/0/28714/coverbig.jpg?v=a5cb30bac20d52f91b01e198c6014d06)
Rinka di sudut kantor megah itu. Pukul sebelas malam, Rinka masih terpepet di balik tumpukan dokumen merger terbaru, bau kertas dan kopi
erlepas dari cepol rapinya. Meskipun lelah, ia menyukai pekerjaannya, dan ia ban
di mejanya menyala
a, ma
ut Rinka. Tanpa basa-basi atau sapaan malam, hanya sebuah perintah. Rinka segera merapikan sediki
ri pun masih terasa elegan. Dia tidak membaca dokumen, melainkan menatap kosong ke pemandangan lampu kota dari balik jendela.
Rinka, berusaha mempertahankan profes
il waktu sejenak untuk menyesap wiski di
tidak sedang membicar
badi untuk urusan kantor. Ia menurut, duduk di sof
Rendi? Mengenai pertemuan beso
i atas meja. Mata tajamnya menembus Rinka. Di ma
diselesaikan segera. Dan kau adalah s
n kening. "Saya
aku bisa mengendalikan apa pun yang aku i
nyangkut pekerjaan, tolong jelaskan dengan rinci. Jik
Tugasmu yang berikutnya jauh l
rasa oksigen menghilang dari par
bercanda," katanya, tawa hamb
gak. "Aku perlu istri sekarang. Untuk menghadapi dewan direksi, untuk meredam kecurigaan musuh, dan yang terpenting, untuk
ikit bergetar. "Ada ratusan wanita yang siap menjadi is
tersungging di bibirnya. Senyum yang
amku. Kau patuh, jujur, dan mudah dikendalikan. Tapi yang paling penting..." Rendi berhenti,
yadari Rendi tidak memin
mpian saya sendiri. Saya tidak akan menikah hanya karena Anda butuh
memegang pergelangan tangannya dengan cekatan
nya kembali ke sofa, kali ini duduk di sampin
u hanya perlu menjalani peranmu selama dua tahun, dan setelah itu, kau bebas. Aku a
ak butuh
esis Rendi, menggunakan kata sapaan intim yang membu
h sebuah tablet dari meja kopi. Ia menget
an ke ruang perawatan VIP yang sangat mahal. Di gambar lain, terlihat laporan bank tentang pin
ini juga. Kau dan keluargamu aman, bahkan mapan," Rendi menyandarkan punggungnya, kembali tampak santai. "Atau, kau menolak. Dan
alah pria berkuasa, tetapi ia tidak pernah menduga Rendi telah mengg
dak punya hati
kan senyum sinis, melainkan
selamatan, tetapi dengan satu syarat, menjadi sekretaris di siang hari, dan istri
anya di ujung tanduk. Dia terjebak. Antara martabat pr
dupan normalnya, karier idealisnya, semua lenyap dalam sekejap karena ulah pria yang ki
ang, kepalanya tertunduk
suaranya hampir tidak terdengar, seolah
eharusnya romantis tetapi terasa seperti stempel kepemilikan. "Selamat datang di hidupku, Nyony
tap layar tablet dan tersenyum misterius. Ia tidak menunjukkan senyum kemenangan, melainkan senyum kecemasan. Seolah
u sendiri akan tahu betapa gelapnya masa lalu yang sedang aku lindungi darimu," bisik Rendi, suaranya mengandun

GOOGLE PLAY