a-kata itu menggantung di udara, menciptakan keheningan yang memekakkan telinga. Raihan, yang biasanya selalu tenang dan terkontrol, kini terlihat limbung
mengulang pertanyaan yang sama seperti saat Alana pertama kali menyuarakan k
mendapatkan lebih dari hidup seperti ini." Ia tidak lagi gemetar, tidak lagi menangis. Ada kekuatan baru yang mu
ikah, Alana. Bagaimana dengan orang tua kita? Bagaimana dengan
, ini selalu tentang dirimu! Kau menikahiku untuk melampiaskan kekecewaanmu pada Sasha, kau memperlakukanku seperti pajangan, dan sekarang, ketika aku ingin pergi,
ngar sebelumnya. Ia terdiam, tak bisa membantah. Semua argumennya ter
a lebih lembut, nyaris menyerah. Ia berbalik dan mening
dengan mudah. Akan ada drama, akan ada pertengkaran, akan ada air mata. Tapi ia sudah melewati titi
ngkar di T
dan tekad. Raihan menghindari kontak mata dengannya, seolah ia adalah hantu yang tib
edikit lega. Daniel adalah satu-satunya orang yang
uh kekhawatiran. Ia melihat ketegangan di wajah Alana. "Ak
bicara dengannya, Daniel. Aku meng
nya. Senyum itu menular, membuat hati Alana sedikit menghangat
na telah menjalani hidupnya selama ini tanpa pengakuan, ta
na berbisik. "Aku tidak tah
erima kasih. Aku hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan seorang
g, ia bahkan berani mengambil langkah lebih jauh. Ia sering mencari alasan untuk menghabiskan waktu bersama Alana, entah itu makan siang di luar, atau sekadar kopi sore. A
untuk segera membalas perasaannya. Ia hanya ada, menunggu, mendukung. Kehadirann
Raihan y
ah dengan kedekatan Alana dan Daniel yang mulai terlihat, membuat Raihan merasa terancam. Raihan
untuk pekerjaan rumah. Ia juga mengurangi interaksinya dengan Sasha di kantor, setidaknya di depan umum. Alana tahu itu semua adalah sandiwara. Raihan tidak benar-be
emulai percakapan yang lebih dalam d
u sudah banyak membuat kesalah
r. "Kau sudah tahu it
memperbaiki semuanya. Aku ingin mencoba, Alana. Aku i
mengatakan itu setelah semua yang ia lakukan? Setelah
n, namun tegas. "Hati ini sudah hancu
i. Tapi ia tetap mencoba. Ia tidak ingin kehilangan Alana, bukan karena ia mencintai Alana, melainkan karena i
sha dan Kebi
tian Raihan kembali, kini mulai merasakan ada yang aneh. Raihan tidak lagi seintens dulu. Ia seringkali menolak ajakan Sasha dengan alasan "sibuk"
naik daun, dan ia tahu Daniel belakangan ini sering terlihat bersama Alana. Ia adalah
di meja, melainkan di koridor, saat Raihan baru saja keluar dari ruang r
cara?" tanya Sasha, s
ejanya. Ia tidak ingin ada keributan. "Sash
matanya menatap tajam ke arah Alana. "Apa yang sedan
apa yang mereka bicarakan, tetapi ia bisa merasakan ketegangan dari raut
ihan, di satu sisi, mencoba meredakan Sasha, sementara di sisi lain, ia juga merasa bingung dengan perasaannya sendiri. Ia masih mencintai Sasha,
Sasha," Raihan mencoba menjelaskan. "Ada banya
si busuk itu daripada aku? Kau bilang kau menci
n membalas, suaranya meninggi. "Tapi i
ng mendalam. Ia merasa terjebak di antara dua wanita: Sasha, cinta pertamanya yang kembali, dan Alana, istrinya
lih Jalann
eputusannya. Ia tidak ingin lagi menjadi bagian dari permainan ini. Ia tidak ingin lagi me
rikan dukungan, perhatian, dan rasa hormat yang tulus. Setiap sentuhan tangannya, setiap tatapan matanya, meyakinkan Alana bah
buah restoran yang tenang. Suasana romantis, jauh d
suaranya lembut, "bagai
Aku merasa lebih baik, D
a di atas meja. "Aku tahu ini mungkin bukan waktu yang tepat, Alana. Tapi aku ingin kau tahu, aku tida
han, kini keluar dari mulut Daniel dengan begitu tulus. Ia menatap mata
ahagiaan mulai menggenang di matanya. "A
kebahagiaan. Ia meremas tangan Alana dengan lembut. "Aku akan m
nyata. Ia tahu bahwa perceraian dengan Raihan akan menjadi proses yang sulit, mungkin menyakitkan.
Ia meminta Raihan untuk bicara serius, kali ini bukan di rumah, m
tanyanya, mencob
aranya mantap, tak ada keraguan. "Aku ing
sung dari mulut Alana tetap saja mengejutkan. "Alana... bisakah kit
engkan kepala. "Hatiku sudah tidak ada d
lihat tekad yang kuat di mata Alana. Ia tahu ia tidak bis
orang tua kita?" R
uanya. Ini keputusanku, Raihan. Aku tidak ingin menghalangi kebahagiaan
menyerah. "Baiklah," katanya, suaranya t
, bagaimana reaksi keluarga, atau bagaimana pandangan orang-orang. Tapi ia tahu, ia telah memilih jalannya sendiri. Jalan menuju k
gertian dan dukungan. Alana melangkah mendekat, dan saat Daniel menggenggam tangannya, ia tahu bahwa ia telah membuat k