/0/28110/coverbig.jpg?v=0ce6f4616f3d5da4baede866d3339c50)
Selatan. Tirai tipis bergoyang pelan tertiup angin dari jendela yang terbuka sedikit. Aroma kopi baru diseduh samar-
i serpihan kaca. Dari luar, hidupnya tampak sempurna-istri dari seorang pengusaha muda yang sukses, tinggal di rumah besar, dan punya reputasi sosi
ngan setelan kerja berwarna abu muda, dasi biru laut, dan senyum yang nyaris terlalu sempurn
n diri tersenyu
um aku mandi," goda Rafka ringan sambil meletakkan nampan di meja ke
walau tawanya hambar.
ng. Ada meeting penting jam delapan." Ia berdiri, merapikan jasnya di depan cermin, l
sa," Nayla m
a tersenyum, lalu berjalan keluar dengan langkah tegap penuh percaya diri. Beberapa deti
k membangkitkan selera. Tangannya gemetar halus ketika ia meraih ponsel di meja. Layar ponselnya menyala, menampilkan
kend yang indah. Aku suda
andar santai dengan kemeja putih setengah terbuka, dan di belakang kamera, sebuah tangan
u jebakan. Tapi ia tahu itu bukan. Ia tahu persis vila itu-Rafka pernah menyebutkannya sebagai tempat "retret kerja" milik kolega. I
a berse
lam-malam, setelah dadanya nyeri dan kepalanya berdenyut karena menahan amarah, y
-
inya di lantai dua, menatap papan moodboard yang biasanya penuh potongan kain dan foto furnitur
a" dengan lingkaran hitam pekat, dan di sa
tu. Si istr
alnya, atau bagaimana ia bisa menyusup ke hidup mereka. Tapi
muncul dari balik pintu. "Mbak Nayla, saya bawakan jusnya," ucapny
meja, Sinta.
u sekilas, alisnya terangkat. "L
, "Oh ya, nanti tolong atur supaya aku tidak ada jan
utup, dan Nayla kembali menatap nama suaminya di papan. Bibirnya melengk
sa menghancurkannya dia
-
a, dengan lilin-lilin ramping dan vas mawar putih. Rafka baru pulang, menanggalkan jasnya di sandaran
k di dunia," katanya samb
meneguk sedikit anggur merah,
perti itu?" tanya Ra
suaranya lembut. "Aku cuma..
elempar gelas itu ke wajahnya. Tapi tidak, belum. Masih terlalu dini. Permainan ini butuh kesabaran. I
, seperti biasa. Nayla naik ke kamarnya sendiri. Ia dudu
ka. Ia mendekatkan wajahnya ke cermin, lalu tersenyum tipis. "Kamu tidak akan men
-
masih memimpin rapat di butik, masih menghadiri acara sosial, masih tersenyum dalam setiap
tamanya: me
salah satu klien butik menangani kasus penipuan properti. Damar bukan detektif bersertifikat, tapi ia
Kemang. Ia mengenakan kacamata hitam besar dan topi lebar, menyamarkan wajahnya. "Saya ingin t
pi tidak bertanya. "Berap
at mun
u sudah k
m dingin. "Itu
-
Ia tahu, untuk membuat Rafka lengah, ia harus berubah-bukan menjadi istri yang curiga atau marah, tapi justru menjadi versi
ang lebih berani. Ia mulai menghadiri kelas tinju dan yoga panas, sesuatu yang selalu ia tunda. Ia bahkan mendafta
***. Seorang fotografer seni kontemporer yang baru pulang dari Berlin, terkenal karena pameran fotonya ya
menit, membawa tas kamera lusuh, dan duduk di pojok ruangan sambil mencoret-coret sketsa sembarangan. Tapi se
dekat ke meja cat Radya. Ia menjatuhkan kuasnya, pura-
ya sambil membun
Radya, suaranya serak r
ngkat alis.
datang dengan heels ke kelas me
ngkin aku suka membuat k
di balik tawanya, terselip ide berbahaya: mungkin Radya bisa menjadi bagian da
-
Damar menghubunginya l
kasi. Kirimkan lokasi
a membalas cepat, lalu duduk di kursi kerj
tel kecil yang biasa dipakai Nayla untuk rapat
but panjang bergelombang, senyum menawan, dan mata tajam. "Model freelance, kadang jadi influencer. Mere
tnya terasa seperti dicekik tangan dingin,
an Tuan Rafka." Damar menyodorkan foto lain-foto yang nyaris identik denga
wajah Laras-garis rahang, bibir, mata-seolah ingin mengukirn
" Damar menatapnya hati-ha
dingin. "Tidak. Saya
-
bawah langit gelap, lampu-lampu gedung menciptakan ilusi bintang. Angin malam menyi
uarkan saat bicara dengan orang yang membuatnya bahagia. Nayla tidak p
rlahan, lalu meletakka
ru per
sepenuhnya miliknya, ia akan mencabut semuanya, menghancurkan egonya, membuatnya kehilangan segalanya. Dan mungk
ng, Nayla ha
n telah

GOOGLE PLAY