padaku? Apa kamu ingin terus bersama mereka? Ayolah Merri, kamu bisa mengakhiri semuanya. Datanglah, kesedihanmu aka
yang tidak seberapa itu. Lalu dia mulai memoles wajahnya dengan sedikit bedak. Merri kembali menatap sosok di balik ce
ertambah. Dia juga sering sakit-sakitan dan harus bolak-balik ke rumah sakit. Karen
ndai berpura-pura, dia tidak ingin sang mama sedih. Jika bercerita tentang sekolah, Merri akan mengarang cerita seolah-olah dia menjalani hari-hari yang bahagia. Bahkan Merri kerap membujuk anak-anak sekelasnya dengan uang da
an baik. Berpura-pura peduli, perhatian dan terkesan melindungi Merri dari gangguan siswa lainnya. Sehingga tidak heran banyak siswa hingga guru-guru yang memuji mereka lantaran mau berteman
utup hidung karena bau anyir yang menyengat. Beberapa bahkan langsung berteriak agar Merri segera keluar. Melissa dan koleganya saling t
itu langsung pasang badan. Mereka berpura-pura marah dan terkejut melihat kondisi Merri. Luna bahkan ikut menyeka sisa-sisa tepung yang meleka
an yang baru saja tiba
ili Merri lagi Pa
a. Melainkan karena dia kerap dijahili, namun masalahnya Merri tidak pernah buka suara tentang siapa yang melakukannya. Hal itu membuat Pak Hasan sedikit frustasi, berbagai upaya sud
baik-baik s
san terhenti, dia sadar percuma sa
ah menuju kursinya. Pak Hasan hanya bisa menghela napas, dia tidak tahu harus bagaimana lagi. Anak-anak ke
pangan sekolah. Namun tidak ada seorang pun dari kelas Merri yang keluar. Mereka sibuk merayakan ulang tahun Melissa. Setumpuk kado tersusun rapi di depan kelas. Melissa tid
ssa menyadari bahwa Me
nnya. Melissa melangkah riang mend
g-senang bersama kami. Oh iya, apa kamu tidak ikut memberiku ucap
ng tahun..!" Mer
tu penuh takjub. Melissa kembali berlari-lari kecil dan mengambil sebuah kado yang berukuran paling besar. D
benar berhat
nisn
r-benar sahaba
aha menahan diri. Ingin rasanya dia melempar kado itu dan mengungkapkan siapa Melissa sebenarnya. Tapi Merri sad
habat yang baik. Mereka kejam, mereka... Pertahanan Merri jebol. Bibirnya bergetar menahan tangis. Pand
itu adalah air mata bahagia. Mereka mengira itu adalah ungkapan terima kasih Merri pada Melis
lihat mobil sedan tua berwarna merah yang sudah tidak asing lagi. Merri tercekat, papanya pulang ke rumah. Napasnya kian mem
pecah itu, sungguh memekakkan telinga. Bulir-bulir peluh mulai menembus pori-pori kulit, Merri berharap pertengkaran kedua orang tuanya cepat berakhir. Tubu
rmu hari ini?" Merri ter
nya. Rasanya aku ingin pergi saja dari rumah ini. Bagaimana menurutmu? Bukankah i
ut kamarnya. Sementara suasana kamarnya terlihat mencekam. Hanya ada secercah cahaya yang menerobos masuk lewat celah ventilasi udara. Merri mengunci semua pintu dan jendela. Kamarnya seperti
enakutkan. Sedetik kemudian dia berdiri dan menguncir rambutnya. Merri terlihat seperti orang lain, raut wajahnya terlihat aneh. Kemudian dia mulai melangkah dengan t
sam