raan saat Dewi Sekar Sari Istrinya ingi
yuk," ajak
a seraya berlalu da
madu. Katamu kita ma
a melangkah pergi meraih kunci m
a!" teriak
nya. Malam tiba, dan dia nggak b
rlapang dada. Menerima kenyataan b
jang pun, Aji tak
i, mampu meluluhkan Aji. Disentuhnya p
enar mengharapkan pelukan hangat dari lelaki
membuai istrinya, lalu dia t
g," Dewi mengecup
nya Aji pura-
*
bangun dari tidurnya, di
yang masih tak ingin ber
hui jam dinding di kamarnya ma
gar bel rumahnya ber
melangkah ke ruang tamu, untuk memastik
engan kondisi per
Dewi heran ber
Kak." sapa perempua
am perempuan itu, den
ajak Dewi penu
hu, dengan siapa ya?" t
," jawab pe
ng pagi ini ke rumah saya?" tanya Dewi lag
menjawab per
a-kaca, hingga terdenga
ngis Mbak?" tany
-sedu. Dia belum ingin men
ngung dan penasaran. Siapa perempuan yang
ecangkir teh hangat, disuguhkan
u, Mbak, biar tenang. Biar bi
kan perempuan muda yan
mau minta sumbangan ya?
i pagi hari," ucap Dewi mencoba membujuk perempuan itu,
sudah mau dingin lho," bujuk De
nggak jelas. Bahkan ditawari minum saj
nya. Dia berikan selembar uang lima puluhan ribu
perempuan itu spontan
sekedarnya saja. Buat p
ikeras dengan prinsipnya
nya beli makanan atau apa gitu," paksa Dewi sembari berusaha menyelipkan uan
asih menggengga
h yang sesungguhnya tapi b
pa masalahnya," desak Dewi berusaha
i, saya jadi bingung mbak," dengan segala cara,
mbak..mbak ini t
ja tak mau ngomong. Ma
rasa mau aku siram sama teh di gel
agi, besok. Soalnya saya ada janjian sama orang di luar," untuk kesekian kalinya Dewi membuju
bentuk meluapkan kekesalannya pada
ya mbak. Saya ditinggal sama suami saya." ce
ubungannya dengan aku. Aduh. Dunia ini semakin banyak saja o
i coba menanggapinya, meski sebenarnya dia tak
anggukkan kepalany
mengadukan soal suami mbk yang pergi dengan cew
gara perempuan itu, saya jadi belum bisa
arnya. Ini pasti pasien yang baru keluar dari rumah sakit jiwa." Dewi ingin melepask
ak. To the point saja Mbak. Saya soalnya mau buru-b
tu masih be
diceraikannya. Jadi kami susah mau men
engar cerita perempuan y
ceraikan istrinya itu."
udah hamil ini. Bagaimana nasib anak saya, kalau tidak ada bapa
kantor pengadilan agama. Jadi, mbak. Sekali lagi, bisa nggak mbaknya pergi ke kantor agama saja, untuk melanjutkan konsultasinya. Saya be
tu masih tak bergemin