mengelilingi bumi perkemahan. Beberapa peserta sudah mulai sibuk dengan tugas masing
sut begini?" keluh Andi, menarik ta
ik yang ini," kata Joko, berusaha membant
Maya, yang sedang membantu kelompok dapur, melirik ke arah mereka sambi
sendiri. Ia berjongkok, memasang pasak dengan hati-hati, memastikan tali
dak banyak membantu. Ia hanya menonton dengan tangan ter
h, dasar anak kota," ujarn
ilnya, akhirnya mendongak. "Kalau kamu ngerasa
ain? Gue nggak mau bi
ah beberapa percobaan yang gagal, akhirnya satu per satu tenda mulai berdiri. A
keunguan. Cahaya matahari semakin redup, dan bayangan pepohonan semakin pa
ng Terla
run, membawa serta haw
jaketnya. "Din
belum sedingin ini. Kita k
bahkan lebih dingin dari malam biasa di kawasan hutan. Beberapa peserta mu
puncak gunung," ujar Joko, y
ling mereka. Ia mengangkat wajahnya, mengamati pepohonan di kejauhan.
ari yang seharusnya. Hutan ini sepert
angkan badannya, tampak bosan den
am biasa di hutan," katanya santai. "Tapi ka
eserta langsung
iapa yang berani jala
sana menjadi
an ludah. "
h, cukup sampai batas pohon itu," katanya, menunjuk ke arah
serta saling pandang, mencoba menilai apakah
ng. "Aku ngga
ing. "Udah kayak
, kalau nggak ada yang berani,
si. Hawa dingin ter
nang. Namun, dalam hati, ia tahu-bukan hanya rasa t
ana, hutan itu sendiri te