. Suara rintiknya berpadu dengan musik klasik yang mengalun pelan, se
in aroma terapi, bunga segar, dan balon berwarna biru tua menghiasi te
i sanalah sega
itu bersandar manja di bahunya, tangan mereka saling menggenggam. Mesra. Intim. Bukan hubungan yang baru saja dimulai, itu jelas. Ter
o terdengar panik
Keyra dari ujung kaki hingga kepala.
kaan Rio, dengan pita pink yang kini sudah sedikit kusut karena digenggam terlalu lama. Di dalamnya, sepasang ja
anya mulai memanas. "Aku seharusnya tahu kamu te
rhana sekali," sindirnya, menatap pakaian Keyra yang hanya blouse putih
bisa jelaskan." k
erti tamparan. "Selamat atas promosi... dan pasangan barumu." lanjutn
tap tegak. Setiap derap high heels murahnya terasa menghantam lantai restor
an tetesan hujan bercampur dengan air mata yang sudah tak bisa ia bendung. Ia berjalan tanpa tujua
ak pernah ia masuki sebelumnya, tapi malam itu entah kenapa kakinya membawa ke sana.
pu remang-remang dan musik jazz lembut menciptakan
tak tahu mereknya. Rasanya pahit, seperti hidup. Ia mena
engutuk dunia?" suara bera
i, jasnya hitam elegan, dasinya biru gelap. Wajahnya tenang, tapi ada sor
lan. "Aku bahkan tidak tahu
t gelasnya. "Selamat datang di klub oran
ng tahun kekasihku berubah jadi
ang. Banyak orang memilih kabur dan b
ian... atau kebodohan," gumam Keyr
n keheningan yang anehnya nyaman. Lalu p
kejam untuk ditangisi di tempat umum," katanya se
ia percaya? Haruskah ia membia
luka bercampur menjadi satu. Dan ia lela
anya, ia mener
an impulsif yang dibakar oleh luka. Di dalam kamar hotel yang dingin dan megah, Keyra menyerah
tebal. Ia membuka mata perlahan, menyentuh sisi ranjang yang kosong. Hanya ada satu lembar uang seratus ribu
kau ingin membala
itulah sem