img Hasrat Aneh Rahasiaku  /  Bab 8 Hasrat 8 | 42.11%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 8 Hasrat 8

Jumlah Kata:1557    |    Dirilis Pada: 14/09/2025

esar, sunyi, hanya lampu bohlam kuning di teras yang bergoyang ditiup angin. Dari ke

pelan-pelan seperti pencuri. Jantungku berdegup b

celah yang tembus cahaya dari dalam. Irfan memiringkan tubuhnya, mengintip terlebih d

an. Tubuhku gemetar dan Irfan menoleh padaku,

rlalu jelas. Seperti ada yang menghantam

iar kamu yakin?" bisik Irfan

a lemas, tapi kepala

lah papan yang lebih lebar. Udara malam terasa semakin dingin, tapi punggungku berkeringat. Kedua tanga

et tubuh mereka. Dela duduk di pangkuan Alfian. Gerakan mereka lambat tapi intim. Lalu

r menjerit jika saja tangan Irfa

g," bisiknya pelan,

adi saksi. Hatiku perih, seperti ditusuk seribu duri. Aku mundur satu langkah, menahan

i diperas. Aku mendekat lagi, menempelkan mata pada celah

ampak begitu jelas, seakan ingin menaklukkan siapapun yang berada di hadapannya. Dengan batang jantan yang tampak be

tang lelaki muda secara langsung dalam keadaan tegang dan jarak cukup dekat. Tak bisa menahan campuran perasaa

hatnya, hal itu bisa dilihat dari reaksinya yang langsung menjukurkan tang

mundur berlawana. Sambil berjongkok, Dela pun sepertinya memainkan lobang pibadinya dengan

kali mencium pipiku. Kini nyata di hadapanku, telanjang bulat, berani dan bebas melak

u tak pernah membayangkan ia bisa seintim dan seliar itu

membuat mereka sadar. Irfan menatapku, wajahnya serius, seakan meminta aku mu

g kubagi bersama Alfian dulu. Betapa polosnya aku, namun aku pun beruntun

gan. Irfan menarikku menjauh, suaranya tegas namun berb

it, namun panas merambat ke seluruh tubuhk

a di mataku, tapi juga menghancurkan sisa ken

mana sekarang?" bisik Irfan, suaranya s

i diikat tali. Perut mual, kepala pening, langkahku terhuyung. Irfan b

kebun pisang yang berbisik-bisik tertiup angin. Jantungku berdegu

nggiran kebun becek. Napasku memburu. Irfan berjongkok

u... kayak mau pingsan, Fan. Apa ta

Aku juga lihat sendiri. Astaghfirullah..." I

t. "Dela... kenapa harus dengan A

gak habis pikir, Er. Tapi tadi kita lihat se

luar. "Terus kita harus gimana, Fan?

arangan. Kalau bocor, bisa hancur satu kampung. Nama Dela, P

gin malam teras

pura-pura nggak lihat. Demi kebaika

a ketakutan, ada rahasia yang tak akan

"Baiklah... tapi aku nggak

ergetar. Irfan berjalan rapat di sisiku, ses

panas, pipiku bersemu merah, bukan hanya karena shock, tapi karena kehadirannya yang

nya. Tapi aku bisa merasakan len

nya serak, ny

lan, hampir takut mend

rbeda. "Aku... nggak ngerti, tapi habis lihat sesuatu

ku berdentum kencang

an. Aku takut salah paham," sua

ci dari wajahku. "Aku nggak salah paham, Er. Kam

Fan... jangan bikin aku makin bingung

tubuhku butuh sandaran. Jalan setapak begitu sepi, ha

rasa takut. Dalam hati aku pun merasakan sesuatu yang sama, aneh memang - ben

au Alfian bisa melakukan

suaranya

mm

ak tahan

Napasku tercekat. Ma

tanya, bibirnya m

a jangkrik, tak ada angin. Hanya detak jantungku yang memekakkan telinga. Bibi

ung jari ke seluruh tubuh. Genggaman Irfan di lenganku bergeser menjadi pelukan, menarikku lebih dekat hingg

inta pertamaku, tetapi dengan Irfan, tetangga seka

lahan, seakan tubuhku tahu sendiri apa yang harus dilakukan, aku mulai menggerakkan bibirku me

pipiku. Tangan kirinya berpindah ke pi

merasa sudah pandai melakukannya. Mungkinkah Irfan sudah terbiasa? Ada sensasi yan

menarik napas, keningku bersandar di dadanya.

raku nyaris

inggangku. "Aku... nggak mau nyesel mala

tatapan. "Tapi kita u

. Aku merasa tidak hanya sebagai saksi sebuah

angannya. Aku tercekat. Jantungku serasa copot, napas tercekat di tenggorokan. Batang itu hangat, tegan

k Irfan. Dunia seakan berguncang di bawah kakiku. Tubuhku bergetar, bukan hanya karena takut, t

uaraku nya

. "Aku juga nggak ngerti kenapa, Er

*

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY