img Hilangnya Masa Muda  /  Bab 1 Safira Ayu Andini harus mengikhlaskan | 4.76%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca
Hilangnya Masa Muda

Hilangnya Masa Muda

Penulis: simetri
img img img

Bab 1 Safira Ayu Andini harus mengikhlaskan

Jumlah Kata:2361    |    Dirilis Pada: 18/06/2025

ebas menjelajah dunia, meniti karier impian, atau setidaknya merasakan manisnya cinta pertama yang romantis. Namun, semua itu hanyalah kha

li bertemu dalam acara-acara besar. Danu adalah sosok yang selalu terlihat matang, serius, dan tak banyak bicara. Aura din

, Bu Rina, terdengar tegas kala itu. Tidak ada nada pe

nangis. Ia mencoba mencari alasan, memohon, bahkan memberontak, namun semua sia-

alah dan tekad bulat. "Ini demi kebaikan kita semua, Safira. Keluarga Danu akan membantu

rutan. Rumah mereka terancam disita, aset-aset berharga satu per satu dijual, dan tekanan hidup mencekik leher keluarga mereka

gantin yang dipilihkan, cincin yang disematkan, bahkan dekorasi pesta, semuanya terasa asing dan hambar. Danu tidak pernah menunjukkan minat. Ia hadi

paksa? Namun, Danu tak pernah menyinggung perasaannya. Obrolan mereka sebatas hal-hal praktis, itupun sa

resepsi?" tanya perenca

ab Danu singkat

ga favorit

," jawab S

an

enimpali, sambil f

di. Ia tahu, pernikahannya bukan didasari cinta, apalagi kasih sayang. Ini

nyum, menyalami tamu, berpose untuk foto, semua dilakukan seperti boneka yang digerakkan benang tak kasat mata. Di sampingnya, Da

ya sepasang mata gelap yang memantulkan bayangan Safira yang buram. Safira sendiri hampir tak bisa menahan air matanya agar tak tum

fira dan Danu masuk ke kamar pengantin yang sudah dihias indah. Lilin-lilin berkedip lembut, me

ngnya. Lalu, suara kasur berderit. Safira menoleh pelan. Danu sudah berbaring memunggu

kan. Perlahan, Safira berjalan ke sisi ranjang yang lain, berbaring membelakangi Danu. Ia menarik selimut hingga menutupi dagunya. Air mata yang

tertidur terlihat sedikit lebih lembut, namun aura dinginnya tetap terasa. Safira bangkit dari ranja

merapikan rambutnya. Ia menoleh sekilas ke arah Safira, lalu bangkit dan me

aku. Ia duduk di meja rias, menyisir rambutnya yang panjang. Bayangannya di cermin terlihat k

i sana sudah ada Bu Rina dan Pak Hadi, orang tua Danu. Serta seorang ana

, dengan senyum lebar. Ia adalah wanita paruh baya yan

Safira lirih. Danu

dengan rasa ingin tahu. "Mama ba

laki-laki bernama Raihan. Ia akan menjadi ibu sambung.

. Ini Tante Safira. Mulai sekarang Tan

uk-angguk, lalu kembali fok

menyahut singkat jika ditanya. Ia tampak fokus pada sarapannya, sesekali membantu Raihan yang kesulitan memotong sosis. Melihat int

sar, modern, dan tertata rapi. Namun, ada semacam kekosongan yang Safira rasaka

k," ucap Bu Rina seolah bisa membaca pikiran Safira. "Dia sangat menyayang

dah menjanda cukup lama. Apakah Danu masih mencintai istrinya? Apakah itu sebabnya ia begitu dingin pa

, yang kini terasa semakin besar dan hampa. Danu sibuk dengan pekerjaannya, seringkali pulang larut malam. Jika tidak ada pekerjaan,

n adalah satu-satunya sumber kebahagiaan kecil bagi Safira. Anak itu polos dan ceria, seringkali membuat Safira tertawa dengan

depan putranya. Danu akan sabar mendengarkan cerita Raihan tentang sekolah, menemaninya bermain, atau membacakan dongeng sebelum tidur. Pemandangan itu seringkali membuat

anu baru saja pulang dari kantor. Ia melepas jasnya, meletak

tanya Safira, menco

a datar seperti biasa. Ia minum segelas

berakhir seperti ini. Ia merasa seperti hidup berdampingan dengan patun

fira mencoba berbicar

entar?" tanya Safira saat Danu

i laptop, menatap Safira deng

ini terjadi karena paksaan. Tapi, kita sudah menikah. Bisakah kita m

ngin kamu kenal dari saya, Safira?" tanyanya dengan suara rendah, nyaris tanpa int

Safira. Begitu lugas, begitu jujur, dan begit

ta tinggal serumah, tapi seperti orang asin

u untuk hal-hal seperti itu. Kamu bisa melakukan apa pun yang k

gucapkan sepatah kata pun. Air matanya sudah siap tumpah. Ia berjalan cepat

ini. Danu tidak akan pernah mencintainya. Danu tidak akan pernah peduli padanya. Ia ha

i harapannya yang sia-sia. Ia akan fokus pada Raihan, pada kegiatan sehari-ha

pagi, saat mereka berpapasan di meja makan, Danu hanya akan melirik sekilas, lalu kembali fokus pada sarapannya. Setiap mal

hidup seperti ini selamanya? Bisakah ia benar-benar bahagia? Atau akankah ia terus

hu tubuh Raihan yang ternyata cukup tinggi. Dengan tergesa-gesa, ia m

da Danu sedang berada di luar kota. Dalam kepanikan, Safira memutuskan untuk membawa Raihan ke r

pa bisa ia tahan. Ia merasa begitu sendirian. Ia adalah seorang istri, namun tidak punya suami yang bisa diandalkan dal

nya terlihat tegang dan khawatir. Ia baru mengetahui k

Danu dengan suara serak, l

am biasa. Tadi saya coba hubungi kamu, tapi tida

apas lega, lalu berjalan masuk ke ruang pem

k. Danu langsung memeluk putranya erat. "Anak Pap

dengan jari kecilnya. "

a datar. Tidak ada nada terima kasih yang tulus, hanya sebuah formalitas

mkan mata, lelah fisik dan batin. Danu duduk di kursi di samping ranjang Raihan, menat

menatap Raihan begitu penuh kasih sayang. Safira menyadari, di balik topeng dinginnya, Danu adalah seor

" suara Danu memecah kehening

ng yang Danu ucapkan padanya di luar konteks

nnya terus berputar. Ia tidak bisa tidak memikirkan Danu, pernikahannya

uhnya mengabaikan Safira. Ia sesekali akan bertanya tentang Raihan, atau menanyakan apakah Safira membutuhkan s

Danu bisa melihatnya bukan hanya sebagai istri paksaan, tetapi sebagai seseorang yang layak untuk dihormati da

akukan tugasnya, memenuhi perannya dalam pernikahan ini. Demi Raihan, demi orang tuanya yang sudah ber

us kuat, harus tegar. Ia akan mencari makna di balik semua ini, mencari kebahagiaan kecil di tengah badai besar yang melandanya. Ia t

m keheningan malam, ia berbisik pada dirinya se

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY