img Kumpulan Cerita Pendek dengan Alur Ringan dengan Akhir yang Bahagia  /  Bab 4 Secangkir Kopi dan Sepotong Hujan 🍰☕ | 40.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 4 Secangkir Kopi dan Sepotong Hujan 🍰☕

Jumlah Kata:1497    |    Dirilis Pada: 24/10/2025

jan turun d

ngkahnya. Langit berwarna abu-abu susu dan udara kota kecil i

ruko tua, berdiri sebuah ka

kayu manis dan suara musik lembut d

buk menyusun gelas di rak. Rambutnya diikat setengah, apron cokelat muda m

ambil menatap ke luar jendela. Tak ada pelanggan. Hanya seorang kucing

kursi dan duduk. Hari baru saja mula

uda masuk dengan rambut agak berantakan, kemeja putih yang sudah

Arunika." Kata Raina o

nyembuhkan sial?" Tanya si pria, samb

alis: "Kalau ada, saya uda

ndela: "Boleh cappuccino satu, ya. Tapi jangan terlalu manis. Say

o nggak manis, noted." Ia berjalan ke mesin ko

nis." Raina mengulan

: "Terdengar sepe

sin kopi: "Tapi saya nggak judge, semua

emenuhi ruangan kecil itu dan di luar huj

l berbisik: "Kopi dan hujan. Dua hal ya

Tanya Dion tiba

t: "Hah? K

ak bawa headset. Jadi hal

k misalnya, kenapa ya, setiap kali h

gernyit:

, minta maaf, atau malah nangis kalau la

l: "Berarti kamu ju

kopi: "Mungkin." Katanya sambil menyerahkan cangkir:

Ia menyesap kopinya, lalu terdiam: "Wow, ini... enak banget. N

amu selalu ngomong sefilos

ra." Kata Dion ringan: "Biar

-

lambat di dalam

pura membaca buku resep tapi sebenarny

nya, wajahnya serius tapi s

em: "Kamu ke

ng Wi-Fi." Ja

nggak gra

kopi kedua, dih

enghela napas: "Kamu pelanggan p

akal: "Tapi kamu

a kamu

aku kering

u. Tergantu

ngan beberapa detik, l

menatap mereka dari ba

menje

tapi langit masi

a, lalu berdiri: "Raina, aku... makasih y

: "Ngungsi boleh, asa

"Mungkin besok

au h

un kayaknya aku baka

ura sibuk membereskan

h." Pintu berbunyi cling lagi. Dion k

yang menjauh, lalu berbisik: "Sepertinya aku barusan

tu terbuka lagi. Dion masuk sambil menenteng payung yang tad

atapnya:

datang lagi besok." Ia terseny

api kali ini terden

seolah-olah hujan tak pernah absen dari langit kecil di sekitar kafe itu meski ka

h lampu gantung kecil berbentuk bola susu. Setiap kali pintu berbunyi cling, dadan

ap tenang." Gumamnya setiap pagi. Sayangn

biji kopi ketika Dion masuk sambil membawa bungkusan plastik putih: "Sela

api pelanggan gratisan." Balas Dion, duduk di tempat biasa

mendekat, pena

au aku terus ngopi tanpa makan, aku

pelan: "Ibu ka

n roti itu, dan Raina menatapnya beberapa detik. Ada rasa h

kasih,

k rot

datang ke sini.

ujan yang menetes di kaca: "Tau nggak, Rain." Katanya tanp

h gi

di tempat yang aku

cil: "Dan kamu b

tinya

a belum juga beres. Kadang Raina membawakannya muffin gratis sambil pura-

lam seperti rasa takut gagal. Kadang mereka berdebat tentang topik-topik aneh: Apa

l diam yang tak disadari. Dan di tengah semua kesibukan kecil itu,

at catatan. Tangan dan ingatannya sudah hafal, c

lai ungu, dan Raina terus menatap pintu yang tak kunjung berbunyi cling. Ia akhirnya menaruh cangkir d

tapnya dari jendel

n turun lagi, tapi kali ini terasa sepi. Ia menulis di papan kecil de

g. Sampai akhirnya, tepat puku

yung hitam: "Maaf, kemarin aku nggak bisa datang." Katan

an muncul di wajahnya: "Itu

n: "Iya, tapi... ker

ti berhenti sebenta

mencoba tetap tersenyu

es

rat. Ia mencoba berkata sesuatu, tapi lid

lamat emailku. Kalau suatu hari kamu butuh p

matanya berkaca: "Kamu pik

menatap sekeliling kafe, tempat yang selama ini jadi pelarian

lau hujan turun lagi,

Jawab Dion pelan: "Aku ak

ah kafe, menatap cangkir cappuccino yang masih hangat di meja. Ia tersen

orang datang dalam hidup kita seperti kopi: hangat,

an - kali ini tanpa kesediha

4

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY