na
anganku bergetar. Meskipun aku sudah mengambil keputusan, rasa sakit itu m
perayaan kami. Sentuhannya yang lembut, ciumannya
ebohong
ngkan kepala keras-keras, seolah bisa mengguncang kenangan-kenangan i
dingin. Memeluk lututku, berusaha membuat di
ntai, yang tampan dan karismatik, yang selalu membuatku merasa sp
edua. Tapi aku masih merin
sudah bersinar terang di jendela. Kepalaku terasa berat, dan mataku terasa perih. A
meneleponku. Dia akan bertanya apakah aku tidur nyenyak, atau apakah aku sud
tu hany
onnya, mengiriminya pesan, mencari tahu apa yang terjadi. Tapi sekaran
limutiku. Kebiasaan kami, rutinitas kami, semua itu sudah berakhi
Semuany
menghancurkan segalanya. Aku ingin membalas dendam. Aku i
ubungan bisnis yang rumit. Ayahku adalah kontraktor setia untuk Suhardi Gro
gois. Aku harus
ntasi, tanpa drama. Aku akan menghilang dari hidupn
namun juga tidak sepenuhnya terjaga. Aku merasa ada seseorang m
engan mata yang redup. Matanya yang dulu kuan
yaku, suaraku terdengar a
i," dia menjawab, seolah itu adal
a kunci cadang
a hampa. "Kenapa kau tidak menjawab tele
ng. Aku tidak ingin dia menyentuhku l
nyum merendahkan. "Kau pikir aku tidak tahu kau
. Dia tahu aku mendengar se
u?" tanyaku, su
aku harus melakukan ini demi bisnis. Lagipula, kau tida
ombak. Dia begitu jujur, begitu keja
dariku?" tanyaku, air m
api matanya tetap dingin. "Aku bertunangan dengan Zahira, t
. Dia ingin aku menjadi sim
eperti itu?" tanyaku, su
tahu aku mencintaimu," uja
ai batu loncatan? Mengapa kau memintaku minum pil pencegah kehamilan?" Sua
rti seseorang yang terkejut karena kedoknya telah terbongkar.
apas dalam-dalam, dan berjalan menuju pi
a mengikuti, suaranya ki
menjaga suaraku tetap tenang. Aku tidak ingin a
si di meja makan, menatapku dengan tatapan mengintimidasi. Akuake kesukaanmu," kataku, be
erkata, suaranya kini terdengar lebih d
arakan," kataku, tanpa meno
gan Zahira?" Dia tertawa, tawa yang sinis. "Kau tahu itu tid
hi dengan kemarahan, tapi ada juga sesuatu yang lain.
egois, Rangga?" tany
posisiku! Kau yang membuatku harus melakukan ini!" Dia membant
an akhirnya meledak. "Aku yang memintamu untuk mengkhianatiku? Aku yang memint
ya, wajahnya memerah. "Kau
mbantingnya ke lantai. Pecahan kaca berseraka
mku. Aku mundur selangkah, air matabermaksud..." Rangga me
dapur. Isak tangisku terdengar memilukan.
angkatnya, wajahnya kembali tegang. "Ya, Mah
bercampur dengan rasa bersalah yang samar. "Ini
aku sendirian di dapur yang berantakan, dikel
ia benar-be
GOOGLE PLAY