ping kakinya. Suasana sejenak hening, hanya terdengar riuh samar suara or
?" tanyanya sopan, menol
adar bahwa pertanyaan itu ditujukan p
pelan. "Sama berarti
informasi keberangkatan di atas sana. Tapi ujung matanya mena
n?" tanya
nimbang apakah harus menja
enjelasan, "Sebenarnya sama keluarga, tapi yang lain pada n
gukan tipis. Ada bagian dalam dirinya yang ingin menutup percakapan itu, seperti biasanya dia lakukan pada or
i ini sambil merogoh ranselnya. Dari dalam dia mengeluarkan dua botol
. Kebetulan sa
ngan, berniat menolak. "Ngg
kedua kali. Dengan ragu, dia akhirnya menerima botol itu. "Saya juga ke S
. sama kita!" serunya riang,
Aruna sempat tertegun, tapi kemudian men
ucapnya
senyumnya lebar. "Coco
matanya tetap lurus menata
dikit, lalu menyandarkan punggung ke kursi tunggu. "Hmm, tinggal gerbongn
sambil ikut memutar tutup botol yang
u merogoh HP-nya, membuka aplikasi kereta api. Dia menatap laya
mbaca cepat layar itu. "Sa
tertawa kecil. Senyum sumringah tidak bisa disembunyikan. "Ya
ah nyengir, me
emarang. Aruna menegakkan tubuhnya, matanya menatap rel yang mulai bergetar pelan. Dari kejauha
a melirik koper Aruna yang berdiri manis di s
lak. "Nggak usah,
ku kayak bodyguard tanpa tugas," sahut Vian cepat, menu
mengembus napas,
kah di belakang, mendorong koper itu dengan santai. Sesekali A
ngin ruangan bercampur aroma kursi kulit baru menyambut mereka. Suara roda koper beradu dengan l
aruh koper di rak atas tanpa diminta, membuat Aruna hanya bisa me
t kecil di depan. Vian duduk persis di sampingnya, masih
tar Vian, menyandarkan punggung d
an. "Iya, lebih tena
tugas yang terdengar. Vian tidak tampak canggung, malah santai saja membuka tablet kec
buka percakapan. "Sering ke Semar
las. "Sering, ruma
rti. "Kalau aku, ada urusan k
ipis. "Masnya ban
h. "Biar ngg
tama kali. Sesekali Aruna hanya menanggapi dengan senyum atau anggukan, tapi Vian tampak tidak keberatan. Dia s
anpa sadar ikut memejamkan mata, kepalanya miring ke jendela. Vian yang masih terjaga sempat me
asuki stasiun tujuan. Dia sempat kaget melihat
seruya lan
Dengan santain
tapi akhirnya tersenyu
egera tiba di Semarang. Penumpang mulai bersiap, mengambil b
bawa in lagi ya,
jalan keluar gerbong bersama, langkah mengikuti arus orang-orang. Suara riuh
lelaki agak gendut melambaikan tangan padanya, samb
" ucapnya singk
ras. Aruna sudah ditarik oleh saudaranya, koper pun berpindah t
hela napas, senyum tipis tersungging di wajahnya. "Memang cuma jodoh di kursi

GOOGLE PLAY