r. Tubuhnya yang ringkih sesekali menggigil, meski ruangan itu tidak ber-AC. Tangannya yang keriput m
raut wajah penuh simpati tengah membaca
, namun tegas, "hasil pemeriksaan menunjukka
kabar buruk itu, tapi hatinya tetap tak siap. "Apa penyakit sa
alam-dalam, berusaha mencari
sekitar enam bulan. Tapi, ini hanyalah prediksi medis. Hidup dan mati seseorang hanya Allah yang me
kini tampak rapuh. Pandangannya mengarah ke jendela, menembus tirai tipis yang bergo
suaranya nyaris tak terdengar. Dengan lan
berikan kehangatan yang kontras dengan dinginnya hati Siti. Tas kain usang yang digenggamnya terayun perlahan mengikuti langkahnya
menjaga dan melindungimu?" batinnya. Air matanya jatuh tanpa
erhana. Rumah berdinding kayu dengan pekarangan kecil yang dipenuhi
mbutnya. Nezha, gadis mungil berusia tiga belas tahun, t
u. Tapi sayurnya cuma kangkung, nggak apa-apa, kan?" ucap
an. Rambutnya hitam legam dan diikat rapi ke belakang. Matanya berbinar, penuh semangat hidup meskipun kondisi mereka serba p
an makanan. Senyumnya muncul, meski hatinya terasa berat. Pikirannya berkecamuk,
ku tak sanggup membayangkan Nezha
gera menghampiri. "Nenek, kenapa? Kok sedih? Nenek lagi m
hawatir. "Ah, nggak apa-apa, Sayang. Nenek cuma capek saja. Sudah, yuk kita makan.
a ada sesuatu yang disembunyikan neneknya. Nam
l itu. Suara sendok dan piring beradu menjadi latar suasana sun
, aku harus memastikan Nezha punya masa depan. A
g kayu yang retak. Angin malam masuk melalui celah-celah jendela, mengantarkan hawa dingin yang men
a. Lelaki itu pernah memberitahunya kalau ia sempat melihat Winda, putrinya, di kawasan Pasar Senen, Ja
ri Winda, tentu butuh waktu, tenaga, da
atau lambat, ia harus berangkat
u tidur nyenyak, memeluk bantal lusuh yang selalu setia menemani malam-ma
enek nggak akan biarkan kamu hidup sendirian. Nenek akan berjua
malam itu, bertahun-tahun lalu, ketika Winda berdiri di depan pintu de
back
Nezha... Nezha lebih baik tinggal sama
inda! Kamu ini bicara apa? Nezha Itu ana
i. Kalau Emak nggak mau, aku akan serahkan dia ke
enghujam hatinya. "Winda, apa kamu sadar apa yan
h mencibirku. Hidupku sudah hancur, Mak. Aku nggak sanggup hidup se
alkan Emak sendirian?
an kembali. Tolong restui aku, Mak. Aku mohon..." Winda be
Winda lebih lama. "Baiklah. Kalau kamu memang mau ke Jakarta, pergilah. T
a, Mak. Insya Allah,
tinggalkan kini tumbuh menjadi gadis ceria yang mengisi hari-hari Siti
back
ia miliki, ia bertekad untuk pergi ke Jakarta, mencari Winda
hanya ingin melihat dia punya masa depan yang cerah," do