n emosional. Ia menangis hingga air matanya habis, mencurahkan segala kepedihan, kekecewaan, dan kehampaan yang telah lama menggerogotinya. Daniel tidak me
atur, dan napasnya yang menenangkan, seolah menjad
merasa malu dengan penampilannya yang kaca
iknya, suaranya serak. "Ak
Alana. "Tidak apa-apa, Alana. Terkadang, kita memang butuh me
tisu pada Alana. Alana menerimanya denga
p," kata Daniel lagi, suaranya penuh pengertian. "T
alah jangkar. Mereka duduk di sofa ruang tamu yang temaram. Alana sesekali melirik Daniel, melihat raut wajahnya yang ser
lamarnya, motif sebenarnya di balik pernikahan itu, bagaimana Raihan tidak pernah menyentuhnya, hingga kembalinya Sasha dan peng
ya menunjukkan simpati dan kemarahan yang samar. Ketika Alana selesai bercerita, keheningan me
" Daniel akhirnya berkata, suaranya rendah,
ta kembali menggenang. "Aku merasa
. "Tidak, Alana. Kau bukan bodoh atau naif. Kau adalah orang yang tulus, dan
am diri Alana. Ia menatap mata Daniel, dan untuk pertama kalinya d
kan sekarang, Daniel?" tanya A
antumu melewati ini." Ia berhenti sejenak. "Kau pantas mendapatkan kebahagiaan, Alana. Kau pantas mendapatka
cana ke depan, hanya berbicara tentang hal-hal ringan, mencoba mengalihkan pikiran Alana dari kesedihan. Kehadiran Daniel saja sudah c
asa lega dan juga tekad yang samar. Ia tahu ia tidak bisa terus-menerus hi
menghindari kontak mata. "Aku... aku minta maaf soal k
r. "Tidak apa-apa, Ra
kata apa lagi. Alana tidak menunggu. Ia lan
hu kebenaran di balik senyum palsunya. Mereka sering menghabiskan waktu makan siang bersama, atau terkadang Daniel akan menunggunya di lobi setelah jam kerja untuk mengobrol
Alana sudah makan, atau menawarkan untuk mengantar Alana pulang jika hari sudah larut. Alana merasakan getaran aneh setiap kali Daniel berada di dekatnya. Hatinya yang beku perlahan mulai merasa
lang bersama, bahkan ada desas-desus bahwa Sasha sudah sering menginap di apartemen Raihan. Alana mendengar semua itu, tetapi ia sudah tidak merasa sesakit d
gan Raihan dan Sasha. Raihan terlihat terkejut melihat Alana bersama Daniel, apalagi Daniel tampak begitu
h, meskipun ada nada dingi
aniel. Alana." Ia menatap
ah, kalian makan siang be
-lah yang menjawab. "Ya, kami ada b
li melirik Alana dengan pandangan menyelidik. Alana merasa sedikit puas melihat ketidaknyamanan Raih
rgi, Daniel menatap Alana.
k-baik saja. Aku justru se
bagus. Berarti kau suda
setidaknya ia tidak lagi merasa hancur. Kehadiran Daniel memberinya kekuatan, me
erada di rumah. Ia tidak lagi pulang larut malam, dan ia mencoba berbicara lebih banyak dengan Alana. Perubahan
ang ke kamar Alana. Ala
tanya Raihan, suaranya terdeng
kunya, menatap R
menjaga jarak. "Aku... aku mel
lana bert
anmu," kata Raihan, nada suaranya sedik
aihan? Kau ingat saat kau terang-terangan mengejar Sasha, bahka
. "Aku tahu aku salah. Aku akui
asaanku. Dia peduli padaku. Dia ada saat aku merasa
ih mencintai Sasha, itu pasti. Namun, melihat Alana yang mulai dekat dengan pria lain, seorang CEO tampan pula,
anya terdengar putus asa. "Tapi tolong, jangan dekat-dekat
gan dingin. "Mereka bicara tentang kau dan Sasha. Mere
si. "Aku tidak bisa melepaskan
aranya tenang namun penuh tekad. "Aku tidak ingin menja
mbelalak. "Kau
u tidak bisa terus-menerus hidup seperti ini
Tapi ia juga tidak ingin reputasinya hancur karena perceraian, apalagi jika Alana yang me
inggalkan Alana dengan perasaan lega bercampur takut. Lega karena ia sudah mengung
tang ke kantor seperti bi
kekhawatiran di matanya. "Aku melihat Raiha
bicara dengannya, Daniel. Aku meng
m lega muncul di bibirnya. "Itu keputusa
l. Ia tahu, langkah ini adalah langkah besar, langkah yan
a untuk "mempertahankan" pernikahan mereka, namun Alana tahu itu hanya karena ia merasa terancam oleh Daniel
etiap sentuhannya, setiap kata-kata perhatiannya, semuanya mengatakan hal itu. Alana, yang selama ini mengira hatinya sudah beku, merasakan ada bunga-bung
seperti klien atau rekan kerja, melainkan makan malam yang santai di seb
. "Aku tahu kau sedang dalam proses yang sulit. Ta
r kencang. Ia tahu ap
harus berkata apa, Da
senyum lembut. "Aku hanya ingin kau tahu. Aku ak
," terasa begitu berharga. Setelah sekian lama merasa tidak berharga,
ba berbicara, namun kata-kat
ya erat. "Tidak apa-apa. Nikmati saja
ngkin melibatkan Daniel. Ia tahu bahwa perjalanan masih panjang. Ia harus menyelesaikan masalah dengan Raihan, menghadapi perce
ari Daniel, yang seolah-olah mengambil apa yang selama ini ia miliki, meskipun ia sendiri tidak pernah menghargainya. Konflik akan semakin memanas. Pilihan yang berat terben