masih terasa sesak, memikirkan hari-hari yang harus ia jalani di rumah besar milik keluarga Wiratama. Setiap sudut rumah itu memancarkan kemew
lum menghadapi Cynthia. Ia sudah belajar, bahwa wanita itu selalu menunggu kesempatan
ruangan. Dimas duduk di ujung meja, membaca koran, wajahnya tetap seriu
gan, tapi tak mampu menutupi rasa tidak nyaman
gan lupa, Alira, di rumah ini, aturan ditentukan oleh mereka
ngangguk pelan, mencoba te
tap Alira, seakan ingin membaca pikirannya. Tapi pandangan Alira
hal, Alira. Rumah ini bukan tempat bermain. Segala hal yang kau lakukan di sini bisa
yang perlahan masuk ke pikirannya. Ia mencoba menenangkan di
ku akan terus mengawasi setiap gerakanmu. Jangan lupa, Dimas a
ia menunjukkan kelemahan, Cynthia akan segera memanfaatkannya. Ia hanya bis
nthia, ia juga harus belajar menyesuaikan diri dengan pelayan, sekretaris, hingga jadwal resm
mpatan untuk menelepon Raka. Suaranya di telepo
tanya Raka, nada suaranya l
ewa yang menumpuk. "Hari ini... melelahkan, Ka. Cynthia... dia... sel
k melindungimu. Tapi dengarkan aku, Alira... kau harus bertahan. Jangan biarkan me
ap begitu... Ka. Aku juga akan ber
pur aduk-antara rindu pada Raka, rasa takut menghadapi Cynthia, dan tekad untuk bertahan demi ibunya. Ia men
"Dimas... menganggapmu pendatang yang bisa diatur. Tapi aku... aku tidak akan membiarkanmu
u tidak berniat men
"Kau boleh tidak berniat, tapi dunia ini... tid
lira merasa tak nyaman. Ia sering merasa tidak adil, karena Dimas tetap tenang dan tidak membela dirinya. Namun, ada saat-saat ketika Alira menangkap kilasan perhat
Lampu kuning lembut menyinari ruangan, memberikan suas
ya Dimas, suaranya terd
"Ya, Pak... terlalu banyak
... sulit. Tapi kau harus ingat, kau bukan musuhku. Aku tidak
a karena tuntutan keluarga, ada sisi manusiawi yang mungkin bisa memberinya perlindungan
da. Ia belajar bersikap diplomatis, menjaga jarak dengan Cynthia, dan tetap menyimpan pera
. Alira membaca isinya dengan cepat-ibu nya memerlukan perawatan tambahan segera. Jantungnya berdegup kencang,
ja dari jendela dapur. "Aku harus bertahan. Untuk ibu...
. "Aku dengar kau ingin membuktikan sesuatu," katanya pelan tapi menakutkan. "Hati-hat
pi ia menegakkan tubuhnya, menatap balik dengan mata yang tegas. "Aku... akan
. Ia tahu, hidupnya kini penuh dengan badai-intrik Cynthia, tekanan keluarga Dimas, dan cintanya yang tert
ng membingungkan hatinya. Ia menulis dengan penuh kejujuran, meski air mata mengaburkan kata-kata di beberapa halaman. Surat itu bukan ha
annya baru saja dimulai. Setiap langkah berikutnya akan membawa konflik baru, tantangan baru, dan pilihan sulit. N

GOOGLE PLAY