/0/9782/coverbig.jpg?v=bdb6c7eb301b0c95aa2dfb1b7472f39b)
Clara terbangun di rumah sakit dengan rasa sakit yang tak tertahankan setelah mengalami kecelakaan mobil yang mengerikan. Dia mengira suaminya, yang sudah menikah selama tiga tahun, akan datang menemuinya, tetapi tanpa diduga, suaminya pergi ke bangsal sebelah untuk menemani wanita lain! Dan seolah-olah itu belum cukup, pria itu bahkan mengancam akan memenjarakannya demi wanita itu! "Kamu memberiku 1 triliun rupiah sebagai kompensasi, kan? Sekarang aku ingin menukarnya untuk tamparan di wajahmu." Clara menatap dingin ke arah suaminya, Daniel. "Ayo, bercerailah." Pada saat itu, Clara menyesal telah menyia-nyiakan tiga tahun yang berharga untuk mencoba memenangkan hati Daniel. Sudah waktunya untuk mengakhiri semuanya.
Rasa sakit yang menyengat menjalar ke lengannya. Sakit itu tidak tertahankan.
Clara Widian menjilat bibirnya yang pecah-pecah dan mencoba membuka matanya, tetapi tidak bisa.
Kelopak matanya terasa panas dan berat. Dia mendengar suara samar-samar dan dia bergerak di tempat tidur. Terkadang suara itu terdengar keras dan jelas dan terkadang melembut, membuatnya bingung.
"Astaga, kasihan sekali! Keluarga gadis itu menolak memberikan anestesi. Aku heran kenapa mereka begitu membencinya."
"Ya. Dia memiliki tiga puluh jahitan di lengannya. Aku bisa merasakan betapa sakitnya hanya dengan melihatnya."
Setelah beberapa lama, Clara perlahan membuka matanya dan mendapati dirinya terbaring di ranjang rumah sakit. Matanya membelalak kaget ketika dia melihat infus yang menembus kulitnya. Dia segera menyadari apa yang telah terjadi.
Siska Budiman memintanya untuk pergi berbelanja dengannya, tetapi sebenarnya dia mengajak Clara untuk membawakan tas belanja.
Siska sering menyuruh Clara untuk melakukan tugasnya, dan Clara selalu mematuhinya. Bahkan itulah yang terjadi sekarang.
Dalam perjalanan pulang, Siska mengemudikan mobil dan Clara duduk di kursi belakang. Detik berikutnya, mobil tersebut menabrak seseorang.
Adegan kecelakaan mobil itu melintas di benaknya. Jantung Clara berdegup kencang di dadanya. Dia berkeringat dingin. Rasa takut yang dia rasakan membuat sarafnya tegang.
Tubuhnya gemetar. Dia dengan panik melihat sekeliling dan menyadari tidak ada orang lain di bangsal.
Saat dia hendak duduk, dia mendengar suara langkah kaki datang dari luar bangsal.
Clara berbalik dan melihat sosok tinggi. Hatinya berdebar ketika dia menyadari bahwa sosok itu adalah orang yang sangat dia rindukan.
"Daniel!" serunya dengan gembira.
Daniel Sudarsa adalah suaminya. Mereka telah menikah selama tiga tahun. Dia menyukai pria itu meskipun mereka jarang bertemu.
Clara mengira Daniel datang mengunjunginya setelah mengetahui tentang kecelakaan mobil. Dia tahu dirinya kurang lebih ada di hati pria itu.
Hanya saja, detik berikutnya, pria itu bergegas pergi, bahkan tanpa memandangnya sama sekali.
Senyum Clara menghilang dalam sekejap.
Tanpa ragu, dia segera menarik jarum infus dari lengannya dan mengejarnya.
"Daniel ...."
Mengira bahwa pria tersebut tidak mendengarnya, Clara meneriakkan namanya dan mengejarnya sampai ke bangsal berikutnya.
Akan tetapi, apa yang dia lihat selanjutnya membuatnya merasa seperti disambar petir.
Siska, wanita yang selalu berpura-pura lemah di hadapan Daniel, sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Pergelangan tangan kirinya dibalut dengan kain kasa; air mata mengalir di wajahnya. Matanya bengkak dan merah, membuatnya tampak menyedihkan.
Kakak perempuan Daniel, Betty Sudarsa, dan ibunya Evelyn Mardina juga ada di bangsal itu. Mereka bertiga mengelilingi Siska dan menjaganya, mengabaikan Clara.
Clara tampak terkejut ketika melihat mereka.
Dia dengan bodohnya percaya bahwa Daniel ada di sini untuk mengunjunginya.
Mereka berempat menoleh ke arah Clara pada saat yang sama. Ibu mertuanya yang berpakaian mewah berdiri lebih dulu. "Clara, kamu datang pada waktu yang tepat," ucapnya dengan angkuh. "Serahkan dirimu ke polisi dan beri tahu mereka bahwa kamu yang menyebabkan kecelakaan itu."
"Itu benar. Akui kesalahan itu untuk Siska," timpal Betty.
"Menyerahkan diri?" Clara tersentak kaget.
Kemarahan melonjak melalui nadinya.
Dia menarik napas dalam-dalam dan menunjuk ke arah Siska. "Dia menabrak seseorang! Dia yang menyebabkan kecelakaan itu! Kenapa harus aku yang menyerahkan diri?"
Keluarga Sudarsa selalu memperlakukannya sebagai pelayan, dan dia sudah terbiasa.
Siska memanfaatkan kebaikan Keluarga Sudarsa padanya dan selalu berusaha mencari cara untuk membuat Clara tidak bahagia.
Demi mempertahankan pernikahannya dengan Daniel, Clara menanggung semua rasa sakit dan penderitaan. Bagaimanapun juga, dia menikah dengan Keluarga Sudarsa untuk memenangkan hati Daniel.
Akan tetapi, orang-orang ini telah bertindak keterlaluan hari ini. Dia tidak menyangka bahwa mereka akan memintanya untuk mengakui kesalahan yang dilakukan wanita yang suka berpura-pura itu.
"Maafkan aku. Ini semua salahku. Aku tidak ingin kecelakaan itu terjadi." Siska menutupi wajahnya dan menangis. "Aku bersedia masuk penjara untuk menebus dosa-dosaku. Jika anggota keluarga korban tidak memaafkanku, aku siap membayarnya dengan nyawaku. Tapi ...."
Dia terisak keras dan mengelus perutnya. "Aku ... aku sedang mengandung anak Daniel," ucapnya, menatap pria yang berdiri di samping tempat tidur dengan lembut. "Aku tidak bisa membiarkan anakku menderita karena diriku."
Clara merasa seperti disambar petir.
Kata-kata Siska benar-benar tak terduga.
Clara tidak bisa memercayainya. Bagaimana dia bisa mengandung anak Daniel?
Karena sebuah kesepakatan, dia mengandung anak orang asing. Dia kemudian menjadi istri dari seorang pria yang dijodohkan dengannya sejak mereka masih bayi. Pada awalnya, dia mengira itu hanya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak, namun akhirnya, rasa sayang yang tak terduga tumbuh di antara mereka. Saat dia hamil 10 bulan, dia menyerahkan surat cerai dan dia akhirnya menyadari kesalahannya. Kemudian, dia berkata, "Istriku, tolong kembalilah padaku. Kamu adalah orang yang selalu aku cintai."
Sejak kecil Naura tinggal bersama dengan asisten Ayahnya bernama Gilbert Louise Tom, membuat Naura sedari balita sudah memanggilnya "Dady". Naura terus menempel pada laki-laki yang menyandang gelar duda tampan dan kekar berusia 40 tahun. Diusianya yang semakin matang laki-laki itu justru terlihat begitu menggoda bagi Naura.
Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?
Warning!!! Khusus 18+++ Di bawah 18+++ alangkah baiknya jangan dicoba-coba.
Arga adalah seorang dokter muda yang menikahi istrinya yang juga merupakan seorang dokter. Mereka berdua sudah berpacaran sejak masih mahasiswa kedokteran dan akhirnya menikah dan bekerja di rumah sakit yang sama. Namun, tiba-tiba Arga mulai merasa jenuh dan bosan dengan istrinya yang sudah lama dikenalnya. Ketika berhubungan badan, dia seperti merasa tidak ada rasa dan tidak bisa memuaskan istrinya itu. Di saat Arga merasa frustrasi, dia tiba-tiba menemukan rangsangan yang bisa membangkitkan gairahnya, yaitu dengan tukar pasangan. Yang menjadi masalahnya, apakah istrinya, yang merupakan seorang dokter, wanita terpandang, dan memiliki harga diri yang tinggi, mau melakukan kegiatan itu?
Kulihat ada sebuah kamera dengan tripod yang lumayan tinggi di samping meja tulis Mamih. Ada satu set sofa putih di sebelah kananku. Ada pula pintu lain yang tertutup, entah ruangan apa di belakang pintu itu. "Umurmu berapa ?" tanya Mamih "Sembilanbelas, " sahutku. "Sudah punya pengalaman dalam sex ?" tanyanya dengan tatapan menyelidik. "Punya tapi belum banyak Bu, eh Mam ... " "Dengan perempuan nakal ?" "Bukan. Saya belum pernah menyentuh pelacur Mam. " "Lalu pengalamanmu yang belum banyak itu dengan siapa ?" "Dengan ... dengan saudara sepupu, " sahutku jujur. Mamih mengangguk - angguk sambil tersenyum. "Kamu benar - benar berniat untuk menjadi pemuas ?" "Iya, saya berminat. " "Apa yang mendorongmu ingin menjadi pemuas ?" "Pertama karena saya butuh uang. " "Kedua ?" "Kedua, karena ingin mencari pengalaman sebanyak mungkin dalam soal sex. " "Sebenarnya kamu lebih tampan daripada Danke. Kurasa kamu bakal banyak penggemar nanti. Tapi kamu harus terlatih untuk memuaskan birahi perempuan yang rata - rata di atas tigapuluh tahun sampai limapuluh tahunan. " "Saya siap Mam. " "Coba kamu berdiri dan perlihatkan punyamu seperti apa. " Sesuai dengan petunjuk Danke, aku tak boleh menolak pada apa pun yang Mamih perintahkan. Kuturunkan ritsleting celana jeansku. Lalu kuturunkan celana jeans dan celana dalamku sampai paha.