an belakang rumah. Tempat pertama kali dia berada, untuk melakukan olahr
ang tidak sadar bahwa penampila
rta kakinya yang lecet, dan terutama punggungnya y
usaha masuk ke dalam rumah. Namun sayangnya, sebelum membuka p
g dari kejauhan. Dan sudah bisa ditebak, siapa sosok it
t Keira yang tergeletak di depan rumah. Merasa panik, Devano menepuk-nepuk
Tubuhnya terasa sangat ringan, sehingga dia bisa dengan mudah membawanya masuk
pa menelpon dokter. Devano mengecek apakah ada luka di tubuh Keira. Dia menemukan se
am Devano meng
h menjadi langganan keluarganya turun temurun, dia menyuruh
darurat!" tulisnya dalam sebuah ch
atnya menghela nafas dan menggelengkan kepala pelan. "Orang ini... meman
_______
nyambut kedatangan Dokter itu dengan pe
sebelum menjawab, "Sepertinya dia
angnya seolah tak per
bukan saksi mata yang berada di
yah," sin
ebab pastinya, silakan cari penyidik, bukan aku. Lagipula, kau
jaganya, sampai hal seperti ini bisa terjadi?" tan
arkan Dokter itu barusan membuatnya mulai
a mereka tidak tahu Keira keluar rumah,
di kampus, bahkan di rumah, para bawahannya itu selalu bodoh dan tidak b
, lalu tertawa kecil, "Kau pasti merasa kesal dengan anak buahmu
enak jidat memarahi orang, memberikan perintah yang di luar aka
Devano, Reza pun kembali serius
alami cedera cukup parah. Dia perlu istirahat total sela
n perban di kepala gadis itu. Sepuluh menit kemudian, pemeriksaan pun akhirny
n bergegas pergi. Tetapi langkahny
ihat ada sebuah luka aneh di leher
baru bilang
n memeriksa ulang. Tetapi nihil... tidak
no menyela, jelas-jelas dia menemukan lu
uka apapun di sana. Devano
bukan yang ghaib," ujar Reza santai. "Mungkin kau lel
dengan jelas melihatnya, luka it
stirahat Van, mungkin saja kau
i mungkin tidak nyata. Rasanya dia tidak bisa melupakan hal aneh ini
di sisi ranjang. Ia menggenggam tangan Keira d
a menjaga dan memperlakukannya dengan layak. Dan tidak sama se
______
adis itu masih tertidur tenang di sana, membuatnya semakin
bisiknya. "Bukankah biasanya kau menye
yang seperti ini, yang sepanjang hari hanya bisa
erti biasanya. Dan tak ada lagi orang yang menemanin
demi tetap menjaga Keira di sela-sela kesibukannya. Dia tidak mau meninggalkan
embawa Keira ke rumah sakit karena terlalu beresiko. Takut sesuatu yang buru
a ini bukan kecelakaan? Bagaimana jika ada yang meman
sengaja ingin menghancurkannya, dengan cara menyakiti Keira. Dia merasa b
nnya tertuju pada wajah pucat Keira. Wajah itu membuatnya m
ihat berat dan tersengal-sengal. Devano panik, kembali berusaha menelepon Reza. Sudah
tidak di
ungi dokter lain yang dikenalnya. "Lebih baik memanggil or
uh dengan kecemasan. Tangannya menggenggam erat tangan i