img PEMUAS IBU TEMANKU  /  Bab 1 Pemuas - 1 | 10.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca
PEMUAS IBU TEMANKU

PEMUAS IBU TEMANKU

Penulis: Fajar Merona
img img img

Bab 1 Pemuas - 1

Jumlah Kata:1266    |    Dirilis Pada: 02/10/2025

" bisik Veron sambil

ik ke arah deretan tamu undangan yang baru saja

modern yang menambah kesan rapi dan elegan. Kain jariknya cukup membentuk lekuk tubuhnya, dan setiap

a melintas di depan barisan pagar, meningg

Veron, sambil menahan tawa. "Coba aja dia n

a soal kebaya atau jariknya, Tante Meta memang punya aura yang susah di

g jelas, aku merasa sungkan. Tante Meta, ibunya Alisa,

atau menatap sekeliling, pandanganku selalu kembali ke Tante Meta. Ada sesuatu dalam cara dia me

agi, Tante Meta memang punya aura yang susah diabaikan, dan aku,

ahan Bang Yosi dan Mbak Elin, anak kedua Pak Ma

ngan tenda warna-warni. Musik organ tunggal sudah siap di pa

ian adat Sunda yang disediakan panitia. Para pagar bagus mengenakan beskap ungu dipadu bendo dan kain jarik bernuansa megame

h. Sesekali aku mencuri pandang ke arah kerumunan. Bukan pada gadis-gadis sebayaku, tap

cara tersenyum, cara kain panjang kebaya menyapu lantai den

u berusaha tetap menjaga senyum formal saat menyambut tamu. Tapi bayangan Tan

ngga pipi kanannya muncul lesung pipit kecil. Aku refleks merapika

bil sedikit menengadah karena aku lebih tinggi.

ku agak gelagapan, buru-buru menunjuk k

arik Tante Meta, mendadak salah tingkah. Senyum sok manis

ekeh kecil, lal

ut, Tan?" tan

ara khusus. Oh iya kebetulan Ta

u balik ber

ubungi. Maksud Tante... biar nanti kalau perl

harus ke aku, kenapa gak ke Ivone, Iv

tap serius menu

erusaha terdengar tenang meski tel

bening, jemarinya lentik dan kuku rapi berwarna nude. Wangi par

tik aja lang

eras-keras. Matanya melotot, jelas masih syok karena kenyataan bera

memberikan pon

saya simpan nomor s

epan tubuh, berusaha menjaga wibawa. Kain jarik yang kupakai memang agak se

ganku yang tersilang lebih lama dari yang kusangka. Lal

ditutupi pake dua

Di sampingku, Veron sampai terbatuk-batuk menahan kaget.

.." suaraku nyar

tak terjadi apa-apa, lalu melangkah anggun meninggalkan aku dan Veron. Aku masih terp

g sekomplek bisikin gituan sama lu?"

uk, mencoba menutupi rasa

ntin bergerak ke masjid kompleks,

ongan, kebagian tugas membawa kotak cenderamata. Aku memilih duduk sebentar di kursi ko

ariknya. Kebaya hijau tosca yang tadi membuatku salah tingkah kini terasa l

kku. Begitu aku berani memandangnya, cepat-cepat ia alihkan tatapannya, pura-pura sibuk memainkan ponselny

nak kecil berlarian terdengar samar. Tante Meta tersenyum tipis. Senyum yang tidak biasa. Bukan sekedar b

erdegup tak karuan. Aku lantas pura-pura main ponsel biar nggak kikuk. Tiba-tiba ada

ternyata besar banget ya. Keli

Kelabakan, buru-buru menengok sekilas ke depan. Tante Meta masih duduk manis, wajahnya datar seolah

nnya, tapi malah jari-jariku bergerak sendiri. Ada dorong

gak enak gini... takut ada

napas. Degup jantungku makin keras. Dari depan, Tante Meta

-titik tiga di layar membu

k papa kok... asal jangan di

gak ketahuan panik. Dari depan, Tante Meta hanya menyilangkan ka

oba tenang. Tapi entah kenap

dipegangin sama Tan

n berani gini?' Aku m

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY