ih keras kepala bernyanyi dan embun yang malas beringsut dari ujung daun kelapa. Udara pagi dari Hutan Arun
ri arah timur.
ari pancuran?" Suara Ki Jagapa
irnya keruh. Agak
panik. Namun pagi itu, Arya bisa melihat jemarinya yang menggenggam tongkat rotan-bukan
mmm," gumamnya. "Kau masih ingat ajaran
ang dari timur dan air keruh, it
imbang, apakah Arya sudah cukup besar untuk tahu sesuatu yang lebih
Api?" tanya Ki Jagapati, suaranya
rita, kan? Makhluk dari asap yang m
ain usang. Dari dalamnya, dia mengeluarkan sebuah botol kecil berisi cairan hitam pekat. "Ini Abu Darurat
ol itu. "Kenapa
yu yang mengeluarkan bunyi reot dan memandangi langit. Kabut tipis mulai naik da
lihat. Dan Lelembut Api... membakar
mimpi aneh-mimpi tentang suara-suara yang memanggil dari balik kabut, mata merah menyala, dan tangan-tangan arang yang meny
gat mimpi-mimpi itu denga
reka bukan mimpi, Arya. Itu peringatan
di antara pohon-pohon nyiur tampak lebih sepi dari biasanya. Bahkan Mak Rini, ya
eka berpapasan. "Bau gosong. Macan juga ngg
a kembali ke rumah, dia menemukan Ki Jagapati
," katanya tanpa menatap Arya. "Ada
ndi
at di sini selain aku."
it bibir. "A
kembali sebelum fajar... ambil gulungan di bawah tempat tidurk
pati meninggalkan rumah tanpa suara. Dan untuk p
tang tan
genangan air. Ia duduk di beranda, botol Abu Darurat di genggaman, matanya tak lepas
ia mel
asap yang menggulung, bergelombang, seperti napas raksasa yang tak bisa
mbut
h, hanya tubuh melayang dari asap yang membentuk siluet manusia-tinggi, ramping, dan menyala da
tidak meliha
dalam rumah, tiba-tiba dari balik pohon
n berg
erjubah gelap berdiri di sana, waj
arang, dia akan tahu ka
" tanya Ary
itu menjawab, Lel
rlahan ke
enyala
ah te
emudi
erjalan ke arah Arya
narik tangan Arya
a membutakan matanya sejenak, lalu mereka berlari ke ar
ng. Ia tak tahu siapa orang itu. Ia tak tahu
alam ini... hidupnya t
itu, dari kejauhan, suara
--------
h mencambuk wajah Arya saat ia berlari menembus hutan. Orang berjubah itu memegang erat tangannya, tidak berkata sepatah kat
terlalu keras, tapi cukup untuk memb
an?" teriak Arya sa
njawab. Tapi mengg
ali tampak semburat merah meny
bukan kabut dingin, tapi seperti kabut hangus... yang mengeri
kan langkahnya, menjatuhkan tubuh ke tanah yang l
akhirnya
i
kan tudung
dunia Arya r
dung itu... adala
mar di sudut matanya. Suara yang keluar pun berat, lebih d
r. "Tapi aku... bagian dari k
idak m
al. Ini pasti tipua
gambar segel sihir di atas tanah basah. Simbolnya bercahaya biru, dan dari simbol itu muncul peta:
tang karena batasnya retak. Dan retaknya karena seseorang-atau s
ludah. "Segel
ang dibuat oleh Tujuh Leluhur. Yang
menunjuk
keturunan itu.
ra burung. Bahkan tak ada suara Lelembut Api la
ni. Tapi semuanya terasa begitu nyata. Bahkan bau tanah lemba
penyatu segel itu," katanya pelan
sahkan dari garis sihir, agar kekuatanmu tak tumbuh ter
nya. Lalu ia menatap sosok di hadapannya, ki
a seka
runtuh," jawabnya. "Dan malam ini, buka
ang. "Apa
i hening seperti semula. Tapi di tempat dia berdiri tadi, tetap
iba, dari
uit terde
ka
dua
u t
lu
kee
mem
?" bis
yikan maksimal tiga kali untuk kode darurat. Empat b
n dari seseorang
mpan Ki Jagapati di belakang dinding. Ia mengambilnya cep
u suara Ki
n itu
wal dari sesuatu
ya tahu
mungkin akan tetap hidup. Tapi dia tidak
at dan dunia mulai berubah warna di sekelilingny
ilah segala
--------
menggores betisnya, tapi ia tak peduli. Suara peluit itu terus memanggil. Empat k
meniupnya empat kali," gumam Arya, l
h? Sesuatu yang membuat peluit itu bukan sekad
ngit tampak bergetar samar-atau hanya matanya yang mulai menyesua
a meli
pelan dari balik rerimbunan
kah. Botol Abu Darurat
ende
eliha
idak bergerak. Matanya terbuka. Tapi tidak berkedip. Bibirnya kaku. Lehernya sed
Arya b
a terpental ke belakang. Cahaya biru langsung menyambar perg
nggigit bibir, m
ndekat, suara lain terde
n pe
uara l
la
re
eperti
h, siap melempar
Lelembut Api
makhlu
sia tua bungkuk dengan telinga panjang yang hampir menyentuh lututnya, mata bulat be
wa suling kecil d
eniu
at
bertanya, dadany
Tapi ia menunduk sopan, lalu
kau lakuka
tu mengge
menyapu tanah, dan mata merah menyala. Tapi tidak berkabut seperti Lelembut Api. Soso
elah dibuk
m. Seolah berasal da
ur. "Apa
ngkaran segel, dan segalanya terasa le
harusnya ada di
m. "Kalau begitu sia
mendekat s
ahm
ter
erasa b
jawabnya pelan. "Dia m
"Mati?" Ia menunjuk Ki Ja
kau seb
ni. Yang penting adalah kau d
ingin. "Dan takdir
menyusut. Cahaya menghilang perlahan
enjeri
pat dan menyentakkan sulingnya ke tanah. Dari situ, cahaya melesat membentu
u dalam bahasa yang terdengar
kata
a
yang kini tergeletak diam, wajahnya putih
ka, dan di telapak tangannya, ada ses
kubah pelindung. Menerobos api
a ia meno
bah itu sud
awa dingin yang terlalu su
nnya bergetar. Ia m
atu kalimat d
rus memilih: lindungi dunia... ata