img CEO Itu Ayah Dari Anakku!  /  Bab 4 tidak membuang waktu | 10.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 tidak membuang waktu

Jumlah Kata:1847    |    Dirilis Pada: 20/07/2025

di benaknya. Ia tidak bisa hanya duduk diam. Dengan satu panggilan telepon, ia menginstruksikan Hendra, asisten pribadinya yang setia dan efisien, untuk seger

kemari, segera," perintah Arjuna dengan suara dingin d

seperti itu, berarti situasinya genting. Dalam waktu kurang dari dua jam, Hendra berhasil menemukan toko kelontong tempat Risa bekerja. Ia datang

akan terasa lebih berat. Ia mencoba mengabaikan rasa mual yang sesekali datang. Hidupnya kini adalah perjuangan setiap hari, berjuang demi dirinya dan nyawa kecil di dalam rahi

t terkejut melihat dua pria berbadan besar berpakaian serba hitam berdiri di depannya. Di

nya Hendra dengan na

ning, curiga. "Iya,

salah satu pengawal maju, menc

mencoba melepaskan diri dari cengkeraman tangan kuat itu. Keranjang bawang

a ingin tahu. Bisik-bisik mulai terdengar. "Ada apa itu?" "Anak ini kenapa ya?" "Pasti ada mas

npa ekspresi, seolah tidak peduli dengan keributan

a apa lagi sekarang? Ketakutan bercampur amarah menyelimuti dirinya. Ia berusaha me

, air mata mulai menggenang di matanya. Ia tidak ingin meng

tanpa ampun, Risa ditarik paksa. Langkah kakinya terseret di tanah yang becek. Ia melihat Bu Siti

nunggu. Pintu dibanting tertutup, mengisolasi Risa dari keramaian dan tatapan menghakimi. Air ma

p keluar jendela, mencoba mencari tahu ke mana mereka membawanya. Gedung-gedung tin

yang terukir elegan di bagian atas. Risa pernah melihat gedung ini di televisi atau majalah lama. Ini adalah markas besar

aneh. Risa merasa sangat kecil, kotor, dan tidak pantas berada di tempat semewah ini. Ia terus meronta, namun cengkeraman

ening membentang di depannya. Di ujung koridor, ada sebuah pint

kakan pintu, dan me

duduk di balik meja kaca besar yang mengilap, membelakangi jendela raksasa yang menampilkan panorama Kota Jakarta. Ia mengenakan

a sudah menahan semua ini terlalu lama. Ia tidak peduli siapa pria ini, ia tidak peduli s

ak tangannya keras ke meja kaca pria itu. Suara

li mengalir di pipinya, namun kali ini bukan karena kesedihan, melaink

Tatapannya dingin. Kaku. Sama sekali tidak ada jejak emosi. Seolah Risa

ranya datar dan tenang, kontr

mbentak. "Aku mau penjelasan!

dapi anak kecil yang rewel. "Jangan buang waktuku,

dari bibir pria itu dengan nada menuduh. Tubuh Risa menegang. Ia terdiam. Hatinya bergetar, bukan hanya karena marah, tapi juga

ankan. "Kau... kau bertanya kenapa aku hamil?!" Suara Risa tercekat. "Kau pikir i

api aku tidak akan membunuhnya seperti yang mungkin kau harapkan!" Kata-kata itu keluar begitu saja dari bibirnya, sebuah tuduha

eluar dari balik meja, mendekati Risa. Setiap langkahnya terasa seperti pukulan bagi Risa.

tajam, berdiri hanya beberapa langkah di depannya. Matanya menatap tajam k

Ia memang gadis desa, ia miskin, tapi ia punya harga diri. Ia bukan wanita murahan yang bisa dituduh sembarangan. Ia

r pipi Arjuna keras. Suara tamparan itu memenuhi ruangan, bergema di antara dinding-dinding k

ar kencang. Arjuna tidak bergerak, tidak membalas. Ia hanya menatap Risa dengan mata yang kin

ahkan tidak tahu siapa kau! Aku bahkan tidak tahu... kalau nama malammu itu Arjuna!" Ia menunjuk jari telunju

tan dan kemarahannya. Gadis ini... berani sekali! Tapi ada sesuatu dalam tatapan Risa, dalam keputusas

ada nada lain dalam suaranya, seolah ia sedang menguji

duli kau siapa! Yang aku tahu, kau adalah pria yang telah menghancurkan hidupku! K

ya. Ia memang merenggut. Ia memang pergi. Dan sekarang, ia memang menuduh. Na

am itu. Tapi kau tahu betul, kau tidak datang ke klub itu dalam keadaan tak berdaya. Kau ada di sana atas ajakan te

suaranya meninggi. "Aku datang ke Jakarta untuk mencari orang tuaku, bukan untuk hal ini! Kau pikir aku menginginkan ini sem

jam. Ia akui, ia memang sombong. Ia memang kejam, setidaknya di mata Risa.

luka, bukan penipuan. Bisikan kecil di hatinya, yang selama ini ia coba bung

tidak akan mencapai apa-apa dengan saling berteriak seperti ini. Kita perlu bicara baik-baik. Ada b

an dituduh? Namun, ia tahu ia tidak punya pilihan. Ia sendirian. Pria ini, entah mengapa

a Risa, suaranya sudah tidak setajam

kebenaran. Dan kita akan mencari solusi. Tapi aku tidak akan mem

nan ini akan sangat sulit. Terjebak dalam intrik orang-orang kaya, dan sendirian menangg

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY