Kumpulan Cerita Pendek dengan Alur Ringan dengan Akhir yang Bahagia / Bab 4 Secangkir Kopi dan Sepotong Hujan 🍰☕ | 40.00%jan turun d
ngkahnya. Langit berwarna abu-abu susu dan udara kota kecil i
ruko tua, berdiri sebuah ka
kayu manis dan suara musik lembut d
buk menyusun gelas di rak. Rambutnya diikat setengah, apron cokelat muda m
ambil menatap ke luar jendela. Tak ada pelanggan. Hanya seorang kucing
kursi dan duduk. Hari baru saja mula
uda masuk dengan rambut agak berantakan, kemeja putih yang sudah
Arunika." Kata Raina o
nyembuhkan sial?" Tanya si pria, samb
alis: "Kalau ada, saya uda
ndela: "Boleh cappuccino satu, ya. Tapi jangan terlalu manis. Say
o nggak manis, noted." Ia berjalan ke mesin ko
nis." Raina mengulan
: "Terdengar sepe
sin kopi: "Tapi saya nggak judge, semua
emenuhi ruangan kecil itu dan di luar huj
l berbisik: "Kopi dan hujan. Dua hal ya
Tanya Dion tiba
t: "Hah? K
ak bawa headset. Jadi hal
k misalnya, kenapa ya, setiap kali h
gernyit:
, minta maaf, atau malah nangis kalau la
l: "Berarti kamu ju
kopi: "Mungkin." Katanya sambil menyerahkan cangkir:
Ia menyesap kopinya, lalu terdiam: "Wow, ini... enak banget. N
amu selalu ngomong sefilos
ra." Kata Dion ringan: "Biar
-
lambat di dalam
pura membaca buku resep tapi sebenarny
nya, wajahnya serius tapi s
em: "Kamu ke
ng Wi-Fi." Ja
nggak gra
kopi kedua, dih
enghela napas: "Kamu pelanggan p
akal: "Tapi kamu
a kamu
aku kering
u. Tergantu
ngan beberapa detik, l
menatap mereka dari ba
menje
tapi langit masi
a, lalu berdiri: "Raina, aku... makasih y
: "Ngungsi boleh, asa
"Mungkin besok
au h
un kayaknya aku baka
ura sibuk membereskan
h." Pintu berbunyi cling lagi. Dion k
yang menjauh, lalu berbisik: "Sepertinya aku barusan
tu terbuka lagi. Dion masuk sambil menenteng payung yang tad
atapnya:
datang lagi besok." Ia terseny
api kali ini terden
seolah-olah hujan tak pernah absen dari langit kecil di sekitar kafe itu meski ka
h lampu gantung kecil berbentuk bola susu. Setiap kali pintu berbunyi cling, dadan
ap tenang." Gumamnya setiap pagi. Sayangn
biji kopi ketika Dion masuk sambil membawa bungkusan plastik putih: "Sela
api pelanggan gratisan." Balas Dion, duduk di tempat biasa
mendekat, pena
au aku terus ngopi tanpa makan, aku
pelan: "Ibu ka
n roti itu, dan Raina menatapnya beberapa detik. Ada rasa h
kasih,
k rot
datang ke sini.
ujan yang menetes di kaca: "Tau nggak, Rain." Katanya tanp
h gi
di tempat yang aku
cil: "Dan kamu b
tinya
a belum juga beres. Kadang Raina membawakannya muffin gratis sambil pura-
lam seperti rasa takut gagal. Kadang mereka berdebat tentang topik-topik aneh: Apa
l diam yang tak disadari. Dan di tengah semua kesibukan kecil itu,
at catatan. Tangan dan ingatannya sudah hafal, c
lai ungu, dan Raina terus menatap pintu yang tak kunjung berbunyi cling. Ia akhirnya menaruh cangkir d
tapnya dari jendel
n turun lagi, tapi kali ini terasa sepi. Ia menulis di papan kecil de
g. Sampai akhirnya, tepat puku
yung hitam: "Maaf, kemarin aku nggak bisa datang." Katan
an muncul di wajahnya: "Itu
n: "Iya, tapi... ker
ti berhenti sebenta
mencoba tetap tersenyu
es
rat. Ia mencoba berkata sesuatu, tapi lid
lamat emailku. Kalau suatu hari kamu butuh p
matanya berkaca: "Kamu pik
menatap sekeliling kafe, tempat yang selama ini jadi pelarian
lau hujan turun lagi,
Jawab Dion pelan: "Aku ak
ah kafe, menatap cangkir cappuccino yang masih hangat di meja. Ia tersen
orang datang dalam hidup kita seperti kopi: hangat,
an - kali ini tanpa kesediha
4

GOOGLE PLAY