kamu masih ragu? Baiklah, aku akan memberimu kesempatan sebanyak tiga kali untuk mencoba. Tapi
bali fokus pada televisi yang menyala. Lama kelamaan gambar di televisi itu terlihat kabur. Merri mendesah, belakangan i
telat pulang kerumah?" Merr
ai membersihkan semua itu. Sesekali dia menyeka peluh yang keluar. Aktivitas seperti ini cukup berat b
us memindahkan perabotan yang berserakan kian kemari. Kemudian dia menyalakan TV kembali, jemarinya dengan lincah mengganti saluran yang dianggap
NG T
as membukakan pintu. Hatinya diliputi perasaan lega. Merri bersiap menyambut mama
eg
a itu, sepasang mata kecil berwarna kelabu yang kini menatap tajam. Senyum di wajah keriput itu j
akan jubah hitam itu terus mendekat. Merri ingin berteriak, namun suaranya tertahan di tenggorokan. Merr
anita itu terdengar
tahu namanya? Dia terus menyebut nama Merri berulang ulang. Se
botak dengan urat berwarna ungu yang terlihat jelas. Merri menelan ludah, napasnya terasa kian se
bagaimana! Aku benar-
aktu berjam-jam untuk di depan cermin. Mulai dari pagi hari, siang, sore hingga malam akan selalu ada waktu bagi Merri untuk melaporkan apa saja yang terjadi. Kebias
bantuku!" Merri kembali
ceritakan hal ini pada siapapun!" Merri menjawab kegund
las, memang terdengar seperti ada dua orang yang tengah berdiskusi. Merri menempelkan jari telunjuknya
idup...." Merri menyentuh
D
kamarnya bergoncang hebat. Lukisan-lukisan di dinding mulai berjatuhan. Merri melangkah m
AAA
itu berhenti bergetar. Merri menghela napas, dia masih tidak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi. Hingg
dungi matanya karena silau. Kemudian kepulan asap berwarna putih mulai keluar dari bingkai cermin i
ik cermin itu tetap diam tak berkedip. Merri mengangkat tangannya perlahan, tetapi bayangan di cermin itu tetap membisu. Merri mulai keta
aaaahh...
a. Napasnya masih memburu, namun perasaannya mulai sedikit lega. Merri segera bangkit
" bisiknya. Mimpi yang bena
maksanya untuk mengerjakan tugas mereka. Mereka bahkan tidak membiarkan Merri masuk ke kelas. Mereka mengurung Merri di gedung kos
ng melekat dengan telapak tangannya hingga cermin itu sedikit bersih. Merri tersenyum dan menatap cermin itu lekat-lekat. Kali ini dia
hatinya. Dia ingin semuanya berakhir, dia tidak mau lagi menjalani kehidupan seperti ini. Sebuah poto
rri menyeka sisa-sisa air ma
ngan kaca itu terlepas dan menimbulkan gema begitu beradu dengan lantai. Merri menatap keadaan sekitar dan berpikir bagaimana caranya
nya?" Merri melepaskan
napa kamu selalu mengg
. Wanita aneh itu kemudian kembali tersenyum dan membelai rambut Merri dengan jemarinya yang hanya tulang berb
." wanita itu
ta aneh itu terus menyodorkan botol itu dengan tangan bergetar. Senyuman di wajah keriput itu
rri... aku tahu itu!" wan
pasir ini di cermin...." wanita itu menggoy
sudah melihatn
eg
ta itu tahu isi mimpinya? Itu tidak mungkin, Merri berusaha meyaki
SUDAH LAMA MENANT