gnya tentang Sasha, dan bau parfum asing yang menempel di tubuh suaminya, semuanya berputar-putar di benaknya seperti pisau tumpul yang terus menggores luka. Air mata su
at mereka khawatir dan bertanya-tanya. Bagaimana Alana bisa menjelaskan bahwa pernikahan impian mereka, pernikahan putrinya dengan
ari terasa seperti tamparan. Tak ada maaf, tak ada penyesalan, hanya pernyataan fakta yang dingin. Ini adalah bukti nyata bahwa
Rekan-rekan kerjanya sesekali meliriknya dengan tatapan khawatir, namun tidak ada yang berani berta
i Alana untuk menanyakan beberapa detail proyek. Daniel mengamati Alana dengan saksama. Mata Alana
aranya lembut, penuh keprihatinan. Ia sengaja men
yum itu terasa pahit di bibirnya.
kit lebih tegas namun tetap menenangkan. Ia mendekat, merendahkan suar
ir mata yang sudah ia tahan sejak semalam, kini kembali menggenang di pelu
rkata, "Alana, kau tidak harus menanggung semuanya sendirian. Jika ada sesuatu yang membe
ercekat. Daniel lalu mengulurkan sapu tangan bersih
menyeka air mata yang tak senga
l menambahkan, dengan senyum tipis yang tulus. "Istirahatlah seb
merasa malu karena tertangkap basah dalam kerapuhannya, namun di sisi lain, ia merasakan kehangatan yang asin
s bergema, seolah membuka jalan keluar dari labirin kesedihannya. Selama ini, ia terbiasa memendam semuanya sendiri, takut aka
ngkat dari nomor tak dikenal. "Bagaim
ia teringat sapu tangan yang diberikan Daniel. Pasti Daniel. Ia merasa sed
at. "Lumayan, Daniel. Ter
"Syukurlah. Jangan lupa makan dan isti
iel tidak membahas masalahnya, tidak memaksa, hanya memberikan perhatian yang tulus. Hati Alana
a tidak dijawab. Ia mengirim pesan, juga tak dibalas. Alana tahu ia sedang bersama Sasha. Rasa sakit itu kem
a terlihat letih, namun ada rona puas yang tak bisa ia sembunyikan. Alana melihat tasnya yang hanya berisi sedik
diri. Ia mengetuk pintu kamar tam
uka sedikit. Raihan menjulurkan kepalan
menahan suaranya agar tetap tenang. "
s. "Aku lelah, Alana
Alana bersikeras. "Aku tidak bisa terus-menerus hidup dalam kebohonga
ngkah keluar. Matanya tampak tak sabar
kuti, namun kini keluar dari mulut suaminya sendiri dengan begitu mudah. Jantung Alana
?" Alana menjawab, suaranya bergetar. Meskipun ia ingin mengak
jawaban Alana. Mungkin ia mengira Alana akan
rnya berkata, nada suaranya sedikit melunak. "Aku hanya be
enganku? Apa yang harus kulakukan, Raihan? Menunggu dengan sabar sampai kau bo
gguku, Alana. Aku sudah jujur sejak awal, kan? Aku tidak pernah m
h menyentuhnya, tidak pernah memberikan harapan palsu. Ia jujur tentang motifnya menikah. Tapi itu tidak memb
jujur. Dan itu yang membuatku merasa semakin menyedihkan. Kau tida
merasa bersalah, namun keegoisan dan obsesinya pada Sasha masih terl
i ini. "Aku tahu aku jahat. Aku tahu aku sudah menyakitimu. Tapi a
khir bagi Alana. Ia adalah istri, namun ia harus mendengar suaminya sendiri mengatakan bahw
uaranya kosong. "Kalau begitu, hiduplah bers
s lagi. Air matanya sudah habis. Yang tersisa hanyalah rasa mati rasa yan
rja, dan sesekali berbicara dengan Daniel. Daniel adalah satu-satunya orang yang membuatnya merasa sedikit lebih hidup. Daniel tidak pernah bertanya tent
lalu membuatnya merasa dihargai, didengar, dan dilihat. Daniel memuji ide-idenya, menghargai pendapatnya, dan memperlakukannya dengan ra
gatakan, "Agar Sasha lebih mengenalmu sebagai istriku, dan kalian bisa berteman." Alana tahu itu
Namun, ia merasa terlalu lelah untuk berdebat. Ia hanya me
mewa, meskipun setiap gerakan terasa seperti penyiksaan. Ketika bel pintu berbunyi, Alan
a, wanita yang menjadi obsesi suaminya. Sasha terlihat sangat cantik, dengan gaun elegan dan senyum men
rkenalkan, suaranya sedikit cang
ng bertemu denganmu, Alana. Aku sudah b
namun terasa kaku di bibirnya. "S
tang kenangan-kenangan manis yang mereka miliki. Mereka tertawa bersama, berbagi pandangan penuh arti, seolah tidak ada Alana di sana. Alana
ana melihat bagaimana mata Raihan berbinar setiap kali Sasha berbicara, bagaimana ia mendengarkan setiap kata Sash
mun, setiap bisikan tawa, setiap sentuhan ringan di antara Raihan dan Sasha, terasa sepe
enikah dengan Raihan? Pasti menyenangkan, kan?" tanyanya, dengan senyu
ernikahan ini adalah neraka, bahwa ia adalah korban dari permainan Raihan. Namun, ia tidak bisa
a, suaranya datar. Ia tidak bi
an Sasha. Ia mencoba mengalihkan pembicaraan. "Sasha
an mereka. Alana merasa lega. Ia hanya ingin malam ini
Alana mendengar bisikan-bisikan dan tawa kecil dari luar. Lalu, suara
kata Alana, mencoba sibuk
suaranya terlihat lega. "Aku a
ak kapan Raihan menawarkan bantuan? In
g," Alana akhirnya berkata
ia kembali, Alana. Aku tidak bisa menyembunyika
erasa jauh lebih menyakitkan daripada pertengkaran mereka sebelumnya. Ia
, suaranya pecah. "Aku tahu itu. D
nya. Ia tidak sanggup lagi berpura-pura tegar. Ketika ia masu
aja? Aku merasa ada yan
t baginya. Daniel, lagi-lagi, muncul seperti malaikat pelindung. Ia tidak tahu ba
annya gemetar. "Tidak, Danie
ya berdering. Itu Daniel. Alana rag
ramu terdengar..." D
lagi menahannya. "Aku... aku tidak b
na menangis di ujung telepon. Setelah beberapa saat, ia
ingin Daniel melihatnya dalam keadaan seperti ini.
bersikeras. "Aku tidak akan memb
gorden, dan melihat Daniel berdiri di depan pintu, dengan raut wajah khawatir. Alana ragu-rag
n itu, ada bisikan kecil di hatinya yang berkata,
sepatah kata pun, Daniel melangkah masuk, menarik Alana ke dalam pelukannya. Pelukan yang h
selama ini ia pendam. Daniel hanya memeluknya erat, mengusap punggungnya dengan lembut, tidak
aguminya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi ia tahu satu hal: ia tidak akan lagi menanggung semua ini sendiria