dari suara mesin jahitnya sekalipun. Ia menatap Arjuna, pria yang selama ini hanya ia lihat sebagai sosok kuat namun rapuh, yang kini telah pulih
punya pendidikan tinggi, tidak punya koneksi sosial, bahkan tidak punya keluarga selain anak-anak panti dan Ibu Indah. Bisakah ia masuk ke dalam dunia Ar
Mentari tergagap, menc
idak apa-apa, Mentari. Kamu tidak perlu menjawab sekaran
omen yang ia lewati bersama Arjuna, setiap canda tawa, setiap obrolan serius, setiap sentuhan yang tak disengaja. Ia mengakui pada diri
ri masih menjalankan rutinitasnya seperti biasa, menemani Arjuna terapi, menyiapkan makan siangny
ndiri kini telah terungkap. Ia sudah menyatakan perasaannya. Apapun jawaba
telah diredam serangannya, kini bangkit kembali dengan strategi yang lebih agresif. Ia mulai mendekati para pemegang saham minor
n rapat darurat. "Bram sedang mencoba melakukan hostile takeover. Kita tida
a, menyarankan, "Kita bisa mengajukan penawara
at," jawab Arjuna. "Dan Bima... dia masih memiliki saham cukup
skan siang dan malam di kantor, menyusun strategi, menghubungi para pemegang saham besar yang loyal, dan mencoba mencari cara untuk
beluk saham dan hostile takeover, ia melihat Arjuna semakin kurus, matan
pukul dua pagi. Layar komputernya menampilkan grafik-grafik rumit
membawa segelas teh ha
rkejut. "Mentari?
r kalau kamu masih mikir keras begitu," jawab Mentari, m
aan. Jika dia berhasil, semua yang sudah dibangun ay
dengan tatapan lembut. "Jangan khawatir berlebihan, Pak. Kam
depan ratusan karyawan, dan warisan keluarg
da saya, ada Bu Dewi, ada Pak Indra, dan banyak orang yang peduli sama kamu. Kit
u berhasil menenangkan Arjuna. Ia menatap Mentari, matanya memancarkan rasa terima ka
rjuna. Ia melihat Arjuna yang semakin pulih, semakin kuat, dan semakin sukses, sementara Bima semakin jauh di b
setiap kali melihat Arjuna, ia akan mencoba berbicara dengannya, menginga
isik Kirana suatu sore, saat ia berpapasan dengan Arjun
lan tidak akan mengubah apa-apa, K
Arjuna," Kirana bersikeras,
panti, membawa tumpukan buku untuk anak-anak. Ia meli
jarak dengan Pak Arjuna," kata Mentari t
atapan jijik. "Kau lagi! Jangan
ya tidak suka melihat Pak Arjuna diganggu lagi sa
un! Jangan mimpi kau bisa merebut Arjuna dariku!" Kirana
rjuna sudah bergerak cepat. Ia meraih tanga
Jangan pernah berani menyentuh Mentari. Perg
mata menggenang di matanya, bukan karena sakit, tetapi karena rasa kalah dan pe
entari, tatapannya khawa
h itu kok, Pak." Ia kemudian tersenyum
a. "Aku tidak akan membia
ah menemukan seseorang yang tulus mencintainya, seseorang yan
telah melihat perubahan besar dalam diri Arjuna berkat Mentari. Ia juga melihat bagaimana Ment
ri ke ruang tengah. "Mentari, Ib
sa gugup. "A
rjuna," kata Dewi lembut. "Ibu tidak peduli latar belakangmu, Ibu h
. "Saya... saya juga mencintai P
t apa
selevel dengannya. Keluarganya, masyarak
emua hanya buatan manusia. Yang paling penting adalah hati. Hati yang tulus
lega. Air mata kebahagiaan menetes di pipinya. Ia
k, Bu," kata Mentar
rang, berjuanglah untuk kebahagiaan kal
dan strateginya. Ia berhasil menyatukan kembali para pemegang saham mayoritas yang loyal, membentuk benteng pertahanan yang kuat. Ia juga menggali i
alasan dari Arjuna. Ia terpaksa menarik diri, dan Dirgantara Group kembali aman di tangan Arjuna. Kemenangan ini bukan hanya kemenangan
an Naga Corporation menjadi headline di media bisnis. A
a duduk di taman belakang, menikmati udara ma
ata Arjuna, dengan suara le
. "Saya tahu kamu
rumah. Tinggal di luar rumah saja yang masih harus hati
kerja keras, Pa
n mungkin terjadi tanpamu, Mentari. Kamu adalah moti
genggamnya erat. "Kamu belum m
yang ia dapatkan dari Arjuna, semua itu membuatnya yakin. "Saya juga mencintaimu, Arjuna," b
dak ia tunjukkan. Ia menarik Mentari ke dalam pelukannya. Pel
t yang harus diabaikan. Namun, dengan Mentari di sisinya, ia yakin, mereka bisa melewati semuanya. Setiap langkah yang ia ambil di atas kakinya yang masih belum sempurna, terasa seperti melangkah di at