ni ramai seperti biasa, tap
edagang dan tetangga desa berkumpul, mende
masih memegang pisau untuk memotong sayuran, tapi
arin, pasti ikut nangis," kat
nak-anaknya. Rafif sama Hana cuma punya dia. Emir? Huh, laki-laki itu cuma b
k pelan, beberapa menun
ik, berbagi cerita tentang Rania yang pernah
ual ayam potong
ari pasar, tapi ajak tetangga lain.
gangguk, hat
anyak. Untuk obat, untuk anak-anak
esa. Tetangga dari gang-gang kecil, tukang ojek, b
yang dua puluh ribu, tapi setiap ru
buku tulis lusuhnya, berjanji akan
linga Elsa, yang sedang minum
merah, tangannya men
da Bu Tuti, tetangga yang tanp
a-minta ke orang desa, sekarang malah
Bu Siti, dengan wajah masih panas. Ia menge
a di rumah sakit, sekarang desa pada urunan buat dia. Emir? Huh, laki-laki ngga
dengar dalam diam
tak pernah bisa diandalkan. Tapi mendenga
dah lama tak terurus, Emir pulang den
Di dalam, seorang perempuan muda dengan pakaian ket
ir?" tanyanya,
ra-gara Rania!" teriak Emir, tangan
ma bikin masalah, sekarang Erlan
pi Emir tak peduli. Ia menarik tangan perempuan
uh tawa dan bisik-bisik yang tak
kup lama, tak mempedulika
ncang rumah. Pak RT, dengan wajah tegang dan beberap
" teriaknya, suara
Ini rumah keluarga, b
masam, perempuan di belakangny
g dengan jijik, bisik-bisi
sakit di rumah sakit. Anak-anak kamu butuh
perempuan itu dengan sorot mata y
gambil tasnya, tapi tatapannya menyim
tubuh lelah, wajahnya masih memerah karena
n menyapa hidungnya, tapi suasana
l dengan gerakan kesal, sementara di sudut ruangan,
, mulutnya miring akibat stroke ya
berbicara, penuh kepedihan meny
aranya langsung tinggi beg
a? Urusin Rania sama anak-anaknya? Kamu p
yang ngelapin air liurnya tiap hari! Sekarang kam
mencoba menahan amarah yang k
memandang dengan mata berkaca-kaca,
tanya, suaranya r
ma punya dia. Emir... kamu tahu sendiri
gannya menunjuk-nun
juga capek! Semua aku yang urus! Ibu kamu ini lumpuh, nggak b
yang brengsek, dan kamu malah nambahi
gking, penuh keluh kes
Aku juga pengen libur, pengen santai, buk
oba menahan diri agar tak memba
undak ibunya yang rapuh, seolah mencari
rawat. Tapi Rania... dia keluarga. Anak-anak itu
tertawa sinis, m
Aku bukan panti asuhan! Kamu pi
ana, Rania penyakitan, ibu kamu stroke
penuhnya salah, beban keluarga ini memang berat, tapi kata-
rlayar lagi," katanya pel
mereka setiap hari, cuma... tolong bantu sesekali. Bu Murni
sa membanting ponselnya ke
tis? Aku udah bilang, Erlang, aku n
edsos, sekarang malah nyaris mati! Biarin
, menutup mata, air matanya jatuh
tapi tubuhnya tak lagi mematuhinya.
aknya dan menantunya bertengkar, tapi ia juga tak
mu," kata Erlang akhirnya, sua
un yang kamu bilang. Kalau kamu n
bil jaketnya, dan m
Ibu, maafkan aku kalau n
nuh amarah, tapi tak ada kata l
sulungnya pergi, matanya penu
mir, suasana masih tegang
da di sana, duduk di sudut ruangan, memandan
alu, Mir!" katany
a ngomongin a
matanya penu
benci mereka semua, Erlang, Ran
guknya dengan kasar. Perempuan itu menatapnya
ya dengan Emir, tetap menjadi bayang-bayang