una baru saja selesai mandi, rambutnya masih sedikit basah dan menem
bu
engambi HP-nya. Dengan gerakan malas
Suaranya terdengar da
g telpon ibu sekarang? Sibuk banget, ya?" suara
Baru balik kos, B
"Kapan pulang? Bapakmu kangen. Semua jug
ncoba mencari alasan. "Bu, aku libur cuma dua hari. Nggak cukup w
. Ada yang perlu dibicarakan." N
ong dinding kamar yang polos. "Ada
alo izin, ya izinlah dua-tiga hari. Masa kam
ncanakan waktu itu untuk sekadar istirahat, mungkin mengerjakan tugas, atau b
eneran. Nggak gampang kalo ak
ekankan. Ada sesuatu di balik suarany
una menegaskan, meski na
irih, "Nanti aja kalau kamu sudah pulang. Kamu izin, ya, Nduk
kampus yang sudah penuh pertanyaan dengan dosen itu belum cukup, k
ya bu... Tapi
Jangan bikin bapak kecewa, N
na kehilangan kata-kata. Ingin bertanya janji ap
nnya kosong, rencananya untuk minggu ini
ik dari kamar sebelah. Tapi bagi Aruna, dunia seakan menutup rapat, meny
atuhkan diri ke kasur. Menatap
untuk mencetak surat izin. Tangannya gemetar ketika menandatangani berka
..., untuk tidak mengikuti perkuliahan pa
a lembar kertas tipis, ta
in
mui dosen pengampu. Dua dosen sudah menandatangani tanpa banya
alas saat tahu ada satu d
an. Dari dalam terdengar suara khas yang sudah dia kenal
as
duk di kursinya, menatap layar laptop, kemejanya rapi sep
am
, mendekat, mengulurkan
. Minggu depan, Senin dan Selasa, say
matanya bergerak membaca c
arga?" tanya
ar,
alu menautkan jari-jarinya, menatap
pun saya sudah berusaha menyesuaikan s
inya. Sesuatu di sorot mata itu memb
pulpen hitamnya. "Baik. Tapi saya minta semua mate
cepat. "Siap, P
mbali mapnya, tapi s
ru
menole
idak bicara apa p
" katan
n heran di kepalanya, Aruna melangkah kel

GOOGLE PLAY