Clara sangat terkejut dengan kata-kata Siska yang terus bergema di telinganya sehingga dia tidak bisa berbicara. Dia berbalik dan menatap wajah tampan Daniel.
Dalam tiga tahun terakhir, ekspresi yang paling sering dilihatnya di wajah pria itu adalah ketidakpedulian dan keterasingan. Sebenarnya, mereka berdua jarang bertemu satu sama lain. Daniel jarang tinggal di rumah. Clara menghargai saat-saat bersamanya, meskipun itu hanya beberapa jam.
Clara berharap dan berdoa agar dapat memenangkan hatinya. Dia yakin bahwa Daniel akan menyadari cinta dan kegigihannya, lalu pada akhirnya benar-benar jatuh cinta padanya. Itulah satu-satunya alasan dia menanggung semua kesulitan dan penghinaan di Keluarga Sudarsa.
Ibu mertuanya yang jahat, Evelyn, menyuruh-nyuruhnya setiap hari. Betty juga mempersulitnya dan tidak terkecuali Siska. Akan tetapi, Clara menanggung semua itu untuk Daniel.
Dia telah menjadi istri yang berbakti selama tiga tahun terakhir, melakukan apa pun yang diperintahkan.
Clara dengan naifnya percaya bahwa suatu hari nanti dia bisa membuat Keluarga Sudarsa terkesan dan membuat mereka menerimanya.
Sekarang, dia merasa bahwa kehidupannya selama tiga tahun terakhir hanyalah sebuah lelucon.
Dia menatap Daniel tanpa daya. "Daniel, Siska yang menyebabkan kecelakaan itu. Apa kamu juga ingin aku mengakui kesalahan untuknya?"
Kelopak mata Daniel sedikit berkedut. Dia dengan cepat menghindari tatapan tanya dari Clara.
Keheningannya adalah jawaban yang tak terucapkan. Ini membuat bulu kuduk Clara merinding.
"Orang itu sudah meninggal sekarang. Kompensasi bukanlah masalah besar, tapi seseorang harus bertanggung jawab."
Evelyn mendengus.
"Kamera pengawas tidak menangkap gambar yang jelas. Hanya kamu dan Siska yang ada di dalam mobil saat itu, jadi lebih baik kamu yang mengaku salah untuknya," timpal Betty.
Clara menatap mereka dengan tatapan kosong. Dia tidak percaya bahwa mereka bisa mengucapkan kata-kata itu. Bisa-bisanya mereka mengharapkan dirinya melakukan hal seperti itu untuk mereka?
Kepalanya seakan berputar ketika dia menyadari kenyataan dari situasinya. Suaminya tidak hanya berselingkuh, tetapi juga memintanya masuk penjara demi wanita simpanannya.
"Kamu dan putraku telah menikah selama tiga tahun tapi kamu masih belum hamil. Aku ingin segera memiliki cucu agar ayah Daniel bisa beristirahat dengan tenang. Keluarga Sudarsa telah membangun kerajaan bisnis. Kami membutuhkan seorang cucu untuk mewarisi semua harta di masa depan."
Evelyn menatap perut Clara dengan tajam.
"Kami tidak membutuhkan wanita yang tidak bisa hamil dalam keluarga kami," tambah Betty.
Rahang Clara menjadi tegang. Dia merasa sangat marah. Selama tiga tahun, Daniel belum pernah menyentuhnya. Bagaimana dia bisa hamil dengan anaknya? Ini semua sangatlah konyol.
"Siska sedang hamil sekarang. Dia mengandung pewaris Keluarga Sudarsa kami. Selain itu, dia merasa sangat bersalah sehingga dia mencoba bunuh diri dengan mengiris pergelangan tangannya. Jika dokter tidak menyelamatkannya tepat waktu, dia dan bayinya pasti sudah meninggal. Tidak bisakah kamu melakukan hal kecil ini untuk membantunya?"
Evelyn menghampiri Siska dan membelai rambutnya dengan penuh perhatian.
"Clara, kamu harus menanggung sedikit rasa sakit untuknya," ucap Betty dengan dingin. "Kami telah memperlakukanmu dengan baik sejak kamu menikah dengan Daniel, kan?"
Clara tidak bisa memercayai apa yang didengarnya.
Dia sudah cukup menderita selama tiga tahun terakhir. Sekarang, mereka bahkan berencana mengirimnya ke penjara.
Clara merasa muak dengan perilaku mereka.
Dia menggertakkan giginya dan luka di lengannya terasa semakin sakit, tetapi itu tidak seberapa dibandingkan dengan luka di hatinya.
Clara menatap Daniel, berharap pria itu akan berbicara untuknya.
Bagaimanapun, dia adalah istrinya. Apakah dia benar-benar tega membiarkannya masuk penjara demi wanita lain?
Namun, yang membuat Clara kecewa, Daniel menunduk, mengambil cek dari sakunya, dan menyerahkannya pada Clara.
"Aku akan memberimu satu triliun rupiah sebagai kompensasi untuk mengakui kesalahan demi Siska."
Wajah Clara menjadi pucat dalam sekejap. Dia menerima cek itu dengan tangan gemetar.
Apa Daniel mengira dirinya akan berkompromi demi uang?
"Satu triliun. Wah! Kamu sangat murah hati."
Clara tertawa getir dan air mata mengalir di pipinya. Dia merasakan sakit luar biasa di dadanya seolah-olah seseorang telah menusuk jantungnya dan mencabutnya keluar dari dadanya.