img Kumpulan Cerita Pendek dengan Alur Ringan dengan Akhir yang Bahagia  /  Bab 5 Surat yang Tak Pernah Kukirim 💌 | 50.00%
Unduh aplikasi
Riwayat Membaca

Bab 5 Surat yang Tak Pernah Kukirim 💌

Jumlah Kata:1765    |    Dirilis Pada: 24/10/2025

tepi jalan kecil, diapit pepoh

erti hujan kecil di halaman, menutupi jejak sepa

kan dagu di tangan, menatap langit pagi yang masih lembut. Dari luar jendela, su

ang selalu ceria: "Tahu nggak, hari

menoleh seb

lebih heboh nggak, sih? Semua cewek di

Iya, iya, aku udah tahu." Pot

nti-romantis ya. Padahal kalau aja kamu

kecil: "Beda-

n cowok minder." Jawab Dina

ak diketahui siapa pun: Setiap malam, sebelum tidur, dia menulis sur

at itu berakhir deng

ng dikunjungi siapa pun. Ia membuka buku catatannya yang penuh coretan kecil.

n kamu nggak tahu aku ada, tapi aku tetap bersyukur bisa lihat kamu setiap hari." Alya terseny

rama, ya?"

ar dari belakang: "Enggak juga. A

rapa langkah di belakangnya dengan ser

?! K

, serius. Tapi kamu tadi baca ke

t, pipinya langsung

Revan cepat, tapi mat

an dari jarak sedekat itu. Dan entah kenapa, d

enghampiri Alya dengan tatapan penuh kecurigaan: "Ya ampun, Alya

as panjang: "Cuma

n belakang? Yang ja

embaca buku. Tapi pipinya

Aku nggak maksa ngaku. Tapi aku senang banget liat

pundaknya pelan

a duduk. Kadang pura-pura minjem penghapus. Kadang minta tolong pinjam catatan. Kadang...

atihan untuk acara pentas seni, Revan

a Revan sambil mel

Cuma coret-

ret kayak

kema

ang selalu kamu lihat dari

ukunya, wajahnya merah p

nya waktu itu ak

ir a

a sering ngelaku

nya bingung:

atap jendela: "Lihat

, Dina melambai, menyuruh Alya turun. Tapi gadi

akhirnya. Bukan karena ia ingin berhenti, tapi karena ia

Semoga dunia mempertemukan kita di saat yang tepat." Ia melipat surat itu dengan hati-hati dan menyelipkannya di

dari buku Alya yang terbuka di meja kantin. Kerta

uk kamu yang mungkin nggak tahu - aku bahagia pernah nulis tentangmu...' Ia membacanya sampai akhir. D

ke kelas, buku catatannya sudah rapi di

'Aku tahu sekarang. Dan aku juga

nianya berhenti sebentar. Lalu ia

an di dalam hati Alya, untuk pertama kalinya,

ah ringan - tapi juga sedikit gugup. Surat balasan itu masih tersimpan di saku

an, hatinya bergetar pelan: "Aku tahu sekara

cukup untuk membuat duni

Guru sedang menjelaskan tentang teks cer

rlahan dan ia membayangkan tiap kelopak

bertemu sekilas hanya satu detik tapi cukup mem

pelan sambil t

ut: "Eh, eh, eh! Senyum-senyum sendiri nih. Jan

cepat: "Ngga

au bohong ekspresinya

pinya sudah memanas. Dia tak menyadari kalau Rev

kesepakatan apa pun. Revan sering menyapa duluan, sesekali bercanda saat

ta." Komentar Dina dengan nada dramatis suatu hari

"Mungkin dia

an bua

erlalu keliha

uk pundaknya: "Kamu sudah parah banget,

t besar di aula. Alya ikut karena menjadi tim dokumenta

iba-tiba padam. Aula jadi gelap, hanya ca

dari barisan lain. Revan berdiri, menenangkan suasana: "T

dari ponselnya, menerangi meja tempat Revan ber

, tersenyum samar: "Terima

." Jawab Alya den

u bakal utang s

ta

susu di kantin

: "Aku nggak

man

anis b

ea

imuti cahaya senja, ada sesuatu yang terasa

in sebelum jam istirahat dimulai. Dua gelas te

am rapi dan buku di tang

janji. Lagian, siapa tahu k

u yang lagi viral, tugas kelompok. Tapi lama-lama, suasana jadi nyam

Panggil A

mm

Kenapa kamu ba

"Karena aku pengen kamu tahu kalau... ka

dak tahu harus menjawab apa, jadi ia hanya me

ir bakal ditolak. Tapi ternyata, waktu baca surat itu, aku malah ngerasa

wajahnya perla

um tipis: "aku juga sering nulis

lama, matanya me

danya, suratku ngg

, nanti aku

berani janji bu

an

tarnya terasa sunyi, seakan waktu sengaja berhenti memberi ruang

u lagi, tapi di belakang lembar tugas, atau di ujung buku catatan. Isinya kadang lucu, kadang jujur, kadang cuma satu kalimat pend

rtama mereka tumbuh tanpa suara - seder

keluarganya harus pindah kota. Ia menatap kamar, tumpukan

tahu rasanya menulis dengan hati terbuka. Aku nggak tahu apa yang akan terjadi setelah i

ngirim, lalu menaruhnya diam-diam di loker Revan sebelum j

h itu tergeletak di antara buku-buku. Ia membuka perlahan,

p surat itu, lalu berkata pelan: "Selamat jalan, penu

cil, seorang pria menulis di laptopnya.Jud

amiliar: "Untuk seseorang yang selalu kulihat

unga flamboyan masih b

5

Unduh aplikasi
icon APP STORE
icon GOOGLE PLAY