh men
curkan jiwanya?" Clara tidak bisa menahan amarahnya. "Maya sudah be
. Tapi aku harus mencoba. Aku harus melihatn
. Di sisi lain, ia melihat ada penyesalan yang tulus dalam suara Reza. Dan ia juga tahu b
Clara akhirnya. "Tapi aku akan coba bica
ima kasih banyak." Ada na
angi langit. Bagaimana ia harus menyampaikan ini pada Maya? Apakah ini akan me
Ia tahu bahwa Maya tidak akan s
emberanikan diri. "Maya," katan
ya menatap kosong ke depan.
rtemu denganmu. Dia
a menunggu, menahan napas. Ia mengharapkan ledakan emosi,
irnya, suaranya nyaris tak terden
in dia katakan," bujuk Clara. "Mungkin
asa kosong. "Tidak ada ketenangan bagiku, Clara. Tidak ada lag
alu besar. Bagaimana mungkin seseorang bisa pulih dari kehancuran sepert
tatapan kosong Maya. Percikan yang mengatakan bahwa meskipun Maya mengatakan
ta Clara lembut. "Aku akan selalu a
ebal yang Maya bangun, sesuatu yang bisa mengembalikan Maya yang lama. Namun, melihat Maya yang sekarang, Clara ragu itu bisa terjadi. Wanita itu bahkan terlihat tidak lagi membutuhkan sosok Rez
juang. Bukan hanya untuk Maya, tapi juga untuk dirinya sendiri. Ia harus membuktikan bahwa ia bisa berubah, bahwa ia pa
rasakan dan mengungkapkan emosi. Ia mulai membaca buku-buku tentang hubungan dan psikologi. Ia bahkan mulai mencoba menuli
Maya, meskipun ia tahu Maya mungkin tidak akan pernah menerimanya. Ia merasakan gelombang rasa bersala
ya. Tuangkan semua yang Anda rasakan di sana. Jujur pada diri sendiri, dan jujur padanya. Jangan berharap balasan, tapi in
ena di tangannya terasa berat. Apa yang harus ia tulis? Bagaimana ia bisa menu
kata demi kata, ka
k Ma
h menghancurkan segalanya. Aku telah menghancurkan hatimu, menghancurkan kepercayaanmu,
pengecut. Aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri, dengan ambisiku, dengan ketakutanku. Aku tidak meliha
angan anak kita yang mungil, dan tatapan matamu yang kosong. Aku tidak bisa tidur. Aku tida
ahu aku tidak pantas mendapatkan pengampunanmu. Tapi aku h
aku tidak bisa hidup tanpa memikirkanmu. Aku mencintaimu, Maya. Aku mencintaimu lebih dari apa pun.
bisa menemukan kedamaian. Dan aku... aku akan terus berjuang untuk menjadi orang ya
nya me
e
i mungkin tidak akan pernah dibaca Maya. Atau jika pun dibaca, mungkin tidak akan mengubah apa-apa. Namun, bagi Reza, me
jika Maya siap. Clara menerima surat itu dengan ekspresi campuran. Ia tahu ini adala
rnah ada. Tapi ia hanya menemukan bayangan yang kosong, bayangan yang tak lagi ia kenali. Ia tidak tahu apakah ia akan pernah menemukan jalan kembali, apakah ia akan pernah bisa