img Hasrat Aneh Rahasiaku  /  Bab 4 Hasrat 4 | 21.05%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Hasrat 4

Jumlah Kata:1506    |    Dirilis Pada: 14/09/2025

AN

sudah berdiri tegang. Di depan rumah Pak Jaya, Andri berdiri dengan bambu di tangan, wajah merah pa

e? Menghancurkan hubungan gue sama Dela y

uh. Pak Jaya hanya diam, wajah pucat. Tetangga mulai ber

r Dela barang yang bisa dijual-belikan, Jaya?!" s

. harus nurut keluargaku, Ndri

AN

a berteriak mencoba melerai. Bang Karta maju, mene

pemuda akhirnya menarik keduanya menjauh. Suasana p

Kalian pikir bisa seenaknya hancurin gue begitu aja?!" Ia men

sik, ada yang menyalahkan Andri karena malas bekerja, ada pula yang mencibi

hkan dengan Bandot tua itu. Aku segera masuk kamar dengan

uan, harusnya tungg

k kuat, pengen segera belah duren lagi

a, makanya dipaksa,"

kini terasa nyata. Sahabatku sejatiku terjebak di pusaran

kuanggap manis, kini berubah jadi panggung getir orang d

u segera menemui Dela di rumahnya yang h

Er..." suara Dela pecah, tu

usin. Aku dijodoh

memb

nggup kami ucapkan di kamar sempit dengan cat tembok yang mengelupa

ku cuma bikin malu kalau terus sekolah. Aku

selalu jadi keputusan orang lain

ganya, "Del, kamu bukan beban. Kamu berhak b

i bahuku, berat, seaka

mpuh, mengenakan kebaya hijau pucat, senyum tipis dipaksakan menghiasi bibir yang semalaman basah ole

iri. Tapi di samping Pak Darma, ada tiga anaknya duduk menonton sambil menunduk dengan nuansa hamba

emu, dan seketika dunia rasanya berhenti berputar. Itu Alfian? Man

erasa kaku, tak mampu

ak bisa lepas dari Alfian. Bagaimana bisa dia duduk di sa

an seolah musuh bebuyutan, demi membelaku. Sekarang... dia menikah den

langkah pergi. Tapi kaki ini terasa b

rnya terjadi di

tau memang sesuatu yang Dela

kuketahui setelah sebulan kami t

i di tepi jurang. Takut jatuh tapi tak bisa bergerak. Semua yang kukira sangat kenal

pi aku seolah berada di ruang hampa, dunia berhenti berputar. Suara ta

latan yang sulit kubaca, Malu? Bingung? Atau sama terkejutnya dengank

tar menahan canggung. Aku ingin berlari, bertanya, atau menjerit aga

nal seakan runtuh dalam sekejap. Bagaimana aku bisa mengatur napas,

t, tidak ada senyum tipis yang kuberikan. Dunia di sekelilingku tetap ramai, t

pan kosong Alfian, wajah arogan Pak Darma, dan mata kedua orang tua Dela yang pasrah

e ruang tamu rumahku, wajahnya masih berse

Kenapa nggak ngucapin selamat sama Neng Dela?" tanya

ab sepatah kata pun. Kata-kata tersangkut di tenggo

, seolah tak menyad

banget pilihannya. Dan anaknya yang paling gede, namanya Alfian, sopan, santun, t

untung pokoknya Neng Dela, lepas dari si Andri dapat Pak Darma," kata ib

Dela harus merelakan sekolahnya,

puan itu sebenarnya kan cuma jadi tempat menunggu sampai jodoh datang. Setinggi-tingginya sekolah, perempuan

in ia bicara, semakin jelas aku merasa dunia ini ngeselin-seolah semua aturan dibuat untuk perempuan seperti

iasa. Dia mantan pacarku yang baru sebulan lalu. Dan untuk Dela... Alfian s

unia terasa aneh, tidak masuk akal, dan aku hanya bisa diam, menyembu

nasaran. "Rin... kenapa langsung pulang? Padahal sebagai sahabat, mest

enjawab seadanya, "Ah... nggak apa-apa, Pak.

nyesalkan, tapi nada suaranya b

ebih memperhatikan Pak Darma dan anak-anak tirinya. Padahal dia

erlalu banyak rasa campur aduk: kaget, cemas, dan... sedikit kesal. Bagaimana mungkin s

pkan apa yang sebenarnya aku rasakan, bahwa semua ini terlal

benarnya. Semalam aku tak tidur, menemani Dela menangis, menyaksikan semua y

, hati masih berdegup cepat. Begitu pintu tertutup, aku membiarkan tubuhku jatuh di r

yang pernah terjadi diantara kami. Aku menarik selimut menutupi diri, menco

an jadi korba

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY