erti belenggu yang mengencang di lehernya. Enam bulan. Itu bukan waktu yang lama, apalagi dengan kondisi pernikahannya yang jauh dari normal. Ba
ah pengawasan ketat sang ibu. Ia mengenakan kemeja biru muda yang disetrika licin, rambutnya tersisir rapi, dan kacamata berbingkai tipis bertengger di hidungnya, membuat matanya tampak ke
ntuh?" suara Nyonya Pramudya memec
dak lapar, Bu,"
amil jika kamu kurus kering seperti ini?" Nyonya Pramudya menatapnya t
a pembelaan, tidak ada tatapan pengertian. Ini semakin memperkuat keyakinan Risa bahw
emberinya kebahagiaan. Dulu, ia akan memotret keindahan alam, ekspresi jujur dari hewan liar, atau detail kecil
san yang kini terenggut. Rasa rindu pada kehidupan lamanya membuncah, bercampur dengan frustrasi dan ketidakpastian. Ayahnya, yang menjadi alasan utama ia terjebak dalam situas
bertahan hidup di tengah badai. Ia harus mencari tahu. Ia harus memahami Dhimas. Karena jika ia harus
nyelinap tanpa sepengetahuan ibunya. Risa berpakaian sesederhana mungkin: kaus hitam, celana jins, dan j
himas. Risa mengintip dari celah pintu. Ia melihat Dhimas keluar dari kamarnya, mengenakan jaket kulit hitam, celana jins
man. Dhimas berjalan cepat menuju garasi, menyalakan motor sport-nya, dan melesat pergi. Risa dengan cepat memanggi
edip, suara musik menghentak memenuhi udara, dan aroma alkohol serta keringat bercampur menjadi satu.
uasana di dalamnya lebih hingar-bingar dari yang ia bayangkan. Orang-orang mena
penuh kebebasan, tawa yang tidak pernah Risa dengar sebelumnya. Ia memegang segelas minuman di tangannya, d
sesekali menyentuh lengan Dhimas. Jantung Risa mencelos. Sebuah rasa sakit yang aneh menyeruak
mati hidup, yang mungkin selalu ia impikan untuk ia temui dalam dirinya sendiri. Ironi
tikan oleh ekspresi terkejut, lalu marah. Ia segera berpamitan dengan teman-temann
ik lengan Risa ke arah sudut yang lebih sepi. Musik
wab Risa jujur, tidak
?" Dhimas menatapnya tajam,
" Risa membalas, nadanya tak kalah tajam. "Kamu memiliki begitu banyak w
ihat jelas di wajahnya. "Aku sudah bilang, Ri
ri aku kesempatan untuk mengerti!"
s. "Dia tidak ada hu
trimu! Dan aku tidak ak
erapa oktaf. "Pernikahan ini hanya formalitas! Aku setuju karena Mama mendesak! Aku setu
i adalah kontrak, tapi ia tidak menyangka Dhimas akan begitu kejam. Air mata mulai menggen
riku?" suara Risa bergetar. "Kenapa ka
g muka. "Itu t
ngawasan ibumu, dengan ultimatum darinya! Sementara kamu... kamu h
dalamnya, tapi segera menghilang. "Kamu tidak tahu apa-apa t
ihat dalamnya! Biarkan aku men
. "Tidak bisa. Semakin kamu ta
mengerutkan keni
irik jam tangannya. "Aku haru
ng sebelum kamu menjelaskan
Jangan mempersulit keadaan. Ada banyak hal yang sedang ter
gkah pergi, menghilang di antara kerumunan. Risa ditinggalkan sendiri
g di telinganya, tetapi juga karena kata-kata Dhimas yang terus berputar di benaknya. "Semakin kamu tahu,
ti, dan penasaran yang membara. Ia mencoba bersikap biasa saja di meja mak
n semalam?" Nyonya Pramudya bertanya, tatapannya b
a tidur sedikit larut, Mama. Ada
napas. Pemb
nya Pramudya. "Ingat, kamu harus menjaga kondisi t
uk itu ia harus menghadapi semua ini, maka ia akan melakukannya
tetapi Dhimas selalu menghindarinya. Ia sibuk dengan pekerjaan, atau Nyonya Pramudya se
a memberanikan diri mengetuk pintu kamar Dhimas. Tidak ad
annya yang teratur di siang hari. Ada rak buku yang penuh dengan buku-buku bisnis dan ekonomi, m
a ada sesuatu di sana. Dengan jantung berdebar, ia membuka laci itu. Di dalamnya, ia menemuk
an seorang anak laki-laki kecil yang tersenyum lebar, memeluk seorang wanita muda berambut panjang yang
tuliskan "Kejuaraan Bela Diri Nasional - Juara 1". Risa mengingat Dhimas ya
ing. Risa ragu sejenak, apakah ia harus membacanya? Rasa penasaran mengalahkan
Dhimas
ngan biarkan siapapun mendikte kebahagiaanmu. Dunia ini luas, nak. Jelajahi. Mama tahu kamu pun
enal. Nada surat itu begitu penuh cinta, begitu membebaskan.
t berbeda? Apakah ini ibunya yang lain? Atau ap
Nyonya Pramudya, tapi senyumnya... senyum itu penuh kehangatan, ja
Dhimas memiliki banyak wajah. Mungkin Nyonya Pramudya juga demikian. Atau mungkin... ada sesuatu
an kotak itu kembali ke dalam laci. Ia menutup laci itu perlahan, lalu
keluarga Pramudya. Ia mencoba mencari informasi di internet, n
paruh baya bernama Bi Sumi, yang sudah bekerja di sana selama bertahun
ja di sini, ya?" Risa memulai
Sudah sejak Den Dhim
tahu banyak tentan
Sedikit banyak, Nona.
kan diri. "Bi, saya ingin bertanya tentang Nyonya
lu melirik ke sekeliling, memastikan tidak ada orang lain. "Nona Risa
. Sebuah surat dari Nyonya Pramudya yang isiny
"Dulu, Nyonya tidak seperti ini, Nona. Dulu, Nyonya Pramudya itu
. "Lalu, apa
Den Dhimas masih remaja. Sejak itu, Nyonya Pramudya berubah drastis. Beliau jadi pendiam, lalu lama-lam
nada terkejut dalam suaranya. "A
tapi... beliau trauma berat. Sejak itu, Nyonya Pramudya jadi sangat prot
Pramudya, dan mengapa Dhimas sangat terikat pada ibunya, bahkan sampai harus menyembunyikan diri
ada Dhimas setelah
udya membawa Den Dhimas ke psikolog berkali-kali, tapi tidak banyak membantu. Den Dhimas
rban dari trauma yang mendalam, dan korban dari belenggu kasih sayang yang terlalu protektif. Ia membangun topeng-topeng i
ih, Bi," Ri
is. "Semoga Nona bisa
h bela diri, Dhimas yang bermain piano, adalah sisi-sisi dari dirinya yang mencoba melarikan diri dari
Dhimas adalah seorang penipu, padahal ia hanyalah seorang pria
imas mengatakan Risa bukan satu-satunya wanita di s
obil mewahnya. Ia tampak lelah, rambutnya sedikit berantakan. Risa menunggu Nyonya Pramudya masuk ke
isa memangg
mendongak. "Ris
di sofa seberangnya
a napas. "Tent
," Risa memulai. "Tenta
Risa dengan tatapan kosong, seolah Risa bar
"Aku tahu kenapa kamu seperti ini. Aku tahu kenapa Mama
enatap ke arah jendela. "Ka
sendiri," Risa mendesak. "Aku tahu kamu membangun tembok untuk melindungimu,
rasa berat, hanya diisi oleh suara
g ia tahan mati-matian. "Kamu tidak tahu bagaimana rasanya, Risa. Terjebak dalam kenangan, ter
"Bersalah? Ke
imas berbisik, suaranya parau. "Aku yang s
rdetak. Ini adalah rahasia terbesar D
dekat ke Dhimas. Ia ingin memeluknya, membe
isa. Aku selalu merasa bersalah," Dhimas melanjutkan, air mata mulai mengalir di pipinya. "Set
sa berkata tegas. "Itu kecelakaan.
akannya. Dia selalu mengingatkanku bahwa aku harus kuat, aku harus sempurna, aku har
n kening. "Jadi itu tujuan Mama? Buk
ak laki-laki. Yang seperti Papa. Dia berh
pada keturunan bukan hanya tentang nama keluarga, tapi tentang duka yang mend
... di klub?" Risa ber
mereka hanya pelarian. Pelarian da
tu-satunya wanita di sisimu,"
dalam-dalam. "Ada satu orang lagi, R
ng benar-benar ia cintai? Apakah ia hanya menjadi alat untuk memenu
anya, suaranya nya
nduk. "Nama
s begitu dingin padanya, begitu terpisah darinya? Apakah ia telah masuk ke da
s dan ibunya. Tapi kebenaran itu membawa serta rahasia baru yang lebih menyakitkan. Luna. Siapakah Luna ini? D
ntuk kebahagiaan ayahnya, tetapi juga untuk menemukan kebahagiaan dan t