iri, wajahnya mengernyit, matanya terpejam. Tangan kanannya memelukku. Selangkangannya mengejut ke
ya, dan menyenderka
seolah menjadi orang lain, dia celingak celin
Dia malah mandi sambil membelakangiku. Aku masih menunggu. Dia m
gimana?" Kontolku mulai men
atapku, menatap pintu kamar mandi,
ai handuk dulu, ayo keluar dulu...!
g tidak ada, apa dia tahu dan mendengarkan kami berdua. Aku pun melangk
nta penjelasan. 'Enak saja... curang dia puas sendirian... Baru aku mau membuka kamarnya, ternyata pint
tar yo Lek? si Mbah
aku menaik
e sabar, sana pa
uku, Mbah Ren bangun dan langsung
jam berapa ini?
Hujan kok mak
oh
minum obat ya Mak
erah kam
engundang manusia untuk berbuat hal-hal yang tidak senonoh dengan
an menghabiskan nasiku. Kemudian aku kedapur untuk mengembalikan piringku. Bude ada didapur sedang menyiapkan minum dan obat untuk Ibun
ndiri ya?" godaku. Bude tersenyum, dan mencoba untuk men
linganya. "Ini ser
ngan menyelipkan jempol diantara telunjuk dan jari tengah. Sim
bil meringis tertawa. "Sana...
ana dalam dia. Kontolku jadi nyut-nyutan menagih. "
ae lho..." Ketika Bude
k. itu cucumu n
nya ke tubuh Budeku lagi. Sudah tidak sabar aku. Bude menyusulku ke ruang tipi sambil membawa piring. Ruang un
a menonton tipi. Ia duduk bersila dengan daster mininya, maka terpampanglah seluruh isi selangkangannya. Aku m
mengacuhkanku yang memperhatikan dirinya. Tapi kelihat
paha luarnya dengan buku jariku. Te
n nafasnya. Ia telah selesai makan. Bibirnya berminyak. Aku menciumin
num dulu... sekalian si M
ran dengan frusta
urnya rapihkan... pake it
imbing Ibunya untuk beristirahat dikamar. Setelah itu ia mengunci
ngkan rapi dengan bantal2nya. Ia duduk diatas kasur.
sa, tubuh montok setengah baya yang siap kunikmati denga
menciuminya. "Mmmm..." gumam Bude menikmati cium
untuk menindihnya. Aku raba dulu memeknya,
u rak kemana-mana hari ini Lek, siap tempur sama kamu sampai malam..." Katany
didambakan. Masuk. Aku dorong terus sampe ke akarnya.
Akupun segera memacu tunggangan s
elupan. Nafasku menjadi sesak oleh nafsu. Aku membaringkan tubuhku diatas tubuh Bude.
ku ulang dengan ritme yang sama, bila aku keluar dari ketukan pantatku, Bude langsung menyesuaikan, lengkap dengan desah k
Bude. Dia benar-benar menikmati tiap gesekannya. Seolah tak ada l
ri jaman dulu kala. Enak banget. Mantep memang perngewean ini. Bude tidak lup
memek Bude menjadi jauh lebih enak dari sebelumnya. Kulit kontolku menjadi lebih sensitive. Ujung kontolku
..!" Budeku terkejut. "Kenapa Lek?" selangkangannya m
Bude... aduu
Ealah, wong lagi enak-enakn
i tenangin dulu dia sebent
rusaha mengembalikan kekebalannya dengan mengocoknya. Memantul-mantul
uuh.
mau keluar, keluarin aja gak papa... nanti
o..
agak ragu, kulaksanakan juga. K
ot..." bisiknya. "Tunggu ya
yang bawah tubuhnya itu dengan cep
ya kencang pula. Aku menemukan kenikmatan yang dalam. Kon
jurus apa in
likopter... Sss
r sayah Bude..." aku mere
di dalem yang kenceng nyemprotnya, ya sayang... Aaaahh
rasa menyemut di ujungnya, aku melemaskan ototnya berharap masih bis
at kusemprotkan kencang di dalam vagina Bude. Aku meng
ngkin ke badanku, seperti berteka
itkan pantatku ke selangkangannya dengan tangannya. De
engelus-elus punggungku. Aku masih
gos-ngosan lemas. Rasanya isi tubuhku sudah tersedot semua masu
ik lagi mesra dikupingku, "Nanti main l
di
ang. Ia mendorong ke pi
dah lemes..." Bude berdiri lagi memak
menyalakan kompor. Kemudian ke kamar
u memejamkan mataku sebentar. Rasanya haus bener aku, tapi malas mau
*