img SUGAR BEBS  /  Bab 2 [1] | 2.22%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 2 [1]

Jumlah Kata:1026    |    Dirilis Pada: 28/02/2024

r du

uni

lai menguasai dahinya. Ia tak peduli. Pikirnya hanya tertuju pada ruang

, tak ada satu pun kabar dari orang-orang yang ia sayangi. Biasanya sang kakak rajin mengh

emaksimal mungkin mengikuti semua ujian ya

ekolah di Bina Nusantara, ia tak pernah menginjakkan kaki di sini. hanya beberapa kali menyambangi ruang

rulang kali kejar-kejaran akibat larinya tadi. Dirasa cukup, ia memberanikan diri me

gedar. Menutup gugup, Xena belum ingin beranjak dari posisinya di ambang pintu. Di sisi kanan, Xena disuguhi lemari besar berpintu kaca lengkap d

dukkan saat Surya Palo

natap sekilas lawan bicaranya dan kemb

ankan duduk, keningnya sontak berkeru

panggil

k keruan yang sejak tadi ia rasa, maki

empar pandang antara sang kepala sekolah dengan pria yang ia k

ini Xena cermati

ar hingga posisi duduknya segera ia ganti sedikit b

Vally,” Riga memejam sejenak, merasakan pedih yang sejak tadi ia tanggung. Apalagi saa

enatap Riga tanpa jeda. Mencerna s

a semua mening

*

aka

uni

gar berdiri di antara tiga gundukan yang sudah tertutup rapi. Bunga-bungaan sudah tersebar cant

azah tiba di kediaman megahnya. Ia meraung. Berteriak histeris hingga pingsan berkali-kali tapi tetap saja, tig

a lagi penopang, apalagi saat Riga memberitahu berita duka ini. Dan keruntuhan Xena makin jadi, saat untuk

emua menuju pemakaman. Sejak semalam, Xena memang tak menelan a

dari Papa atau Mommy-nya, sudah mulai berdatangan. Mereka semua memeluk Xena dan menyampai

hati-hati saat ujian. Jika nilainya bagus, rewards liburan ke Bali suda

yak memberi pesan. mulai dari jaga kesehatan, jangan l

ikir untuk menyerah. Dirja pantang menyerah, Xena. Kamu harus tau itu.” Hanif Dinandirja berkata se

gak gampang nyerah kayak Kak Val yan

yang. “Kamu benar. Contoh Vally. Tapi ingat satu hal. Papa lebi

makin berkerut kala sang

ing tau, ke mana

ia pilih sebagai pengisi waktu luang, dan kembali ke rumah. Hidupnya tak banyak warna. Biasa saja. Bahkan bagi remaja berusia l

auh dari, “Lihat, deh. Ganteng

san Papa, ya.” Hanif menatap Xena demikian lekat. Sementara sang putri bungsu

an menjadi pesan terakhir seb

air matanya. Ingatan itu

gi menjulang. Tubuhnya tegap apalagi ditambah kali ini, ia kenakan kemeja hitam yang agak kotor ujungnya.

ata pusara kedua orang tuanya. Sedikit be

ani kalau

ma. Menyejajarkan dirinya di samping Xena

akan biarkan

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY