ampai ke sepatu. Kami menunggu angkot pedesaan, rit terakhir hari ini.
bisa masuk angin," gumam D
erdua menggeleng hampir bersamaan. Hujan terlalu deras,
kami. Kaca jendela sisi sopir turun, dan mu
sini, keujanan begini?"
Dela sambil setengah berteriak kar
, sampai malam pun belum tentu
g. "Beneran gak merepotkan
sendirian? Ayo, cepat naik, keburu banj
ntu. Begitu mobil melaju, aroma kabin yang hanga
k kami lewat kaca spion. "Dua gadis manis diselamatkan dari hu
patan, Pak Haji?"
oleh. Yang penting kalian selamat sampai rumah. Ka
sedikit lupa pada
usia di atas lima puluh tahun ini yang membuatku selalu ingin menjaga jarak. Gelarnya Haji, sika
bi kawin-cerai. Lebih buruknya lagi, hampir semua perempuan yang pernah dinikahinya adalah istri orang, janda atau ga
lunas. Semoga saja Dela tak menjadi korban berikutnya. Pikiran itu membuatku meliri
ah bisa menipu. Aku selalu pura-pura tak melihat, berharap orang
ek. Suara hujan di atap membuat suasana jadi hening. Pa
ua ya. Nanti masuk angin
tadi Bapak lewat," sahut Dela sam
seperti menggoda. "Kalau hujan-hujanan terus bisa sakit. K
i rasanya tak tenang. Ada sesuatu dari ca
tanyaku, sekadar
belah. Tenang aja kalian Haji a
Pak Haji," jawab Del
dua gadis manis ini kedinginan di pinggir jalan? Kalau sampai s
menunduk, pura-pura merapikan tas. Aku tah
ak Darma, suaranya agak meningg
i. "Baru aja selesai ulangan semest
rti sebentar lagi siap-siap nika
l tersenyum lebar. "Tapi ya lihat sikon ortu du
Kalau perlu nikah sambil kuliah juga enggak masalah. A
enyebut dirinya dengan "Haji," seakan ingin semua or
ak yang sudah kuliah?"
gak tinggal sama Haji, kost dari kelas dua
nya ke mana?" Dela
ado," jawab Pa
Pak Haji or
si Pak Darma sambil tersenyum
aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Sera
Tiba-tiba suara Pak Da
?" tanyaku gugup. Aku jelas
ami belum?" tanyanya
e... udah, Pak Haji," jawabku cepa
agi, nada suaranya seper
at, hehehe." Aku sengaj
Dela sambil mencibir. "Lagian me
ma, suaranya seperti mencamp
hehe, iya, Pak Haji. Saya
l mengangguk kecil. "Belajar yang
hujan yang terdengar. Aku menarik napas pe
-dari sekolah, cerita masa kecil, sampai gosip ringan tentang orang kampun
spion, seakan menunggu aku ikut nimbrung. Tapi aku memilih diam, ber
sudah berhenti d
lian ketemu Haji di jalan," ucap
umahku sebenarnya masih sekitar setengah kilometer lagi. Tapi aku merasa lebih
Rumahnya memang sudah terlewat tadi-rumah pa
ga. Hujan sudah berhenti, udara sore jadi dingin dan segar. Aku menarik napa
di rumah nenekmu?" tanya Dela samb
yaknya mau di sana. Udah lama
liburan," sahut Dela
ku kan di kampung juga. Mainnya ya ke sawah, ke keb
uasana lah, Er. Aku mah kayaknya nggak b
itu?" aku meno
ntu-bantu ortu. Kebetulan abis lebaran gini, banyak ART yang belum bali
-hati ya, Del. Aku juga paling besok atau
wok mata keranjang, lho." Dela menggoda sambil menyipitkan mata. "Jan
" jawabku sa
ma sekali, padahal paling juga ketemu lagi setelah libur. Ada s
melintas dengan motornya. "Eh, m
aku tak perlu jalan kaki dari rumah Dela. Sa
arin aku, ya, Ciiin!"
um motor melaju pelan, meninggalkan
nku, Erwan dan Enda. Mereka berlari kecil sambil teriak, "
ngan semangat mengumumkan kalau mereka
pun... bukannya liburan, ini nam
ngah pasrah. Ya sudahlah. Meski repot, aku tetap senang. Setidakny
i rumah nenek yang nggak ada televisi apalgi sinyal.
*
ab selanjutnya akan me