img CEO Itu Ayah Dari Anakku!  /  Bab 1 masa lalu yang hilang mungkin bisa ditemukan | 2.50%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca
CEO Itu Ayah Dari Anakku!

CEO Itu Ayah Dari Anakku!

Penulis: Dannisa Cahya
img img img

Bab 1 masa lalu yang hilang mungkin bisa ditemukan

Jumlah Kata:1886    |    Dirilis Pada: 20/07/2025

di punggung dan hati penuh debar, Risa melangkah keluar dari Stasiun Pasar Senen. Udara ibu kota terasa lebih panas dan lebih padat dari yang ia bayangkan, namun semangatnya ta

sebuah alamat di sudut Jakarta Selatan. Itulah satu-satunya petu

, ia tumbuh menjadi gadis desa yang lugu, namun memiliki tekad sekuat baja. Cita-citanya sederhana: menemukan keluarganya, lalu bekerja ke

is

Maya, sahabatnya sejak kecil, tetangga di desa, yang setahun lalu sudah lebih dulu merantau ke Jakarta. Maya terlihat jauh lebih modis dengan celana jins ketat, blus m

a pecah dalam pelukan hangat Maya. Aroma parfum Maya yang kuat menyeruak, menusuk hi

na perjalananmu? Capek banget, ya?" tanya

anget bisa ketemu kamu. Kamu apa kabar? Kelihatan sukses banget,

us pintar-pintar cari celah." Matanya berbinar, sorotnya sedikit sulit diartikan oleh Risa

langkah beriringan keluar dari stasiun, menembus lautan manusia dan hiruk pikuk klakson kendaraan. Jakarta terasa begitu asing dan mendebarkan. Gedung-gedung pe

alaman pertama bagi Risa-mereka tiba di sebuah area yang tampak lebih ramai da

ulkan cahaya lampu kota, dihiasi tulisan-tulisan neon yang menyala terang. Suara musik dentuman keras samar-

m itu, kita makan dulu, ya? Ada bos yang mau kenalan. Sekalian bantu kamu cari kerja." Nada suara Maya terdengar meyakinkan, penuh persahabatan, sehingga Risa t

elah, Risa

masuk, suara musik semakin menggelegar, lampu-lampu sorot berwarna-warni berputar liar, menyapu setiap sudut ruangan. Bau alkohol dan

n Maya. "May, ini bukan tempat makan, kan? Ini t

a restorannya kok. Ini tempat keren, Ris. Bos aku sering makan di sini." Maya setengah menyeret Risa me

rkesiap. Asap rokok mengepul tebal, memenuhi ruangan. Beberapa pria berjas mahal tertawa terbahak-bahak, sebagian lagi sibuk de

"Bos, kenalin ini Risa, teman lamaku dari

," katanya, menatap Risa dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan yang membuat Risa merinding. Pria itu menyeringai, menampilkan

m alkohol seumur hidupnya. "Maaf, Pa

an. Anggap saja ini minuman selamat datang di Jakart

t agar ia menurut. "Ayo, Ris. Nggak ap

ggorokan, namun ada sensasi hangat yang menyebar di tubuhnya. Satu teguk, lalu teguk kedua, dan ketiga. Entah mengapa, ia

dan ingin segera mendapatkan pekerjaan agar bisa memulai hidup barunya. Maya sesekali menemaninya minum, namun Risa

erjas mahal terdengar seperti dengungan aneh. Matanya mulai berkunang-kunang, dan ia merasa mual. Pria gem

gumam Risa, mencoba berdiri na

sa, kamu ini lucu sekali. Ayo, biar Ba

a melihat sesuatu yang dingin, sesuatu yang asing. Ada kilatan rasa bersalah? Atau justru kepuasan? Risa tidak bisa

amnya pas di tubuh atletisnya. Wajahnya tampan, namun rahangnya tampak mengeras,

rti ini. Dia tahu Arjuna benci dengan kegaduhan, benci dengan aroma alkohol yang menyengat, benci dengan wanita-wanita yang mengej

nya. Di sampingnya, beberapa wanita muda tertawa genit, dan salah satunya men

ang gadis. Rambutnya tergerai acak, wajahnya pucat pasi, dan matanya memancarkan ketakutan yang jelas. Gadis itu terhuyung, nyaris jatuh ke pelukan pria gemuk berhid

Ia mengabaikan panggilan Revan, mengabaikan wa

alam dan dingin, membuat

emuk itu menatap Arjuna

ngan kasar, hampir membuatnya terhuyung. "Kau ik

ariknya keluar dari ruangan berasap itu, menjauh dari tawa miring dan tatapan cabul. Samar-samar ia mendengar suara Maya

bisa berada di sini, atau apa perannya dalam rencana busuk Revan. Yang ia tahu, ia harus menjauhkan gadis itu dari keramaia

i resepsionis, yang langsung disiapkan dengan sigap oleh staf yang mengenali dirinya. Ia menar

uat di hidungnya. Ia merasa begitu lemah, begitu tak berdaya. Ia membuka mata sedikit, melihat Arjuna berdiri di de

itu?" tanya Arjuna dengan nada curiga,

ak temanku..." jawab Risa lirih, tubuhnya gemetar kedinginan dan ketakutan. Ia menc

ia sudah terlalu sering melihat kepura-puraan di dunia malam. "Kau wanita panggilan, ya?" tuduhnya, nadanya dipenuhi p

? Risa ingin berteriak, ingin membantah, ingin menjelaskan bahwa ia sama sekali tidak seperti itu. Ia gadis baik-baik, ia hanya in

itu..." isaknya, suara

nya. Otaknya dibanjiri amarah, dan sedikit alkohol yang sempat ia minum membuatnya kehilangan kendali. Ia

hpahaman yang menyakitkan, dan berakhir dengan konsekuensi yang akan mengubah hidup mereka selamanya. Jakarta yang awalnya adalah gerbang harapan bagi Risa, kini menjelma menjadi neraka yang menel

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY