i udara. Arjuna duduk kembali di kursinya, mencoba menenangkan detak jantungnya yang bergemuruh. Tamparan Risa masih terasa panas di pipinya, b
an bahwa ia mungkin benar-benar korban, dan bahwa kata-kata Risa tentang tidak tahu namanya, atau bah
carkan api kemarahan bercampur kepedihan. Ia harus mengambil kendali situasi ini. Dengan sega
. Ia meraih sebuah laci di mejanya, mengeluarkan amplop tebal berwarna cokelat, dan meletakkannya
dan mungkin merasa dirugikan. Tapi kita harus rasional. Kita tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Anak ini..."
tap wajah Arjuna yang dingin. Ada
a. "Lima ratus juta. Cukup untuk kau memulai hidup baru. Pergi dari
yang mungkin tidak akan pernah ia sentuh seumur hidupnya. Sebuah jumlah yang bisa mengubah hidupnya dan b
... permainan semalam?" Ia menatap Arjuna dengan mata yang berkaca-kaca, namun ad
engapa matanya terasa panas. Ini bukan cara ia menghadapi masalah. Ia selalu menyelesaikan semuanya dengan uan
g solusi. Aku memberimu solusi. Solusi terbaik untuk kita berdua. Kau mendapatkan uang, cukup untuk hid
mu? Kau menculikku, menuduhku, lalu menawariku uang untuk mem
n penuh harga diri. Ia mungkin miskin, tapi ia tidak akan pernah membiarkan dirinya diinjak-inja
seolah ia sedang meludahi kata itu. "Atau penghinaan? Aku tidak akan
untuk mengambilnya, melainkan untuk membantingnya ke lantai dengan sekuat tenaga. Lembaran-lembaran uantak tertahan. "Tapi harga diriku tidak bisa kau beli dengan uangmu! Dan anakku... anakku
h tekad. Ia tidak akan tinggal sedetik pun lagi di tempat ini, di hadapan pria yang telah menghinanya begitu kejiuar. Pintu itu tertutup keras di belakangnya, suara bant
ertas yang seharusnya bisa menyelesaikan segalanya, namun kini terasa begitu tak berdaya. Ia merasa konyol. Ia adalah penguasa bisnis, negosiat
an sebelumnya. Rasa... kalah. Untuk pertama kalinya, ia merasa... kalah. Bukan dalam bisnis. Bukan di ruang ra
a dengan kedua telapak tangan. Pikiran-pikiran berkecamuk di benaknya. Harga diri R
nakku dengan uang yang haram
isa membeli apa saja, menyelesaikan masalah apa saja, dan mengendalikan siapa saja. Tapi Risa..
dan ia punya cukup uang untuk membeli harga itu. Tapi Risa membuktikan bahwa ia salah. A
tertutup rapat. Ia telah gagal. Ia telah meremehkan Risa. Ia tel
ng menunggu kesempatan untuk menjatuhkannya. Jika Risa menyebarkan cerita ini-dan Arjuna tidak akan terkeju
ri ketinggian ini, manusia-manusia di jalanan tampak seperti semut. Ia adala
olos. Ia memang tidak tahu apa-apa. Dan ia, Arjuna, yang seharusnya lebih bijaksana, justr
putasinya, tapi juga karena... entah mengapa, ada dorongan lain di dalam hatiny
ngambil selembar, lalu selembar lagi. Uang yang seharusn
asanya. "Panggil pengawal. Cari Nona Risa. Jangan sampai ia hilang
adalah perintah yang tidak biasa. "Baik, Tuan," j
mbiarkan masalah ini terus menghantuinya. Ia akan menemukan cara lain. Cara yang tidak melibatkan uang
a, selamanya. Ia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa hidupnya yang sempurna kini telah ternoda oleh sebuah ins