Dhimas tentang traumanya. Mereka tahu, waktu terus berjalan, dan ultimatum Nyonya Pramudya tentang keturunan adalah bom waktu
enggali informasi dari dokumen-dokumen lama perusahaan yang bisa ia akses tanpa menarik perhatian ibunya. Sementara Risa, d
ak yang muncul," kata Risa suatu malam, berbisik pada Dhimas di balik pintu kamar mere
lu bilang Paman Wijaya pergi karena tidak peduli pada keluarga kami
sa berpikir keras. "Seseorang di lingkaran sosial keluarga kal
nya atau dari buku telepon keluarga yang mungkin tersembunyi. Risa akan mencoba mencari tahu lebih
bulkan kecurigaan Nyonya Pramudya yang pengawasannya semakin ketat. Wanita paruh baya itu se
g yang paling lama bekerja di rumah itu. Mungkin ia punya kenalan lama di
Bi, saya ingin bertanya, apakah ada ART lama yang dekat deng
dia dulu kepala ART. Sudah pensiun beberapa ta
mana dia tinggal?" Ris
, Nona. Tidak jauh dari sini." Bi Sumi me
g apa yang terjadi pada keluarga Pramudya setelah kecelakaan itu, terut
mudya awalnya curiga, tapi Risa berhasil meyakinkannya bahwa ia hanya ingin mencari suasan
ana namun asri, dengan halaman depan yang ditumbuhi berbagai tanaman.
di?" sa
apa, Nak?" Bu Mardi mena
mas Pramudya. Saya dapat
uk, masuk! Ya ampun, Den Dhimas sudah meni
ngat dan kue-kue tradisional. Risa merasakan kehangat
Mardi," kata Risa. "Tapi ada hal penti
itu,
a menatap Bu Mardi lekat-lekat. "Bi Sumi bilang Ibu tahu banyak tentang keluarga itu. Dan saya
a memudar, digantikan oleh ekspresi sedih
an Pramudya meninggal, Nyonya menjadi sangat terpukul. Dia menyalahkan dirinya sendiri, dan juga menyalahkan Den Dhimas k
a bukan hanya protektif, tapi juga menyalahkan Dhimas atas kematian ayahny
ing berhalusinasi. Dia sering bicara sendiri, terkadang dia bilang melihat Tuan Pramudya di mana-mana. Dokter sempat
asi? Ini lebih serius
aman Wijaya?"
an Wijaya mencoba membantu Nyonya Pramudya, mencoba mengajaknya berobat. Tapi Nyonya Pramudya men
l alih se
ikir semua orang ingin mengambil alih perusahaan dan hartanya. Dia bah
uan Pramudya," Risa mencoba mema
rangnya menginjakkan kaki di perusahaan lagi. Dia bahkan mengancam akan melaporkan Paman Wijaya ke polisi jika dia mencoba men
pergi untuk melindu
uasana. Saya dengar dia pindah ke luar kota, jauh dari Jakarta. Saya tidak tah
ramudya bukan hanya seorang wanita yang protektif dan dingin, tapi j
nikan diri bertanya. "Apakah Ibu tahu tent
amudya tidak suka dengan Nak Luna. Dia bilang Nak Luna membuat Den Dhimas lupa diri, tidak fokus pada pelajaran dan masa depannya. Setelah Tuan Pramudya meninggal, Nyonya Pramudya s
ya yang memaksa kelua
kan menghancurkan bisnis keluarga Nak Luna jika mereka tidak mau pindah dan memisahkan Nak Luna dari Den Dhima
Nyonya Pramudya benar-benar kejam. Ia menghancur
na Luna sekarang?" Ris
ti, Nona. Yang saya dengar, mereka pindah ke Eropa.
a yang mereka hadapi. Nyonya Pramudya bukanlah sekadar mertua yang keras, tapi seorang wanita dengan masalah mental yang
pulang dengan pikiran kalut. Informasi
s mendengarkan dengan wajah pucat, matanya membesar saat Risa bercerita tentang ha
ahkanku?" Dhimas ber
h suaminya. "Bu Mardi bilang begitu. Dan itu yang membuat dia ber
. "Ini gila. Ini benar-benar gila. Selama ini aku berpikir aku ya
a, kita harus menemukan Paman Wijaya. Dia mungkin punya b
a Papa lagi. Mungkin ada yang tahu kontak Paman Wijaya. Dan kit
engar Dhimas memikirkan Luna. Itu menu
a punya," Risa memutuskan. "Mungkin dari komunitas seni b
ncari jejak Paman Wijaya, sementara Risa mencoba melacak L
Risa, aku berhasil! Aku berhasil mendapatkan nomor telepon Paman Wijaya dar
sekali! Kita harus s
a. Setelah beberapa kali dering, sebua
al
a?" Dhimas bertanya, sWijaya. S
Paman. Dhim
rdengar terkejut. "Dhimas? Ya ampun, Nak! Sudah lama s
l penting yang ingin saya tanyakan." Dhimas melirik Risa.
emakin terkejut. "Kapan kamu meni
ah kami datang menemui Paman di Bali? Ada banyak hal yang p
aman akan menunggu kalian. Kalian bisa mengina
Mereka akhirnya menemukan Paman Wijay
tahu mereka akan bertemu Paman Wijaya. Mereka merencanakan perjalanan mereka dengan dalih liburan kedua, kali ini dengan alasan "mera
Nyonya Pramudya mengingatkan sebe
himas menjawab d
menuju vila Paman Wijaya. Vila itu terletak di daerah yang tenang, jauh dari keramaian tur
baya dengan rambut memutih, namun matanya memancarkan kebaikan dan kebijak
Wijaya, menatap Dhimas dengan mata berkaca-kaca. "P
awab, suaranya sedikit bergetar.
ereka alami, tentang pernikahan kontrak, tentang ultimatum Nyonya Pramudya, dan tentang perubahan drastisnya setelah k
idak beres," katanya. "Kakak ipar saya... dia memang berubah total setelah kecelakaan itu. Dia tidak mau
lahkan saya atas kematian Papa?" Dhi
ergantung pada Tuan Pramudya. Ketika Tuan Pramudya meninggal, dunianya runtuh. Dan karena kamu yang menge
gan dan obsesi Nyonya Pramudya pada keturunan sebagai "pengganti". "Meng
hasia yang sangat dijaga oleh Kakak ipar saya. Dia... dia tidak bisa memiliki anak lagi sete
untuk mendapatkan keturunan, terutama anak laki-laki, adalah karena ia sendiri tidak bisa memiliki anak lagi. Dhimas ad
a dia sendiri tidak bisa punya anak l
cucu itu... mirip dengan mendiang suam
untuk mendapatkan cucu itu," kata Dhim
dupmu, hidup istrimu, dan hidup cucunya kelak. Dia tidak akan
bih berbahaya dari yang mereka kira. Nyonya Pramudya bukan hany
salah kesehatan mental, Paman?" Risa bertanya. "Itu bi
an dia sangat pintar menyembunyikan sisi gelapnya di depan orang lain. Dia hany
mi lakukan?" Dhimas bert
rus berjuang, Nak. Untuk dirimu sendiri, dan untuk istrimu. Kamu tidak
stakaan Mama," Risa memberanikan diri.
itu? Itu memang tulisan kakak ipar saya sebelum dia berubah. Dia mem
g dulu menyukai Luna?" Ri
i Luna karena dia melihat Luna sebagai 'penghalang' bagi masa depa
a sekarang?" Dhimas bertanya,
khir saya dengar, dia pindah ke Belanda. Keluarganya memang pu
, memberikan sedikit petunjuk. Bel
tatan medis lama dari dokter yang pernah memeriksa kakak ipar saya setelah kecelakaan. Catatan itu
i kantor ayahnya? Ia tida
, Paman?" R
ecelakaan itu. Mungkin itu bisa menjadi bukti yang kalian butuhkan." Paman Wijaya menatap Dhimas. "Kunciny
embebaskan mereka dari belenggu Nyonya Pramudya. Tetapi, bagaimana mereka bisa mengakse
i penting, dan sebuah misi baru. Mereka harus kembali ke Jakarta, dan
nita yang berkuasa, tetapi juga melawan penyakit mental yang tidak terdiagnosis. Dan di
mencari celah untuk masuk ke kantor ayahnya di malam hari, mencari brankas itu. Sementara Risa akan
nya bisa fatal. Tapi Risa, si petualang yang tak kenal takut, kini menemukan tujuan baru dalam hidupn
ak, tetapi sebagai seorang pria yang layak mendapatkan kebebasan dan kebahagiaan. Dan di dalam diri Risa, sebuah perasaan baru mulai tumbuh, peras