asuk lembut lewat jendela, menerpa wajahnya yang tenang namun berkerut pe
angan lam
g ia temukan pagi tadi, tak sengaja ter
ngan yang
s &
mbali janji suci dala
ai Selatan,
: (Masi
elum pernah mengiyakan lamaran ulang Bagas secarake masa empat tahun lalu, ketika a
, perasaan bahwa ia selalu menja
yang
ga. Kali ini ia membawa dua gelas kopi
ry?" tanyanya den
bangku kecil di pojok ruangan, u
ini tadi pagi,"
ngsung m
njutnya. "Kamu belum benar-benar b
aku. Aku terlalu terburu-buru. A
nganggapku sebagai kew
nya suara kipas angin tua
pas panjang, lal
siapa pun. Bukan karena masa lalu. Tapi karena sekara
mata. Ada air mat
h waktu,"
nya Or
ana mulai mereda, sebuah mobil hi
g pria berperawakan ting
ibadi ayah Citra,
apanya dengan angkuh. "Saya da
i kaku. "Kenapa dia
ndisinya memburuk. Stroke kedua.
... pria yang menjadikannya alat tawar-menawar, pria yang
kirkan," jaw
n yang M
a. Rumah sakit swasta di kota besar menyambutnya dengan ba
ua. Wajahnya tirus. Mata
ranya lirih. "
samping tempat tidu
ah. "Kamu paksa aku menikah, lalu minta aku menc
menyelamatkan keluarga. Maya hancurkan semuanya. Dia
tap kosong
h sadar... anak yang p
terlalu dalam untuk sembuh dengan satu per
dan
langsung ke toko. Ia duduk sendirian di tama
a luka, cinta, pengkhia
di sampingnya, membawa
diam," kat
gas... aku butuh kejelasan.
as. "Aku hanya ingin menciptakan masa depan bersam
ku tidak pernah si
ap mencintaim
n di Teng
tahun toko bunga Matahari Pagi, sebuah
da pesta mewah. Hanya sahabat-sahabat baru, warga ko
nda kecil di kerah. Rambutnya dikepang rapi. Wa
bawah gapura kayu yang dihi
ar kecil itu, ia menatap mata
nnya. "Kali ini... kita
saksi-saksi yang sederhana, mereka m
arena t
rena kes
g telah melewati bada
itra menulis sepucuk surat dan menyim
iriku y
n harga diri, bahkan cinta. Tapi kamu tetap berjalan. Tetap berani memilih, meski terlambat. Dan p
sih sudah