nannya. Sendok kecil di tangannya terasa berat, dan Yuna bisa merasakan getaran dari tubuh mungil anak itu. Lily tak menangis, namun matanya sudah berkaca-kaca, memancarkan kesediha
amannya erat, seolah mencari perlindungan d
on bergetar, ia menco
Tangisan yang penuh ketakutan dan keputusasaan, membuat hati Yuna terasa perih. Jackson beranjak dari kursinya, berjalan
tanya Jackson, suaranya sangat
apa Ayah selalu bertengkar dengan mommy?" Suara kecilnya pecah, menyuarakan pertany
tidak bisa. Ia tidak bisa membuat putrinya semakin bingung dan menyalahkan salah satu dari mereka. Ia hanya bisa menatap mata
adi tangisan yang lebih keras. "Mereka punya keluarga yang harmonis... mereka b
aksikan pertengkaran mereka. Ia sudah terlalu sering merasa kesepian, ditinggal ibunya yang selalu pergi, dan ayahnya yang sibuk beker
f, tak peduli apakah Lily akan mendengarnya atau tidak. "Ay
sekuat tenaga untuk membuatnya bahagia. Mereka tidak pernah bertengkar di depannya. Ayahnya selalu bekerja keras di ladang, ibunya selalu menunggu dengan s
p air mata Lily dengan ibu jarinya, lalu mencium kening putriny
eh ke arah Yuna. "Kak Yuna.
Kakak baik-baik saja." Ia mengambil sendok, menyuapi Lily d
memberikan kenyamanan dan kehangatan yang tidak bisa diberikan oleh Jackson dan Bella. Yuna adalah sosok yang tulus, ia memberikan perhatian yang tak bisa
nselnya. "Lily, Kakak tunggu di depan, ya?" ujar Yuna. Lily me
, membuat anak itu tersenyum. Yuna tahu, Lily akan baik-baik saja. Jackson akan berusaha sekuat tenaga untuk membuat putrinya bahagia. Yuna tidak tahu apa yang akan te
tidak boleh menyerah. Ia harus melunasi hutang orang tuanya. Ia harus kembali ke kampung halamannya dengan kepala tegak. Ia harus membuktikan pada dirinya sendiri, bahwa ia bisa melakukan apapun. Dan, ia juga akan membantu Lily. Ia akan menjadi teman, kakak, dan sosok yang akan se

GOOGLE PLAY