/0/10286/coverbig.jpg?v=851d5944c973f67c776ce17a07a08573)
Amera Seorang Agen Intelijent yang terjebak dalam dunia mafia. Seorang memberikan kabar jika kakaknya di bunuh salah satu kelompok mafia. Hingga Amera memutuskan untuk mendekati anak orang itu. Tanpa di sangka, dia yang salah tembak saat tugas mengenai kekasih Dion. Amera menyembunyikan semuanya dari Dion, tapi setelah lama dekat dan pernikahan di laksanakan. Hampir 1 bulan menikah. Semuanya kebongkar jika Amera pembunuh kekasihnya, Dion mulai membenci Amera. Dan mengusirnya dari rumah. Namun Amera yang merasakan binih cinta mulai tumbuh, dia terpaksa harus pergi meninggalkan Dion. Apakah kisah mereka akan berlanjut? Dan, siapa pembunuh kakaknya? Apa pembunuh itu juga akan terungkap semua identitasnya?
Suara tembakan bertubi-tubi terdengar di tengah kota. Kegaduhan terjadi lagi di kota. Suara tembakan, teriakan, pukulan jadi satu. Semua orang yang tak sengaja melintas di sana. Mereka segera menyelamatkan dirinya. Mereka berlari ketakutan. Semua gedung-gedung tinggi tertutup rapat. Bahkan para penjual pinggir jalan berhamburan meninggalkan barang dagangannya. Ya, seperti biasa ini adalah pertempuran antara geng mafia. Mereka selalu membuat rusuh di kota.
Ada salah satu pasangan terjebak di antara kerumunan. Dion seorang laki-laki anak ketua mafia. Dia berusaha melawan mereka dan hanya untuk melindungi kekasihnya. Meski dirinya tidak membawa senjata apapun. Hanya satu senjata dengan peluru seadanya. Itu juga mengambil dari anak buahnya.
"Della, kamu sembunyi. Aku akan melindungimu," ucap Dion. Mencoba menarik tangan Adella. Menyuruhnya bersembunyi di belakang punggungnya. Mereka berada di tengah kerusuhan para mafia.
"Dion, sepertinya suasana semakin mencengkam. Kita harus pergi," ucap Adella ketakutan.
"Iya, aku akan bawa kamu pergi dari sini," kata Dion. Tangan kirinya memegang jemari tangan Adella sangat erat. Seolah dia tidak mau Adella pergi dari sisinya. Pandangan mata lurus kedepan. Dengan tangan kanannya terus menembak membabi buta pada para musuh ayahnya.
Pertikaian itu tak diketahui olehnya. Sepertinya ayahnya memang sengaja untuk membuat rencana sendiri tanpa persetujuan darinya. Dengan penuh rasa amarah, dia menembak beberapa orang yang menghalangi jalannya. Tanpa pedulikan lagi dari pihak musuh atau pihaknya.
Suara keras rembakan satu kali tepat mengenai seorang pengawal di depannya, yang mencoba menghalangi jalannya.
"Minggir," bentak Dion. Dia menggunakan kakinya menendang beberapa orang yang menghalangi jalannya. Hingga sebagian terjatuh di aspal. Dion segera menarik tangan Adella, pergi dari sana.
Tembakan itu terus menggema Di pusat kota. Tak ada habisnya. Hingga salah muncul beberapa agen intelijen yang bersembunyi di balik gedung bertingkat. Tepat di lantai paling atas. Agar tak begitu jelas tembakan yang dia berikan.
"Bella, mana pelurunya," ucap Amera. Dia sudah bersiap mengincar musuhnya di balik gedung tinggi tepat di lantai ke tiga. Mereka mengintai musuhnya, seorang ketua yang membuat rusuh di kota. Dia hanya melakukan tugas dari sang boss untuk membunuh orang. Meski ini di luar kendalinya. Dia tidak suka membunuh.
"Ini," ucap Bella. Sebuah senapan akan segera diluncurkan dari tangan seorang sniper wanita.
"Amera ... sebentar!" Bella mencoba mendekati Amera tanpa sengaja dia terpeleset menabrak Amera yang sudah bersiap membidik. Hingga tembakan itu terjadi di luar kendalinya.
Suara tembakan yang tak begitu keras itu. Seketika langsung tertuju tepat sasaran. Namun, sasaran itu bukanlah orang yang di incar. Tetapi, seorang wanita yang sudah terjatuh, terkapar ke aspal dengan cairan merah kental gang terus keluar dari dadanya
Amera menatap ke bawah. Dan, ternyata benar. Dia salah menembak.
"Astaga ... salah Sasaran," kesal Amera. Dia memukul dinding di depannya.
"Damn it ." Amera tak berhenti menyalahkan dirinya.
"Shhiitt ...," Decak kesal Amera. " Semua gara-gara kamu. Aku jadi salah tembak orang. Gimana kalau dia orang yang tak berdosa?" kesal Amera. Dia bangkit dari duduknya. Seketika tubuhnya gemetar ketakutan. Jemari tangannya tak berhenti terus gemetar. Amera menggigit jemari-jemarinya. Menghilangkan rasa khawatir dalam dirinya.
Dia memang pembunuh tetapi yang dibunuh adalah komplotan yang meresahkan. Tetapi kali ini penyesalan menghantui kepalanya.
"Amera, Bagimana kita? Semua orang menatap kearah kota. Kita harus cepat pergi," ucap Bella panik. Menarik tangan Amera yang dari tadi tubuhnya hanya diam. Tubuhnya tak berhenti gemetar ketakutan. Ia membunuh orang tak berdosa menjadi penyesalan sendiri baginya.
"Bella, aku tak bisa seperti ini. Bella, aku takut," ucap Amera. Menarik tangannya dari cengkeraman Bella.
"Amera, dengarkan aku. Ini bukan saatnya untuk takut. Kita harus pergi dari sini." Bella memegang kedua lengan Amera, kesalahan fatal yang membuat wanita itu tegang. Amera bahkan belum pernah melakukan kesalahan seperti ini sebelumnya. Dan, ini benar-benar membuat dirinya gila. Gimana jika atasan tau. Dia pasti yang akan disalahkan.
"Tapi dia tidak berdosa, Bella." Amera menatap kesal kea rah Bella.
"Aku tahu, tapi sekarang kita tidak punya waktu lagi. Semua sudah menuju kesini. Lebih baik kita pergi dan pikirkan cara lain nanti."
"Tapi ...," ucap Amera ragu.
"Amera, dengarkan aku. Kakak kamu, membutuhkanmu untuk mengungkap kasus pembunuhnya. Jadi jangan sia-siakan hidup kamu di sini," tegas Bella meninggikan suaranya. Dia sengaja berbicara dengan nada keras agar Amera sadar. Jika itu tak sepenuhnya salah dia. Dan ada yang lebih membutuhkan dirinya daripada merenungkan kesalahannya.
Merasa Amera sudah tenang. Bella menarik tangan Amera untuk segera pergi. Mereka melompat dari gedung satu ke gedung lainya yang hanya berjarak satu langkah.
Dan, mereka memutuskan untuk berpencar dan mulai menyamar sebagai karyawan di salah satu gedung yang berbeda sampai semuanya terkendali.
***
Sementara di sisi lain, Dion masih meratapi kesalahannya. Ia mengira jika itu juga salah dia yang tak bisa melindungi kekasihnya.
"Adella, Adella, kamu harus bertahan. Aku akan bawa kamu ke rumah sakit." Dion memeluk tubuh Adella, dia terlihat sangat panik. Adella hanya tersenyum tipis menatap wajah Dion. Sembari menahan rasa sakit tembakan yang menembus dadanya. Cairan merah yang sudah meulai mengental itu melumuri tangannya. Adela yang meringis, mencoba untuk tersenyum, sembari menahan rasa sakitnya. Adella mengangkat perlahan tangan kanannya. Jemari tangan penuh noda merah itu menyentuh wajah Dion. Butiran kristal keluar dari bola mata indahnya.
Cairan berwarna merah kental itu semakin keluar begitu derasnya dari perut Adella. Dion mengangkat tanganya. Seketika air matanya keluar begitu derasnya.
"Dion, Aku mohon, setelah aku tiada nanti. Jangan ikut campur dalam dunia ayah kamu. A– Aku tidak mau, kamu terluka, sekarang biarkan aku jadi korban. Jangan sampai kamu jadi korban lagi." Adela mengangkat tangannya yang sudah dipenuhi dengan darah segar. Ia mencoba memegang pipi Dion. Dengan cepat Dion menggapai tangannya. Menyentuhkan ke dalam pipinya. Mengganggam sangat erat tangan penuh warna merah itu.
Butiran kristal keluar dari bola kata indah milik Dion.
"Enggak ... aku mohon kamu harus bertahan. Aku akan bawa kamu ke rumah sakit sekarang. Kamu harus bertahan, aku yakin, kamu pasti selamat. Jangan putus asa, kamu harus bertahan." Dion mencoba mengangkat tubuh Adella. Dia berusaha menyemangati Adella sebelum bantuan datang.
"Dion, percuma. A– Aku tak bisa bertahan lama." suara Adelia sudah di ujung tanduk. Ia sudah berat untuk berkata lebih banyak lagi. Jemari tangannya masih menyentuh wajah Dion.
"Di– Dion ... aku pergi!" Adella tersenyum. Perlahan ia memejamkan matanya, tangannya yang semula memegang pipi Dion perlahan sudah mulai lemas. Dan tergeletak lemas.
"ADELLA ...," teriak Dion. Menggema ke seluruh penjuru. Semua orang menghentikan perkelahian mereka. Dan menatap ke arah Dion. Para musuh seketika berlari berhamburan. Hanya tersisa para pengawal ayahnya, yang hanya diam menatapnya sambil menundukkan kepalanya.
Dion meletakkan tubuh Adella di bawah. Seketika dia beranjak berdiri. Menatap tajam tepat ke arah gedung di mana tembakan itu meluncur sempurna ke arah kekasihnya. Seakan sengaja mengincar tubuh kekasihnya. Dion mengepalkan tangannya.
Aku akan mencari tahu siapa kamu. Jangan harap kamu bisa lari dariku. Entah kamu wanita atau laki-laki aku akan membunuh kamu dengan cara yang sama.
"Siapa yang berani menembak Adella. Aku tidak akan tinggal diam." Dion berteriak sangat keras. Sedangkan seseorang di dalam gedung itu masih bersembunyi. Ia takut jika dirinya akan terlibat dalam kematian teman Dion. Dan pastinya akan berakibat fatal.
"Jika kalian tahu siapa yang menembak Adella. Aku akan berikan kalian uang. Berapapun kalian minta," lanjut Dion penuh ambisi. Aura balas dendam mulai meracuni otaknya.
"Tuan, apa anda tidak kenapa-napa?" suara seorang pelayan membuat dia terkejut. Ia menoleh cepat. Menajamkan pandangan matanya.
"Apa kamu buta, lihatlah! Apa yang terjadi dengan kekasihku. Ini semua juga gara-gara kalian. Jika kalian tidak membuat kehebohan di kota semua tidak akan seperti ini," bentak Dion. Membuat semua pengawalnya menciut. Mereka tertunduk dengan senjata yang masih di tangan mereka masing-masing.
"Aku tahu, kalian suruhan ayahku. Tetapi, kalian apa tidak lihat. Ini pusat keramaian kota." Dion tidak berhenti memberikan bentakan penuh dengan kemarahan pada para pengawalnya. Dia meninggikan nada suaranya satu oktaf lebih keras.
"Bukannya melindungi, aku. Tetapi, kalian sibuk dengan musuh kalian masing-masing," lanjutnya kecewa. Meraih kerah salah satu pengawalnya.
"Jika kekasih kalian mati dengan cara yang sama. Apa kalian bisa tinggal diam? Apa kalian rela?" tanya Dion, melepaskan kerah pengawalnya, sedikit mendorongnya ke belakang.
"Maafkan kami, tuan!" ucap salah satu pengawal itu terbata-bata.
"Kalian bisa minta maaf! Tapi tidak bisa untuk mengembalikan nyawa Adella," pekik Dion. Suara kerasnya semakin membuat semua orang yang mendengarnya bergidik takut.
"Sekarang cepat cari tahu siapa dalang dari ini semua. Jika dalam dua minggu kalian tidak menemukan siapa dalangnya. Maka aku akan membunuh kalian semuanya," Umpat Dion. Dengan sigap dia penuh dengan air mata. Mengangkat tubuh Adella yang sudah tak bernyawa. Dia benar-benar merasa sangat terluka dengan apa yang terjadi.
"Adella ... aku janji, aku akan memberikan siapa yang membunuhmu," ucap Dion. Memeluk tubuh Adela. Ia menangis tersedu-sedu dalam pelukan tubuh lemas tanpa nyawa itu.
"Aku, Janji Adella ... Aku janji."
Dion terdiam, dia menatap dengan tatapan mata kosong. Pikiran aneh mulai muncul di otaknya.
"Tapi, siapa yang membunuh Adella. Apa motif mereka? Apa mereka sengaja melibatkan agen intelijen? Atau, kelompok mafia yang saat ini bermusuhan dengan ayahku? Jika memang agen, aku yakin ada motif lain. Tidak mungkin ini kesengajaan. Mereka pasti merencanakan sesuatu. Iya, aku yakin. Jika mereka tidak mungkin sengaja. Dengan gaya penuh penyesalan."
Harap bijak dalam membaca. Ada adegan dewasa. seorang wanita muda yang harus berjuang untuk kesembuhan ayahnya dan biaya kuliahnya ia rela bekeja sebagai kencan bayaran. namun hanya mau menemi mereka jalan dan sekedar senang-senang dengan tamannya. saat itu ia harus berkencan dengan lelaki yang sangat tampan tapi sangat cuek. bahkan wajahnya terlihat dingin dan kaku. berbagai hal tak terduga pun terjadi. Saat dirinya tidak sengaja harus menjadi teman kencan seorang adik tuan muda kaya. Namun, semuanya berakhir tak terduga. Sang kakak menginginkan dia. Dia tertarik pada pandangan pertama. Dan, berusaha untuk bernegosiasi agar mau menikah secara kontrak dengannya. Saat ayahnya harus membutuhkan biaya banyak. Tak punya pilihan dia mau menerima tawaran menikah. Dengan berbagai syarat yang di katakan. Banyak sekali lika-liku dalam hubungan cinta mereka. Dari keluarga bahkan masa lalu mereka masing-masing. seperti apa kisah mereka? keseruan mereka berdua? Apa mereka akan tetap bersama, setelah kontrak selesai.
Tidak akan terbayang jika kita benci dengan seorang wanita yang perlahan berubah menjadi cinta dan menikah. Tetapi bukanya sebuah kebahagiaan yang di dapatkan. Kebencian itu berlanjut di saat tahu kenyataan jika ibu sang wanita merebut ayahnya. Di balik pernikahan menyimpan sebuah dendam, yang akan menjadi konflik dalam rumah tangganya. Anggara hanya ingin membalas dendam. Dia menikah untuk menikmati tubuhnya. "Awas nanti kamu jatuh cinta?" bisik Anggara. "Tidak akan," jawab tegas Nayla. "Kita tunggu saja waktunya." Nayla memalingkan wajahnya tidak perduli. Gimana jadinya keluarga muda mereka? Apakah akan tetap bersama? Atau harus berakhir di tengah jalan?
Vina gadis yang masih duduk di bangku kuliah. Harus kehilangan ayahnya yang entah pergi kemana. Dan ayahnya menyuruh dia untuk pergi magang nanti di kantor temannya, yang yang sudah di anggap adik kandung sendiri. Lama tinggal bersama tanpa sadar bunuh cinta terlarang itu muncul. Dia menyukai laki-laki muda yang masih berumur 29 tahun itu. Apakah dia akan bertahan dengan cinta itu? Tau pergi dari kehidupannya?
Gimana bisa seorang Ceo yang tidak pernah sama sekali pacaran. Dia harus bertemu dengan gadis kecil yang masih duduk di bangku Sma. Kisah yang rumit dengan cinta gila yang mereka mainkan. Raisya gadis cantik yang sedikit brutal. Dia wanita tangguh percaya diri. Raisya hanya tinggal bersama dengan kakaknya. Dia kehilangan kedua orang tuanya dari kecil. Raisya tidak sengaja bertemu dengan sosok laki-laki tampan di depan rumahnya. Kisah mereka terlihat sangat unik. Raisya terus mencoba untuk menggoda Arga. Bagaimanapun caranya dia berusaha mendekatinya. Namun, itu tidka bertahan lama. Saat dia memutuskan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri. Dia lupa dengan Arga. Ternyata laki-laki itu sudah bertangan dengan wanita lain. Apa nanti Arga akan kembali pada Raisya. Dengan cinta konyol yang mereka lakukan seperti dulu. Atau, meninggalkan Raiysa memilih bersama dengan tunangannya.
Berawal dari sebuah club malam bersama dengan sepupunya untuk menggantikannya bekerja. Bella di jebak di dalam kamar seorang presdir tampan. Dia yang sudah pusing terpengaruh minuman dan tak bisa terkendali lagi. Dengan langkah ringan berjalan merayu seorang presdir yang terkenal sangat dingin dan tampan. Sekaligus pemilik dari club malam itu. Kejadian malam dahsyat merenggut miliknya. Dia ingin marah kesal tetapi itu tidak ada gunannya. Dia sadar jika dirinya juga tidak sadar malam itu. Susah payah melupakan semuanya. Tetapi dia malah terjebak dalam sebuah kisah romantis bersama laki-laki itu.
Chelsea mengabdikan tiga tahun hidupnya untuk pacarnya, tetapi semuanya sia-sia. Dia melihatnya hanya sebagai gadis desa dan meninggalkannya di altar untuk bersama cinta sejatinya. Setelah ditinggalkan, Chelsea mendapatkan kembali identitasnya sebagai cucu dari orang terkaya di kota itu, mewarisi kekayaan triliunan rupiah, dan akhirnya naik ke puncak. Namun kesuksesannya mengundang rasa iri orang lain, dan orang-orang terus-menerus berusaha menjatuhkannya. Saat dia menangani pembuat onar ini satu per satu, Nicholas, yang terkenal karena kekejamannya, berdiri dan menyemangati dia. "Bagus sekali, Sayang!"
Warning konten pemersatu bangsa area 21+ pilihlah bacaan dengan bijak, tanggung jawab ada pada diri masing2. Penulis hanya berusaha menyajikan bacaan yang ringan dan menghibur. 🙏🏻 Hai saya Aldi 35 tahun yang saat ini bekerja sebagai arsitek dan design consultant. Sebagai persiapan masa pensiun, saya membangun sebuah bangunan kos yang juga sekaligus rumah saya di sebuah lokasi yang sangat bagus. Berisi 30 kamar yang dikhususkan untuk wanita kini semua kamar tersebut sudah penuh oleh penyewa. Saya berhubungan baik dengan semua gadis-gadis penghuni kos, bahkan sangat baik sehingga saya seringkali dengan ikhlas membantu masalah terbesar mereka. Seperti kata petuah jika kau memberi dengan ikhlas maka niscaya kau akan menerima balasannya 10 kali lipat bahkan berlipat-lipat. Mungkin itu yang saya rasakan sejak mereka semua mulai memperhatikan dan memenuhi kebutuhan hidup saya sehari-hari. Termasuk kebutuhan yang tidak bisa saya penuhi sendiri, yaitu kebutuhan di atas ranjang. Ini perjalanan saya, Aldi Reynaldi.
"Ada apa?" tanya Thalib. "Sepertinya suamiku tahu kita selingkuh," jawab Jannah yang saat itu sudah berada di guyuran shower. "Ya bagus dong." "Bagus bagaimana? Dia tahu kita selingkuh!" "Artinya dia sudah tidak mempedulikanmu. Kalau dia tahu kita selingkuh, kenapa dia tidak memperjuangkanmu? Kenapa dia diam saja seolah-olah membiarkan istri yang dicintainya ini dimiliki oleh orang lain?" Jannah memijat kepalanya. Thalib pun mendekati perempuan itu, lalu menaikkan dagunya. Mereka berciuman di bawah guyuran shower. "Mas, kita harus mikirin masalah ini," ucap Jannah. "Tak usah khawatir. Apa yang kau inginkan selama ini akan aku beri. Apapun. Kau tak perlu memikirkan suamimu yang tidak berguna itu," kata Thalib sambil kembali memagut Jannah. Tangan kasarnya kembali meremas payudara Jannah dengan lembut. Jannah pun akhirnya terbuai birahi saat bibir Thalib mulai mengecupi leher. "Ohhh... jangan Mas ustadz...ahh...!" desah Jannah lirih. Terlambat, kaki Jannah telah dinaikkan, lalu batang besar berurat mulai menyeruak masuk lagi ke dalam liang surgawinya. Jannah tersentak lalu memeluk leher ustadz tersebut. Mereka pun berciuman sambil bergoyang di bawah guyuran shower. Sekali lagi desirah nafsu terlarang pun direngkuh dua insan ini lagi. Jannah sudah hilang pikiran, dia tak tahu lagi harus bagaimana dengan keadaan ini. Memang ada benarnya apa yang dikatakan ustadz Thalib. Kalau memang Arief mencintainya setidaknya akan memperjuangkan dirinya, bukan malah membiarkan. Arief sudah tidak mencintainya lagi. Kedua insan lain jenis ini kembali merengkuh letupan-letupan birahi, berpacu untuk bisa merengkuh tetesan-tetesan kenikmatan. Thalib memeluk erat istri orang ini dengan pinggulnya yang terus menusuk dengan kecepatan tinggi. Sungguh tidak ada yang bisa lebih memabukkan selain tubuh Jannah. Tubuh perempuan yang sudah dia idam-idamkan semenjak kuliah dulu.
Sayup-sayup terdengar suara bu ustadzah, aku terkaget bu ustazah langsung membuka gamisnya terlihat beha dan cd hitam yang ia kenakan.. Aku benar-benar terpana seorang ustazah membuka gamisnya dihadapanku, aku tak bisa berkata-kata, kemudian beliau membuka kaitan behanya lepas lah gundukan gunung kemabr yang kira-kira ku taksir berukuran 36B nan indah.. Meski sudah menyusui anak tetap saja kencang dan tidak kendur gunung kemabar ustazah. Ketika ustadzah ingin membuka celana dalam yg ia gunakan….. Hari smakin hari aku semakin mengagumi sosok ustadzah ika.. Entah apa yang merasuki jiwaku, ustadzah ika semakin terlihat cantik dan menarik. Sering aku berhayal membayangkan tubuh molek dibalik gamis panjang hijab syar'i nan lebar ustadzah ika. Terkadang itu slalu mengganggu tidur malamku. Disaat aku tertidur…..
Siapa sangka kepulanganku yang mendadak dari Taiwan membuatku amat terkejut saat sampai di kampung halaman. Aku mendapati istriku gila dan anakku sudah meninggal dunia. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah semua kesaksian keluargaku itu bisa dipercaya?