tangannya mencengkeram seprai, napa
kan yang penuh tekanan dan hasrat. Suara napas mereka saling berpadu, cepat dan dalam, memenuhi ruangan ya
epat di telinga Henry, membu
as pinggang Karina lebih erat. "K-Kari
ya melengkung karena dorongan sensasi yang merambat dari bawah perutnya hingga ke dada. "Hahh... aahh..." desaha
bil mendongak, rambutnya tergerai ke belakang
t bagaimana tubuhnya melengkung setiap kali bergerak turun. "Kamu
rsengal, dan setiap desahnya terdengar lebih dalam, seperti gelombang panas yang tak kunjung reda. Ia terus bergerak, memi
aranya. "Aahh... gila... Karina
" suara Karina meninggi, dadanya naik turun cepat, tubuhny
an tempo sambil menjaga keintiman yang masih terasa membara. Di tengah panasnya suasana, hanya sua
*
gu sebelum ha
engan telaten. Meja makan sudah bersih, tak ada yang tertinggal, kec
ng tangan memeluk
ap aroma familiar, parfum pria, halus tapi ta
ra
henti. Ia menahan napas, pikirannya berputar cepat mencari cara untuk bersik
ya, nyaris tak terdengar. Bukan karena malu
berat, santai, nyaris seperti sedang m
kat. Terlalu dekat. Lalu jemarinya menyusuri pip
. Tangannya mencengkeram kain lap erat-erat, seolah
bisiknya. "Dan kamu... kam
n bahwa ini salah. Tapi tubuhnya sudah lebih dulu menye
Pak... kala
, "berapa kali harus aku bilang
dekat, logika Karina menguap entah ke mana. Yang tersisa cuma rasa. C
a ketahuan?" tanya Karina
asih tahu betapa panasnya permainan kita
ku mau bersih-bersih, cepat sele
mperhatikan selingkuhannya yang menjalani tugasny
ik tubuh wanita itu dan langsung mencium bibirnya dengan panas. Bibirnya segera menempel lembut pada bibir Karina dalam ciuman yang penuh gairah dan la
di sentuhan yang lebih ganas dan penuh nafsu. Lidah Abraham menyelip masuk, mengeksplorasi mulut Karina yang
ke dalam baju Karina, meremas dada wanita it
menuruni tangga, mengejutkan mereka berdua. Jantung Karina dan Abraham
ang pintu. Matanya tertuju pada me