Clara merasakan sesak di dadanya. Kebencian dan rasa sakit yang tak ada habisnya melonjak di hatinya.
Dia menggigit bibirnya untuk menahan amarahnya. Rasa darah yang tajam membuatnya tersadar kembali. Dia tidak ingin menanggung siksaan lagi.
Clara berjalan menghampiri Siska dan menamparkan cek itu ke wajahnya.
"Ah!"
Siska menjerit tajam dan meringkuk di ranjang rumah sakit seperti anak kucing yang ketakutan. Evelyn dan Betty segera bergegas menghampiri Siska dan berdiri di depannya untuk melindunginya.
"Apa yang kamu lakukan?" Daniel dengan cepat melangkah maju dan meraih pergelangan tangan Clara.
"Kamu memberiku satu triliun sebagai kompensasi. Aku menukar uang itu dengan menamparnya. Kenapa? Apa kamu merasa kasihan padanya?" Clara memelototi pria yang dicintainya dengan sepenuh hati.
Pria itu mengatakan akan memberinya satu triliun sebagai kompensasi. Akan tetapi, Clara tidak ingin dipermalukan seperti itu, jadi dia menampar wajah Siska sebagai jawaban.
"Apa kamu sudah gila?" bentak Daniel dengan tajam. "Siska sedang terluka. Jangan semakin menyakitinya."
"Dasar wanita gila!" teriak Betty. "Siska merasa sangat bersalah sehingga dia melukai pergelangan tangannya sendiri. Apa kamu tidak punya hati? Bagaimana bisa kamu memperlakukannya seperti ini?"
Clara mengabaikan Betty dan berbalik untuk menatap Daniel.
"Bagaimana denganku? Apa aku tidak terluka? Siapa istrimu? Aku atau dia?"
Clara merasa pusing. Itu mungkin karena efek samping dari kecelakaan mobil. Suaranya yang lemah membuat pertanyaannya terdengar lemah.
Rasa sakit di dadanya seakan bertambah, membuatnya hampir tidak bisa bernapas.
Clara menyesal jatuh cinta pada Daniel. Pria tersebut selalu bersikap dingin dan jahat padanya.
Selama ini dia naif dan bodoh. Mungkin cinta telah membutakan dirinya. Sekarang sudah waktunya untuk sadar.
Dia berjuang untuk melepaskan diri dari cengkeraman Daniel. Sama seperti betapa dia mencintai pria itu di masa lalu, dia sangat membencinya sekarang.
Cintanya untuk Daniel menghilang dalam sekejap.
"Ah, benarkah? Dia merasa sangat bersalah sehingga dia mencoba bunuh diri, ya?" Clara menyeringai pada Siska.
Wanita itu selalu memperlakukannya sebagai pelayan, tetapi berpura-pura lemah dan polos di hadapan Daniel. Siska tersenyum penuh kemenangan, tetapi dia membelakangi Daniel, dan pria tersebut tidak memperhatikan senyumnya.
Clara tidak percaya Siska akan mencoba bunuh diri.
Dia tidak percaya wanita munafik seperti Siska bisa melakukan hal seperti itu.
Clara melangkah maju dan merobek kain kasa yang membungkus pergelangan tangan Siska. Hanya ada luka ringan di pergelangan tangan Siska, hampir tidak ada goresan.
Siska berteriak kaget dan buru-buru menutupi pergelangan tangannya. Wajahnya memucat, dia tidak menyangka Clara akan mengungkap kebohongannya.
"Apa ini yang kamu sebut percobaan bunuh diri?" Clara membuang kain kasa itu dan menatap orang-orang di bangsal.
Keheningan pun menyelimuti bangsal.
"Aku tahu kamu sangat menghargai hidupmu, jadi kenapa kamu mencoba mengambil nyawamu sendiri? Tidak heran kamu adalah aktris yang sukses di industri hiburan. Astaga, ini menjijikkan!"
Siska memang seorang aktris yang populer, tetapi dia tidak memiliki kemampuan akting. Dia memperoleh ketenaran dan kesuksesan hanya karena dia memiliki promosi yang sensasional.
Evelyn dan Betty saling memandang, tetapi tidak mengatakan apa pun. Wajah mereka menjadi muram dalam sekejap.
Clara merasa puas melihat reaksi mereka.
"Kamu ...."
Wajah Siska memerah. Dia ingin membela diri tetapi tiba-tiba menyadari Daniel masih mengawasinya. Ekspresi wajah Siska dengan cepat berubah dari malu menjadi sedih.
Melihat aktingnya, Clara mencibir di dalam hati.
Daniel menatap Siska dan kemudian menatap Clara. Rahangnya menjadi tegang, dan dia mengerutkan alisnya. "Clara ...."
Sebelum dia bisa menyelesaikan kata-katanya, Clara berbicara.
"Daniel, ayo bercerai."