aju berserakan di kasur, koper terbuka lebar di lantai, d
melipat kaus Aruna sembaranga
orang lari dari kejaran debt collec
o, tadi aja mau masukin sepatu ke koper. Untung gue lihat." Aruna mendeli
ga lo kaget pas buka koper
lah buat bawa oleh-oleh." lalu tangannya menunjuk plastik besar berisi
a ya?! " tanpa persetujuan Dewi mem
! Itu buat rumah,
uat quality control. Ka
tu, memasukkannya lagi ke plasti
n diri ke kasur yang sudah seteng
satu
udah ribet kayak gini. Orang b
nyapu lantai. "Gue nggak mau pulang ninggalin kam
tikusnya bis
wi, membuat sahabatnya terpingkal-pingkal
ini lebih rapi, koper sudah siap. Aruna duduk di kursi belajar, menatap s
, lo kelihatan nggak tenang, deh. Pulang t
k menjawab. Jemarinya sibuk me
di ranjang kecil Aruna. Sama-sama main HP, kadang berdebat kecil masalah tik tok yang la
hari, Aruna berdiri, menepuk-nepuk tang
iar nggak drama nyeret koper sendirian." katanya lalu
ada lo." Aruna tersenyum ketika menaikkan koper ke bonceng
p lo pasti lebih rapi." tukas Dewi
rsahut-sahutan dari pengeras suara, bercampur deng
adap rel. Jam tangannya baru menunjukkan pukul 11.20. Ma
ue katanya mau dateng, hati-hati
bentar sahabatnya itu. "Thanks, Wi
alu bergegas ke
gal Aruna
olah menjadi teman setia. Matanya menatap ke arah rel, ke seb
angat, membayangkan rumah, ibu, bapak, aroma dapur, b
yang menempel di dadanya. Sesuatu
i tangannya, mencoba mengus
ari jalur lain. Orang-orang di sekitarnya terus berganti. Hin
an jaket tipis. Wajahnya tampan dengan garis rahang tegas, meski jelas m
ikit. "Permisi, boleh duduk?" suaranya terdengar
t. Jarak yang tadi lapang di kursi
dia menggeser panta
lu duduk. Aroma sabun yang segar te
lu buru-buru mengalihkan

GOOGLE PLAY