cepat-cepat keluar. Setelah yakin dengan itu, aku menindih tubuh padat perempua
sshh... aan
." begitu suar
ndiri beradu rapat denganku. Kemudian tekanan tangannya pada pantatku begitu kuat hingga aku tak bisa apa
n begini nanti Eg
gan itu telah menjebolkan aku. Secepat mungkin aku mencabut. Tapi di mulut
crot..
uh....
ah keluar d
eh... abisnya
mencoba mengelap cairan kentalku yang berada dibibir memeknya. Kelihatannya sungguh sexi
kamar mandi. Aku segera m
nya dengan air, seperti ada beling atau apa gitu tertinggal didalamnya. Aku meliha
atas kasur. Menunggu Teh Ev
gitu pucat?" Teh Evi meledek ketika
menunjuk vaginanya. "Maksud
ada anak baru udah pinter... hehihi..." Ia d
i sih... pinter di kuliah juga pinter nge
umi pipinya, bahunya, rambutny
, kayaknya Egi gak bakal lupa sama Teteh
upa... soalnya perjakanya T
rena lelah. Kami berduapun te
*
dah mengudara di kamar kosan. Aku bangkit menuju kamar mandi. Barulah ku sadar Teh Evi juga rupanya sudah bangun,
gapain?" tan
hape A" Suaranya bindeng suara khas orang bangun tidur. "E
h..
i pemandangan paha mulus plus CD nya yang menggembung. Si Teteh boleh saja memakai selimut sebagai b
ai celana
keman
ar. Teteh mau apa? Yang
i ya?" tambahnya sambil mengetuk bungkus rokok dihada
... Egi
menghitung-hitung, dan mengeluarkan dua lembar uang ser
ambahin..." Si Teteh makin mengkerut keningnya, tapi dari pandangannya ke uang yang aku pegan
mendekat pula bereaksi hendak menyedot bibirnya, tapi lagi-lagi dia hanya memberikan pipin
a, malu, meminta maaf dan buru-buru berjalan keluar mencari
ika sudah kembali ke kamar. Teh Evi sedang berjongkok membuka-buka tas milik pamanku,
ia berdiri membuka u can see yang sedang dia pakai seka
amang ah..." katanya polos. Aku ter
an terjepit diantara ketatnya jeansku. Aku membetulkan sed
an itu sih bajunya... cari
mulai mencari-cari lagi kedalam tas pamanku. Toples
saja. Di pikir-pikir, memang masih bodoh aku pada waktu itu, kalau sekarang ini, sudah aku tar
ka bungkusanku yang dari warung. Menata bungkusan nasi uduk dihadapanku dan dirinya. Mengangkat bungkusan rokok d
ya. Dari tadi aku hanya terdiam memandangi lekuk
...? mau disuap
sudah kuisi nasi, dan menyodork
gi sua
embus pandang warna hitam itu. Aku menepiskan
eansku yang membuat
pain...?" si T
u. "Emang mau ngapai
us ya? hahaha" Si Teteh bergerak menunjuk, kemudian m
ku kaget da
ahah
yang bagian dalam. Jempolku kugesekan pa
dian ia malah mundur menjauhiku sambil membawa piring nas
a)?" t
tangannya udah p
cemb
asih liat yang kayak gitu,
.. kan udah
lagi ya jadi minta la
tititku. Teh Evi
" Ia meneruskan makannya
hat ke s
? Ko ga pulang-pulang? Katanya mau nganter.
...." Dia berpikir sejenak dan berkata pelan dan r
Teteh tau ja
h... pak
mau berang
. tutupnya
utupnya ma
..." ia menatapku lagi
k mengerti, celingukan menca
Punggungnya tegak. Wajahnya seperti gadis di
lo Teteh ya
ngung, "Malu
a menatapku gundah, "Sama cewek janda
er Teteh... daripada sama si Mamang dianternya, ih suka bau
akanku. Kemudian membuangnya ke tempat sampah. Kembali ke tempat du
u ter
a dianter sama Teteh... dimana-mana cowok mah bakal ban
aku mulai menggunakan 'aku' sebagai kata-
, memandangku tersenyum, keg
a. Aku mengangguk c
um pipiku, aku berpaling hendak m
i..." Aku menunjuk selangkangannya yang hanya pakai ce
ukku, menciumi wajahku, hidungku, kupingku, ujung bibir terus ke leher. Ta
a, meremas pantatnya yang ranum, dadanya yang sekal sebesar buah mangga, kubuka keatas kaus ya
umi leherku, tangannya sudah menggosok-g
alas memeluknya. Dalam diam aku mendorong tangann
mandi terus berangk
a kaget, ia mengigit bibirnya yang basah. Dadanya yang bu
Aa...?" Aku diam menatap bibi
dadanya. Tapi kemudian ia mencoba m
pulang ke kota S" kataku
eh masih berm
ekali lagi? Masih banyak waktu da
-gosok pahaku. Ia melirik kontolku yang keliahata
Dan kemudian secepat kila
Teteh berteriak
i aja sampai subuh lagi... biarin lah bes
*