n botol itu kembali, namun begitu dia mengangkat wajahnya wanita itu sudah menghilang. Merri tersentak kaget, sedetik yang lalu wanita itu ma
untuk mencoba, namun separuhnya lagi mengatakan bahwa itu tidak mungkin. Wanita itu aneh dan gila, begitulah pi
melupa
idak mau bertemu dengan Melissa dan juga teman-temannya. Merri pun mulai menyusu
kan p
membenci hari ini. Suara helaan napasnya terdengar berat dari balik selimut. Tidak lama kemudian dia kembali menyingkap selimutnya d
na? Semua pasti akan berhas
ap liar ke sekitarnya. Dia terlihat begitu takut dan bingung. Hingga kemudian dia buru-buru mencubit hi
disaat pintu kamar itu mulai terbuka. Terlihat seorang wanita paruh baya diikuti oleh seorang wanita dengan set
anggil wanita
an kelopak matanya rapat-rapat. D
lin Dokter Clara buat memeriksa kes
pun mulai gusar lalu menar
ya sekilas lalu langsun
a kok Ma... nggak perl
araan. "Biar Dokter yang membuktikannya... apakah kamu be
hwa dia akan segera ketahuan karena sudah berbohong. Dokter itu masih sibuk memeriksa kondisi tubuhnya. Sementara sang
a yang perlu dikhawatirkan kok Buk." Dokter Clara memberik
dia nggak sa
rubah menjadi merah padam. Dia beralih menatap Merri dengan tatapan tajam. Kedua pangkal gerahamnya ber
aaf sudah merepotkan." sang mama m
-sama
ya antar
ngkah mondar-mandir dengan gelisah. Dia benar-benar ketakutan karena sudah ketahuan berbohong. Merri menja
semua ini. Toh, ini bukan pertama kalinya dia harus menerima amarah sang mama. Dia bahkan sud
k pelan sambil mengepalkan tinjunya. Merri tengah menyemangati dirinya sendiri. Merri mulai menyingkirkan benda-benda yang sekiranya bisa d
goti hatinya. Hingga kemudian dia menjinjit langkah menuruni anak tangga untuk mencari sang mama. Merri melongok ke dapur dan ruang tamu, tetapi sang mama tidak ada d
di tempatnya berdiri. Kakinya terasa kaku untuk melangkah masuk. Sang mama pun menyadari kedatangan Merri.
-a
ua kelakuan kamu, Merri." sang ma
aku emang ngerasa nggak
ndelik lalu menata
i Papa kamu, Merri ... pem
enatap mamanya dengan sorot mata penuh kebencian. Merri tidak bisa menerim
ama yang udah ngebohon
ang?" sang Mama
in. Sementara Mama mengabaikan kes
berani melawan Mama,
apek terus-terusan menjadi pela
nutup pintu itu rapat-rapat. Merri pun masih berteriak meluapkan segala emosinya. Hingga kemudian dadanya terasa
rus membuat Merri terluka, tapi tetap saja sosok itulah yang sudah menjaga Merri selama ini. Merri pun mulai merasa bersalah. Dia berbalik menatap pintu kamar san
Ma." Merri menggedor
kuat tenaga. Sedetik kemudian terdengar bunyi kaca pecah dari dal
uka pintu
ka pintunya!"
ke lantai. Sementara pintu itu tetap saja tertutup rapat. Merri menyesal sudah membuat mamanya menangis. Dia menyesal ka
kejut melihat pintu yang
sih meneteskan darah. Merri bermaksud untuk melihat lebi
kenapa berdarah
urusa
uh luka itu dengan air mengalir dan membalutnya dengan sebuah perban. Setelah
tanya Merri sambil
i sebentar," j
pi ke ma
ergi. Merri pun hanya bisa menghela napas menatap kepergian mamanya. Merri cemas ma
aku sendiri lagi, Ma