ang terapi dipenuhi haru. Pak Hadi, sang fisioterapis, tersenyum lebar. Dewi, ibu Arjuna, meneteskan
utan kembali melangkah!" se
it itu masih ada, namun kini ada kebahagiaan yang jauh lebih besar meliputinya. Ini bua Pak Hadi, suaranya penuh optimisme.
an, hanya dengan berpegangan pada pinggiran tembok atau perabotan. Setiap kemajuan kecil adalah kemenangan besar. Ia mulai bi
an selalu siap siaga jika Arjuna merasa lelah atau hampir terjatuh. Ada kalanya Arjuna merasa malu, merasa seperti anak kecil yang harus dibimbing. Namun, Mentari ti
ng penting sampai tujuan!" Mentari ser
nkan sebagai seseorang yang ia rindukan kehadirannya. Rasa nyaman dan kehangatan yang Mentari berikan adalah penawar terbaik bagi luka hatinya.
an yang hidup sederhana, blak-blakan, dan "mata duitan" (meskipun Arjuna tahu itu hanya candaan, atau setidaknya, bukan keserakahan yang sesungguhnya). Apakah hubungan
Naga Corporation, tidak tinggal diam setelah Arjuna berhasil menyelamatkan proyek Bali. Ia meningkatkan
mi, dan bahkan turun tangan langsung menghubungi beberapa media untuk mengklarifikasi berita. Kondisi fisiknya yang belum pulih sepenuhn
tuhkan tenaga mereka. Ia memberikan mereka tugas-tugas yang penting, tetapi dengan kontrol penuh. Bima, ya
ya Arjuna dingin suatu siang, saat Bima menyerahkan
Tidak, Kak. Saya... sa
u, sepertinya kau pernah hampir melakukanny
nnya di bidang teknis memang tidak bisa diremehkan. "Kak, saya sudah menemukan celah di sistem keamanan Nag
Persiapkan strateginya. Kali ini, kita
tahu, perang melawan Bram membutuhkan soliditas. Ia tidak bisa lagi terlalu la
at Arjuna tersenyum, bahkan di saat paling sulit sekalipun. Ia membawa makan siang favorit Arjuna ke k
lahkan, Arjuna merasa sangat lelah dan frustras
nya Mentari, yang sedang duduk di sofa ruang ker
ar-benar licik. Rasanya ing
gannya sakit. Mending ditonjok pakai laporan k
senyum. "I
Arjuna lagi, lembut namun efektif. "Kamu itu sudah
ikmati sentuhan tangan Ment
ab Mentari. "Tapi say
matanya, menata
restoran bintang lima
nangkan. "Baiklah. Kalau semua masalah dengan Bram sudah s
ntari bers
ng pada kehadiran Mentari. Bukan hanya untuk fisiknya, tetapi untuk mental dan emosionalnya.
an. Terutama dari Kirana. Kirana, yang kini adalah istri Bima, seringkali datang ke rumah Dewi dengan berbag
Arjuna dan Mentari, Kirana merasakan gelombang cemburu dan penyesalan. Ia telah meninggalkan berli
r dari kamar Arjuna sambil membawa nampa
a Kirana dengan nada sinis, matanya meny
polos. Ia tahu siapa wanita di depannya i
jawab Mentari tenang. "Saya di
bisa masuk ke keluarga ini dengan penampilan dan latar belakang s
tidak pernah bilang begitu. Dia bilang saya lebih ba
ta-kata Mentari menusuk tepat ke ulu ha
ali kau!" b
mengatakan kebenaran. Lagipula, kamu sudah punya suami
a tahu ia tidak bisa melawan kejujuran Mentari. Ia akhirnya berbalik dan
dikit terhibur, namun juga khawatir. Ia tidak ingin
eninya," kata Arjuna pa
b Mentari cuek. "Lagipula, saya tidak suka meli
n yang mengalir di dadanya. Mentari m
gkat di dalam rumah, meskipun langkahnya masih belum sempurna dan kadang goyah. Ia bahkan mulai mencoba m
ke puncaknya, bahkan dengan pertumbuhan yang lebih stabil. Arjuna juga berhasil menempatkan oran
g rumahnya tanpa bantuan, meskipun masih pelan dan hati-hati
," pangg
nyum. "Sudah bisa jala
lah momen yang tepat. "Ada sesuatu yan
ap Arjuna dengan serius. "Ada apa, Pak?
ku sangat berterima kasih atas semua yang sudah kamu lakukan untukku. Kamu s
memerah. "Saya hanya melakukan a
. "Kamu telah menjadi bagian penting dalam hidupku. Aku... a
a Arjuna akan mengatakan hal itu. Ia selalu menganggap hubungan m
anya Mentari, suara
h terucap, seolah telah lama terpendam di dalam hatinya. "Aku tahu, dunia kita sangat berbeda.
, ia memang merasakan getaran yang sama terhadap Arjuna, namun ia selalu menepisnya, me
. saya..." Me
u menjawab sekarang. Pikirkan saja.
bah hidupnya. Langkah-langkah Arjuna yang masih goyah di atas rumput taman terasa seperti melangkah di atas kaca, penuh kerentanan, namun juga penuh harapan