uran lagi diatas
tok
Yeeeen...? Neng di cah'e
selimut yang dibentangkan diatas kami berdua. Aku disuruh diam. Pa
mperhatikan sekeliling. Seperti tak
Mereka terdengar berbicara diluar. Bunyi kompor gas di dapur. Lalu langkah-langkah m
tur Bude. Ia berbaring menelungkup di
n saya ga Bu
denger suara kamu teriak-t
ak?" aku merasa takut terde
kamu ga merasa to
rasaan kencengan
ang gitu, aku sama kamu bu
n dong kita?"
u bilang kamu tidur d
Mbah p
-angguk sambil
urnya berapa sih B
ikut terbawa tersingkap, sekali lagi pantatnya terlihat olehku. Masih saja pantat itu mengundang untuk
aku meremas dengan kedua tanganku sekaran
murnya berap
u tanya-tanya...?" di
nafsu, memeknya masih ena
angnya. "39
rcaya. Aku mengangkat sel
o dinikmatin, ga usah tanya umur lagi..." Aku mengar
ain ta Lek?" t
a sambil lalu. Kontolku m
e mendesah.
jepit dalam posisi begini. Enak. Aku memom
eek... aduuuuh..
fasku sudah memburu. 'Plop!
lagi... walah
erlalu pendek s
lagi copot lagi. Apalagi kalau sudah keenakan terus terlalu semangat ngentotnya. Aku berkesimpulan, p
n sering copot tooh
isinya. Agak sulit untuk amatir seperti aku karena lawan mainnya juga lebih su
h be
ude ngangkang s
pas ketemu cepat kudorong. 'Nyot' rasanya seperti d
.. duh ena
lem aja kita beg
ek... nghhhnn...
kuat begini ini
k, aaaah, ada juga
ertawa. 'Jangan-jangan pacar
ntol ada gak jamunya...?"
tinggal pesen... aduh Leek
ah gedenya g
h, makin enak... aa
juga ah. Kupercepat tempoku. Gilee... enaknya, cenat cenut cenat cenut ak
ambruk lemas. Aku tinggal menunggu waktu. Tibalah saatn
ncopot kontolku, kutunggu gerakan kecil dalam memek Bude. 'Aaah itu dia...'. Ba
an sendiri hahuhuhu..." Ia kemudian menga
merin terus sih bodinya
atan jamuku Le
u segera bangkit, pengen kencing dari tadi. Kutembus jalan ke kamar mandi secepat kilat.
luar dari kamar mandi. "Ini bawa... sisa jamu ta
edein kontol? Kapan
ling lambat setelah dipes
membuka-buka laci lemarinya. "Naaaah, aku punya Lek. Ini temenku pesen,
bungkusan itu. "Itu
man Bu
itu, dulu malah asli dia bawa,
ni udah k
gangguk, memasukannya ke dalam kantong
ang ya B
lam ya karo Papa Mamamu.
a? Ke temen-temenmu juga jangan.
melepaskan tangannya. Aku me
agi ga...?" tan
gangguk
aliin mot
h itu aku pergi pulang. Walau hujan
*
u. Tadi malam sudah kupakai obatnya. Panas b
ada perubahan? Apa mesti sewaktu berdiri diukur perbedaannya? Biar sajalah, aku mesti buru-
rdatanganlah pesan-pesan yang menumpuk dari kemarin, banyaknya dari teman-teman main game, yang menanyakan a
ah pesan-pesan dari Teh Evi... pujaan hatiku, yang telah menghancurkan hatiku. Aku buka ternyata berisi
ti ini tetap saja ingin bertemu. Aku tak bisa main hati lagi ke dia. Aku beranjak pergi setelah membayar di kont
ja. Mobil itu menghalangi garasi. Aku jadi tidak bisa memasukkan motorku. Kuparkirkan saja
siapa yang sedang berkunjung ke sini. Jangan-jangan Papaku. Aku membuka pintu depan rum
amuala
apa? Tamu? Silakan masuk
wab, ia duduk di kursi kesa
memperhatikan sekeliling, tak ada orang lain disitu, di ruang tamu, ruang tipi dan
mu, adiknya Agus
ri kamar Bude. Seperti ada orang yang ter
cara panik dengan berbisik-bisik. Aku kaget, wah jangan-jangan.? Aku terkej
ndengarkan. Di dalam kamar gelap, gordengnya ditutup dan lampunya dimatikan. Persis seperti kem
sambil senyum cengenges
u lagi kalau yang keluar dari kamar selanjutnya adalah Papaku, itu yang kukuat
asih cengengesan, ia mendorongku untuk pergi keluar ke teras sana. Aku
...?"
a...! ayo... tunggu dulu
Begitu sampai di ruang tamu, Bude berbalik lagi ke dapur untuk membuatkanku minum. Ak
*